Share

Malam Pertama 2 ( Sesi Kejujuran)

"Tunggu!!"Piona tiba-tiba menghentikan Edwin.

"Ada apa Piona?" Tanya Edwin dengan lembut

"Biarkan aku, meredakan detak jantungku." Kata piona menghembuskan nafasnya.

Edwin tertawa kecil,"Apakah kamu segugup itu?" Tanya Edwin sambil tersenyum

"Apa kamu tidak gugup? Ini bukan masalah kecil bagiku?" Piona ngambek dan melepaskan tangan Edwin lalu berbalik membelakanginya.

Edwin mendekatkan tubuhnya ke Piona dan memeluknya dari belakang.

"Edwin, apa yang kamu lakukan??" Piona mencoba melepaskan pelukan Edwin. Tapi tetap tidak berhasil.

"Ssttss dengarkan aku!" Edwin membisikkan ketelinga piona dengan lembut

"Apa kamu sudah mulai menyukaiku?" tanya edwin masih ditelinga piona.

Piona terdiam, aku nggak ngerti apa yang aku rasakan saat ini, tapi aku selalu deg-geg-an ketika dia disampingku dan kebencianku sedikit berkurang tapi aku masih nggak ngerti perasaan apa ini.

"Piona!" Panggil Edwin.

"kok diam?" tanya Edwin.

"Aku masih belum tahu, jangan tanya lagi," jawab Piona dengan ketusnya.

"Terus kenapa kamu gugup?" Edwin mulai menggodanya

"Bisa nggak jangan bertanya lagi, lepaskan pelukanmu!" Kata Piona meronta.

"Nggak, aku nggak akan melepasnya. Lagian statusmu bukan orang lain. Kamu istriku Piona dan aku tidak berdosa untuk memelukmu." Kata Edwin masih tersenyum menggoda Piona.

"Kamu keterlaluan Edwin !" Kata Piona masih mencoba melepas pelukan Edwin.

Tidak sengaja gerakan itu malah membuat Piona berbalik arah menghadap ke Edwin.

Tangan Edwin yang masih memeluknya juga sama sekali tidak bergerak.

Mereka berdua terperangkap sendiri dalam situasi yang tak terduga itu.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Piona.

"Hemmm,silahkan!" Edwin menganggukan kepala.

"Kenapa kamu trauma dengan perjodohan?"Tanya piona.

"Karena mereka dekat denganku hanya demi harta dan dibelakangku memiliki kekasih lain" jelas Edwin.

" Apakah semua seperti itu?" Piona penasaran.

"Iya, semuanya memang seperti itu dan sebenarnya sejak SMA aku punya penyakit aneh yang membuatku takut untuk dicintai dan dikagumi. Untuk itu aku membuat semua orang terluka agar tidak ada lagi yang menyukaiku karena jika mereka menyukaiku,aku akan lama mengurung diri dikamar dan merasa ketakutan, awalnya aku menerima setiap perjodohan itu dan belajar untuk melawan penyakitku itu tapi mereka malah menghianatiku dan mengincar hartaku. Itu yang membuatku trauma dengan perjodohan." Jelas edwin

Aku mengerti sekarang. Piona mulai bersimpati dengan Edwin

"Bukankah kasusku sama? kita menikah karena ekonomi keluargaku dan bisnis keluarga kita?Bukankah itu sama saja aku mengejar materi?" Tambah Piona

"Aku masih berfikir alasan itu nggak masuk akal karena mama kita berdua bersahabat sejak SMP jika menikahkan kita hanya demi harta itu masih nggak masuk di logikaku dan lagi wanita pengincar harta tidak sejujur kamu seperti ini." Jelas Edwin mendekatkan hidungnya ke hidup piona dan menggoyangkanya.

Sejenak Piona teringat penyakit tante Marta, tapi dia tidak sanggup untuk menyampaikannya Mungkin edwin memang merasa ada yang aneh tapi dia tidak mampu menebaknya. kata Piona dalam hati.

"Terus kenapa kamu memilihku ? dan apa sekarang penyakitmu sudah sembuh?aku takut ketika nanti aku mulai menyukaimu kamu akan pergi dan menyiksaku lagi," Kata Piona masih penasaran.

"Kamu sebenarnya cinta pertamaku dan dokter sudah menyatakan aku sembuh sejak lama. Sepertinya kamu mulai penasaran ya terhadapku?" ' oh jadi itu alasannya ?' Edwin tersenyum

Piona tersipu, Jadi benar dia menyukai ku sejak SMA dan aku cinta pertamanya?Jantung Piona kembali berdebar mendengarkan penjelasanya. Seperti lepas sudah semua rasa penasarannya Lalu Piona menatap mata edwin

Ternyata orang ini tidak benar-benar jahat, aku salah menilainya. Apa Tuhan sedang memberitahuku untuk mulai menyukainya? Gumam Piona dalam hati.

Tiba-tiba Piona mendekatkan bibirnya ke bibir Edwin untuk sekedar mengecupnya.

Edwin terkejut dan terpaku sejenak dengan kecupan Piona seolah Edwin mengerti dengan situasi itu, lalu hasratnya bermain dan mendekap Piona sambil mencium bibir ranumnya dan kesekian kalinya melumatnya dengan lembut dan perlahan. Nafasnya memburu disetiap detik, Edwin mendorongnya perlahan untuk bergerak keatas Piona. Perlahan ciuman itu berhenti sejenak dan mereka membuka mata.

"Apa kamu sudah mulai menyukaiku?"

Piona hanya menganggukkan kepalanya dengan perasaan malu.

Edwin tersenyum dan kembali melanjutkan ciumannya.

Kali ini ciuman itu semakin dalam dan semakin dalam. helai demi helai pakaian itu terlepas dari tubuh Edwin dan Piona. Ciuman itu semakin liar. Piona mendesah begitu hebat ketika Edwin mengecup lembut leher piona hingga ke bagian dadanya. Desahan itu pecah ketika Edwin sampai pada puncaknya untuk menjadi lelaki seutuhnya.Piona mencengkeram seprai dengan begitu kuatnya hingga untuk pertama kalinya Piona menjadi wanita yang sempurna.

Keesokan harinya....

Kamar itu menjadi saksi bisu kejadian semalam, pakaian Piona dan pakaian Edwin bertebaran dimana- mana. Mereka tidur tanpa sehelai kainpun menempel ditubuh mereka hanya tertutup selimut putih yang cukup besar.

Pagi itu sekitar pukul 06.00 pagi. Edwin terbangun dari tidur lelapnya. Menoleh kesamping melihat Piona yang masih terlelap. Edwin mencium keningnya dan membangunkan Piona sambil tersenyum dengan penuh rasa bahagia.

"Piona, bangun!" Edwin membangunkannya dengan lembut sambil membelai rambutnya.

Pelan-pelan Piona membuka matanya, sekilas tersadar tidak ada sehelai kain pun menutupi tubuhnya.

Wajahnya tiba-tiba memerah ketika Edwin terus tersenyum menatapnya.

"Kamu kenapa Piona?" Edwin tersenyum sedikit geli

Piona melihat kedalam selimut lagi

Piona tersenyum sangat malu dan menutupi kepalanya dengan selimut.

"Hei!" Edwin membuka selimutnya.

"Kenapa seperti ini?" Dengan polosnya Piona bertanya

"Kamu malu jika aku melihatnya ?tapi semalam Aku sudah melihat semuanya," Edwin tertawa jahil.

"Kamu jahat Edwin!" sambil memegangi selimutnya yang hanya menutupi dadanya. Piona memukul Edwin dengan bantal guling.

"Aduhh!kamu ini," Edwin kembali memeluk Piona.

"Bukankah kamu juga menikmatinya? Kamu juga melihat semuanya semalam?" Edwin menggodanya lagi. sambil mencium keningnya.

"Sudah diam!kamu ini ingin aku mati karena malu?" Piona menyumbat mulut Edwin dengan tangannya.

Tiba-tiba Edwin menyingkirkan tangan Piona dan mengecup bibir Piona.

"Selamat pagi,sayang "

Piona terkejut dengan sebutan itu....

"Dasar kamu ini, lihai membuatku malu."

Tiba-tiba ada yang datang tanpa mengetuk pintu

Valen Ash

Ini wajib waspada dengan imajinasi masing-masing pembaca ya! Baper loh.... wkwkwkwkw oke masih sama jangan lupa bintang dan komentarnya.... lanjutin Yukk!

| 1

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status