Mendengar keributan di taman, Galih pun beranjak dari ruang makan dan terkejut melihat putrinya yang tengah bergelayut di pembatas balkon. “Astaga, Tessa! Kenapa kamu seperti itu? Berbahaya, kembali ke tempat yang aman!” seru Galih.
Seruan tersebut membuat Vania dan Elena beranjak mengikuti Galih. Keduanya merasa kesal karena Tessa yang terlihat muncul dengan kondisi cantik, merusak rencana yang sudah mereka susun. Perkiraan Tessa memang benar. Keduanya yang mengunci Tessa di dalam kamar, agar Aio tidak bisa bertemu dengan Tessa. Hal itu dilakukan, agar Aio hanya fokus dan jatuh hati pada Elena yang cantik. Namun, Tessa malah merusak semua usaha yang sudah dilakukan oleh ibu dan anak itu. “Iya, Ayah!” jawab Tessa sedikit berseru.
Galih pun menatap Vania dan berkata, “Bawa Tessa turun.”
Vania beranjak melaksanakan apa yang diminta oleh suaminya. Sementara itu, Elena menatap Aio dan melihat kening pria tampan itu yang berubah menjadi kemerahan, lalu sebuah sepatu di tangan Aio. Tentu saja, Elena bisa menghubungkan hal itu dan berkata, “Ah, pasti ini karena tingkah Tessa yang ceroboh. Tuan Aio, mari, sini saya periksa keningnya.”
Sayangnya, Aio menjauh tepat saat Elena akan menyentuh keningnya. Ia menatap dingin pada Elena dan berkata, “Orang yang harus bertanggung jawab adalah orang yang sudah membuat saya seperti ini.”
Tepat setelah mengatakan hal itu, Tessa dan Vania muncul. Kini, Aio bisa melihat sosok Tessa dengan jelas, dan ia bisa menilai jika Tessa bahkan lebih memesona daripada Elena. Aio berlutut dan membantu Tessa mengenakan sepatunya dengan benar. Tentu saja, Tessa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Aio. Namun, Tessa tidak menolak bantuan Aio tersebut. Secara alami, Tessa menerima bantuan yang sebenarnya akan terasa sangat canggung ia terima dari orang asing seperti itu. Aio menyunggingkan senyum tipis, ia mendongak dan berkata, “Aku kira, hanya seorang Cinderella saja yang kehilangan sepatunya. Ternyata, putri bungsu dari keluarga Heidi pun bisa melakukan kecerobohan yang sama. Apa, aku perlu menjadi pangeran berkuda putih untuk Nona yang manis ini?”
Sebelumnya, Vania sudah menyebut nama Aio saat mengeluarkannya dari kamar, jadi tentu saja saat ini Tessa mengetahui nama Aio. Ia menatap Aio dengan biasa saja dan berkata, “Tidak perlu, Tessa bukan Cinderella, jadi tidak perlu pangeran berkuda putih. Lagi pula, Om bukan selera Tessa.”
***
“Memangnya itu siapa?” tanya Cendric saat melihat Aio mencetak data dan foto seorang gadis yang belum pernah Cendric dan Benroy.
Reaksi yang wajar bagi keduanya, karena sang kakak memang tidak pernah terlihat dekat atau memiliki ketertarikan pada seorang perempuan. Bukan karena Aio tidak suka pada perempuan, ayolah kakak sulung bagi pewaris keluarga Dawson itu jelas-jelas masih normal. Ia masih menyukai perempuan, hanya saja selama ini Aio hanya memiliki dua kesibukan dalam hidupnya. Yaitu sibuk dalam pekerjaannya, dan sibuk mengurusi adik bungsunya yang sangat ia sayangi. Aio secara tegas mengatakan jika dirinya tidak memiliki waktu untuk memiliki seorang kekasih.
“Dia terlihat manis,” ucap Benroy saat mengintip foto gadis itu. Benroy hanya memberikan pujian spontan, tetapi ia terdiam saat mendapatkan lirikan tajam dari sang kakak.
Sesaat kemudian, Aio menatap foto seorang gadis yang baru saja ia cetak dan tersenyum tipis. Hal itu jelas membuat kedua adik kembarnya merinding bukan main. Aio mengabaikan hal itu, dan mengambil handuk yang tersampir di sandaran kursi. Rupanya ia kembali mengeringkan rambutnya yang masih cukup basah sehabis mandi. Setelah cukup kering, barulah Aio berkata, “Dia calon kakak ipar kalian.”
Jawaban yang diberikan oleh Aio sukses membuat Cendric dan Benroy yang sebelumnya tengah menikmati kudapan malam, menghentikan kegiatan mereka dan menatap Aio dengan mata membulat. Rasanya, mereka mendengar sesuatu yang mustahil. Ayolah, tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba Aio mengatakan jika dirinya sudah memiliki calon istri. Padahal, mereka tahu betul, Aio tidak tengah dekat atau menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Para artis dan model yang selama ini mendekati Aio, selalu mendapatkan penolakan. Lalu, siapa orang yang berhasil meluluhkan hati beruang es ini?
“Kakak ipar?” tanya Cendric dan Benroy bersamaan.
“Ya, kakak ipar. Dia akan menjadi istriku,” ucap Aio lagi sembari menatap kedua adiknya.
“Kalian sudah menjalin hubungan sejak kapan? Kenapa kami tidak tau? Apa Kakak sengaja merahasiakannya dari kami? Padahal, kami saja selalu menceritakan apa yang terjadi, termasuk hubungan kami dengan kekasih kami,” ucap Benroy protes karena menganggap Aio merahasiakan sesuatu dari mereka.
“Jangan-jangan kalian sudah berpacaran lebih lama daripada kami, ya? Atau mungkin, kalian sudah melakukan hal yang lebih daripada berkencan?” tanya Cendric menuduh.
Cendric dan Benroy memang sama-sama sudah memiliki kekasih. Keduanya bahkan sudah berpacaran dalam rentang waktu yang cukup lama. Hanya tersisa Aio yang memang belum memiliki kekasih dan tidak memiliki kedekatan dengan wanita mana pun. Jadi, sangat mengejutkan bagi keduanya saat mendengar bahwa Aio sudah memiliki calon istri. Namun Aio pun menjawab, “Perhatikan ucapanmu, Cendric! Aku tidak berpacaran dengannya. Dia gadis yang benar-benar polos.”
Cendric dan Benroy kembali dibuat terkejut. “Jika tidak berpacaran, mengapa Kakak yakin jika dia mau menjadi istri Kakak?” tanya Cendric benar-benar tidak percaya dengan rasa percaya diri yang dimiliki oleh kakak sulungnya itu.
“Jangan bilang, jika Kakak bahkan baru mengenalnya,” ucap Benroy menimpali. Benroy adalah pembaca situasi yang sangat tajam. Jadi, ia bisa menebak dengan tepat bahwa Aio memang baru saja mengenal sosok gadis manis yang sang kakak sebut sebagai calon istrinya itu.
Aio pun mengangguk membuat kedua adiknya kembali terkejut. Keduanya menghela napas panjang dan merasa jika Aio benar-benar selalu memberikan kejutan di balik sikapnya yang tenang. “Kakak baru mengenalnya, dan aku yakin dia bahkan tidak tau jika Kakak tertarik dengannya. Jangan terburu-buru, menikah itu perkara yang sangat serius. Kami saja yang sudah menjalin hubungan yang cukup lama dengan kekasih kami, masih memilih untuk saling mengenal satu sama lain. Sebaiknya, Kakak mencoba untuk mengenalnya lebih jauh,” ucap Benroy memberikan nasihat pada kakaknya itu.
“Aku tidak ingin seperti kalian, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun memacari kekasih kalian. Aku tidak ingin membuat perempuan yang sudah kucintai digantungkan dalam waktu yang lama. Jika aku sudah menyukainya dan ia juga memiliki perasaan yang sama denganku, aku akan segera menikahinya. Selain itu, aku sudah mengenalnya dengan ini,” ucap Aio sembari menunjukkan sebuah kertas yang ternyata adalah data diri dari Tessa. Ada pula foto Tessa yang tersenyum dengan manisnya, membuat Aio kesulitan untuk menahan diri tersenyum melihatnya.
Benroy dan Cendric terdiam karena tertohok. Mereka memang sudah memacari kekasih mereka dalam waktu yang cukup lama. Namun, mereka belum memiliki niat untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Selain karena mereka belum memikirkannya, mereka juga belum siap untuk mengungkapkan hubungan mereka pada adik bungsu mereka. Hal tersebut terjadi karena kembar tiga yang sering dipanggil sebagai kembar ABC itu sudah berjanji pada adik bungsu mereka untuk tidak memiliki kekasih atau menikah dulu, sebelum sang adik memiliki kekasih.
“Tapi tetap saja, kalian harus saling mengenal terlebih dahulu. Kakak tidak cukup hanya mengenalnya dengan sebatas ini saja,” ucap Cendric.
“Tenang saja, kalian pasti akan senang memiliki kakak ipar sepertinya,” ucap Aio mengabaikan perkataan kedua adiknya. Ia tetap bersikukuh dengan keputusannya untuk menjadikan Tessa sebagai istrinya.
Benroy pun menghela napas. “Kami tidak akan menolak atau menghalangi keinginan Kakak. Tapi, Kakak juga harus memastikan jika gadis itu memang ingin menjadi istri Kakak. Jangan memaksanya, karena itu hanya akan melukai hati gadis yang Kakak sukai itu,” ucap Benroy kembali memberikan nasihat pada sang kakak.
“Tidak perlu mencemaskan hal itu. Karena aku, sudah memikirkan cara untuk memastikan jika Tessa akan jatuh ke dalan pelukanku. Dia pasti akan menjadi kakak ipar kalian.”
Benroy dan Cendric saling bertatapan. Jika sang kakak sudah berkata seperti itu, maka apa pun yang ia rencanakan pasti akan menjadi kenyataan. Karena mereka sendiri, sebagai kembar identik tidak pernah bisa menebak apa yang Aio rencanakan atau pikirkan. Aio selalu menyembunyikan langkah sesungguhnya di depan semua orang. Benroy dan Cendric hanya merasa sedikit bersimpati pada gadis bernama Tessa itu. Karena hanya menunggu waktu, ia akan masuk ke dalam dunia yang jelas akan terasa mengejutkan dan sangat berbeda dengan dunia yang selama ini ia tinggali.
Meskipun agak terkejut, Galih pun segera menyambut kedatangan Aio yang mengunjungi kantornya. Ia pun mempersilakan Aio untuk duduk dan meminta sekretarisnya unutuk menyiapkan teh untuk mereka. Mereka berbincang ringan sebelum sekretaris Galih kembali dan menyajikan teh yang diminta oleh Galih. Setelah ditinggalkan berdua dengan Aio, barulah Galih mempertanyakan alasan kedatangan Aio. Bagi Galih, kedatangan Aio tanpa janji seperti ini di luar kebiasaan Aio. Pria muda di hadapannya itu sangatlah sibuk mengurus kerajaan bisnis keluarganya hingga sulit untuk meluangkan waktu. Pasti kedatangan Aio membawa hal yang penting.“Jadi apa yang membawamu datang ke mari, Aio? Apa aku harus memanggilmu sebagai Tuan Achazio?” tanya Galih mempertanyakan apakah Aio datang untuk masalah kerjasama mereka sebagai rekan bisnis, atau Aio datang dengan membawa masalah pribadi.Aio yang mengerti hal itu pun menyunggingkan senyum tipisnya. Mereka memang sudah menjadi rekan bisnis s
Tessa berdiri di tepi jalan, menunggu ojek online pesanannya. Ia mendongak dan menghela napas karena dirinya sudah hampir setengah jam berdiri di bawah terik matahari karena ojek online pesanannya selalu dibatalkan. Jika tahu begini, Tessa akan memilih untuk berangkat pagi, walaupun kelas pertamanya berlangsung siang hari. Karena lebih baik dirinya menghabiskan waktu di perpustakaan yang nyaman dan dingin, daripada harus berdiri di bawah terik matahari seperti ini. Tentu saja bukan untuk belajar, tetapi untuk tidur. Tessa, sudah membagi waktunya dengan baik. Ia memiliki jam belajar yang cukup dan tidak perlu ditambah lagi, atau dirinya akan sakit kepala.Merasa putus asa karena pesanan ojek online-nya kembali dibatalkan, Tessa pun terpikirkan untuk menghubungi temannya yang juga satu jurusan dan satu kelas dengannya. Saat Tessa menunduk dan sibuk mengirim pesan, Tessa melonjak terkejut saat mendengar suara kelakson mobil mewah yang berhenti tepat di hadapann
Walaupun tahu jika saat ini dirinya harus segera mandi dan bersiap untuk pergi kuliah, mengingat jika dirinya memiliki kelas di pagi harim Tessa benar-benar terlihat enggan untuk beranjak dari ranjangnya yang nyaman. Rasanya, Tessa ingin tetap di sana seharian. Selain karena merasa lelah karena ia bekerja hingga cukup malam, alasan lainnya adalah dirinya sudah mendapatkan pesan beruntun dari seseorang yang sangat tidak ingin Tessa temui dalam waktu dekat, atau lebih tepatnya tidak ingin Tessa temui selamanya. Siapa lagi jika bukan Aio. Rasanya Tessa benar-benar ingin memukul wajah tampan yang selalu berekspresi menyebalkan itu.Meskipun masih merasa enggan, pada akhirnya Tessa beranjak untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat kuliah. Karena Tessa tidak berias seperti gadis yang lainnya, Tessa tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk bersiap. Ia hanya memerlukan pelembab bibir, dan bedak tabur untuk merias wajahnya dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi dengan rapi.
“Jangan cemberut seperti itu, seperti biasanya Bunda akan memastikan jika ayahmu akan berpihak pada kita. Selain itu, Bunda juga akan memastikan jika Aio pada akhirnya akan menjadi milikmu,” ucap Vania saat sudah mendengarkan cerita dari Elena, bahwa selama ini ternyata Tessa diantar jemput oleh Aio. Dengan kata lain, Tessa dan Elena sering kali berhubungan.Tentu saja Vania merasa jengkel. Bagaimana bisa Aio tertarik pada Tessa? Padahal jika dibandingkan dengan Elena, tentunya Tessa kalah telak. Menurut Vania, Elena lebih cantik dan elegan daripada Tessa yang terlihat belum bisa mengurus dirinya sendiri. Atau mungkin saja, Tessa yang menggoda Aio demi hidup nyaman dan bergelimang harta di tengah keluarga Dawson yang terkenal dengan kekayaan mereka. Bagi Vania, Tessa sangat tidak tahu malu.Elena yang mendengar hal itu pun senang bukan main. Karena ia sendiri tahu, ibunya selalu menepati apa yang ia katakan. Ibunya memiliki segudang ide untuk mendapatkan ap
Haikal menempelkan kemasan minuman dingin pada pipi Tessa yang terlihat murung. Hal tersebut membuat Tessa berjengit dan memukul tangan Haikal yang tertawa karena berhasil mengerjai Tessa. Tentu saja Tessa menggerutu karena sikap Haikal yang jail itu. Sejak mereka kecil, Haikal selalu saja memiliki tingkah jail untuk menggoda dan membuatnya tertawa. Sayangnya, kali ini Tessa tidak bisa tertawa karena lelucon yang diberikan oleh Haikal.Sebelumnya, Haikal berharap jika usahanya menggoda dan membelikan Tessa minuman kesukaan sahabtnya itu bisa membuat suasana hati Tessa. Namun, pemikiran Haiklah tersebut terpatahkan karena Tessa masih terlihat murung. Haikal pun bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terihat murung seperti itu?”Namun, Tessa menggeleng. Tidak berniat untuk menceritakan masalah yang mengganggunya. Haikal memang sahabat yang sudah sangat ia percaya. Tessa bahkan tidak ragu untuk berbagi rahasia dengan sahabatnya itu. Namun, untuk masalah i
Tessa melangkah berjinjit, dan mengintip dari balik bangunan gedung kampusnya. Hari ini, Tessa mendapat libur dari semua tempat kerjanya, dan kebetulan bisa pulang lebih cepat. Saat ini, Tessa berusaha untuk memastikan jika Aio tidak ada di depan kampusnya dan menunggu kepulangannya. Mungkin, saat berhadapan terakhir kalinya dengan Aio, Tessa masih belum sadar sepenuhnya, dan belum merasa malu.Namun sekarang berbeda. Dengan pikiran jernih, Tessa merasa begitu malu karena tingkahnya sendiri yang marah, dan meluapkan semua kemarahannya itu pada Aio hingga dirinya menangis. Itu sungguh memalukan dan Tessa tidak ingin bertemu dengan Aio. Bagaimana bisa dirinya lepas kendali seperti itu? Ia bahkan menangis seperti anak kecil di dalam pelukan Aio. Membayangkannya saja sudah membuat Tessa begidig dibuatnya.“Tessa?”“Astaga!” Tessa berjengit terkejut dan berbalik untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.Tessa menghela napas leg
“Apa?” tanya Aio memukul meja kerjanya dengan keras dan membuat dewan direksi yang tengah rapat dengannya tersentak karena terkejut.Mereka berusaha untuk tetap tenang. Apalagi saat ini, Aldi sang asisten Aio yang bisa mereka andalkan untuk menenangkan Aio tengah tidak berada di sana. Benar, Aldi tidak berada di sana karena mendapatkan tugas khusus dari Aio untuk mengantarkan Tessa ke kampus. Setidaknya, Aio ingin memastikan jika Tessa bisa sampai ke kampus dengan selamat dan aman, walaupun dirinya tidak bisa bertemu langsung dengan Tessa.Aio sadar Tessa masih merasa malu karena sempat menangis dan mengungkapkan isi hatinya. Jadi Aio berusaha untuk memberikan waktu bagi Tessa. Selain itu, Aio juga harus menghadiri rapat dengan dewan direksi mengenai masalah perusahaannya. Namun, Aio ternyata mendapatkan kabar yang tidak menyenangkan dari Aldi.Karena itulah, Aio memilih untuk menutup teleponnya dan berkata, “Rapat ini kutunda. Coba cari solusi
Jika Haikal dan Aio tengah berusaha untuk mencari keberadaan Tessa, maka Tessa sendiri tengah berusaha untuk memulai kehidupannya yang baru. Tessa kini sudah berada di sebuah desa yang tentu saja jauh dari jangkauan orang-orang yang ia kenal. Bermodalkan uang yang tersisa di dalam tabungannya, dan menjual beberapa benda berhaga yang ia miliki, Tessa memilih untuk pergi sejauh mungkin, dengan memantapkan hati memutuskan semua hubungannya dengan masa lalu. Tessa tahu, jika hal ini hanyalah sikap pengecut. Ia hanya lari dari lukanya. Namun, ini adalah langkah paling tepat yang bisa Tessa lakukan saat ini.Tessa sadar, keputusannya ini mungkin sangat gegabah. Ia mengambil keputusan untuk benar-benar keluar dari rumah bahkan memutuskan hubungannya dengan sang ayah, karena dipengaruhi oleh rasa marah yang membuatnya merasa sesak. Benar, Tessa marah. Bukan hanya marah, ia juga merasa sangat kecewa, karena ayah yang seharusnya menjadi orang terakhir yang berada di sisinya, kini malah