“Lucunya!” seru Tessa saat melihat dua ekor bayi kucing berbulu lembut dan tebal.Tessa terlihat begitu bahagia, saat dirinya terbangun dari tidurnya dan susah membersihkan diri karena tubuhnya pegal bukan main karena Aio selalu mengajaknya berolahraga kapan pun dan di mana pun itu. Hal yang menyebalkan adalah, sekeras apa pun Tessa menolaknya, Aio tidak pernah mau berhenti dan mengalah. Untungnya, para pelayan yang akan bekerja di rumah mereka, sudah datang. Hingga mungkin Aio bisa sedikit menahan diri. Setelah Tessa selesai membasuh diri dan berpakaian dengan rapi, ia pun beranjak untuk turun dari lantai tiga.Namun begitu akan masuk ke ruang makan, Tessa sudah lebih dulu disambut oleh kejutan dua ekor bayi kucing lucu yang menjadi wujud dari janji Aio sebelumnya. Para pelayan yang membawa dua kucing tersebut, juga membawa sertifikat pengadopsian. Saat itulah Tessa sadar jika kedua kucing ini bukan kucing biasa. Tessa dengan hati-hati meraih dan menggedong salah satu dari dua bayi k
“Apa Nyonya sudah meminta izin pada Tuan?” tanya kepala pelayan saat Tessa memintanya untuk menyiapkan mobil dan mengantarkannya ke kediaman Dawson, yang tak lain adalah kediaman mertuanya.Setelah pindah ke rumah baru yang ia tinggali bersama sang suami, Tessa belum pernah ke luar dari rumah, apalagi tanpa didampingi oleh suaminya ini. Semua hal yang Tessa lakukan selalu ia kerjakan di dalam rumah. Baik itu kuliah, maupun bersantai sekali pun, karena memang semuanya sudah tersedia di dalam sana. Khusus untuk kuliahnya, Tessa pun pada akhirnya mengambil kelas online karena Aio memang sudah mengatur dan mengubah perkuliahannya seperti itu.Semua itu tidak terasa membebani bagi Tessa. Karena pada akhirnya Tessa bisa menjalani hari yang nyaman. Hanya saja, akhir-akhir ini, ada hal yang membuat Tessa sangat jengkel pada Aio. Tessa yang memeluk Romeo dan Juliet, telihat enggan menyebutkan nama suaminya. Benar, Tessa tengah merajuk pada Aio. Setelah membuat Tessa menggunakan kostum kucing,
“Ini adalah Lembah Para Raja,” ucap Aio lalu memeluk Tessa yang tengah melihat sawah yang menghampar luas sejauh mata memandang. Kini, Aio dan Tessa tengah memulai acara bulan madu mereka yang ternyata di mulai dengan menginap dan menikmati wisata di Bali. Untuk akomodasi, Aio memilih untuk menginap di Viceroy Hotel yang terletak di Ubud, Bali.Sebuah hotel bintang lima di mana kamar yang ia pesan berupa sebuah Villa mewah yang terletak di Lembah Para Raja. Nama tersebut diberikan oleh penduduk setempat untuk generasi royal Bali yang tinggal di desa-desa terdekat. Selain itu, area tersebut memang sangat indah, dan patut untuk dinamai sebagai Lembah Para Raja, karena keindahan seperti ini di zaman dulu pasti hanya bisa dinikmati oleh keturunan Raja.“Apa nanti kita bisa bermain ke sana? Tessa ingin berfoto di sana, pasti menyenangkan. Tessa ingin menunjukan pada Princess, Nessie, dan Alma bahwa kita juga berlibur ke tempat yang indah,” ucap Tessa terlihat begitu antusias.Karena setel
Vania—sang nyonya rumah di kediaman Heidi—memberikan isyarat pada putrinya Elena untuk mengikutinya. Elena yang mengerti, segera melangkah mengikuti langkah ibunya dengan senang hati. Elena melirik kotak berisi gaun dari desainer terkenal di tangan ibunya. Elena mengerucutkan bibirnya dan mengeluh, “Kenapa Bunda menyiapkan gaun secantik itu untuknya? Harusnya, Bunda menyiapkan gaun cantik hanya untukku. Malam ini, aku harus terlihat lebih baik daripada siapa pun.”Vania menatap putrinya yang cantik sembari mengulum senyum. “Bukan Bunda yang menyiapkan gaun ini, Elena. Ayahmu yang menyiapkannya. Toh, gaun yang kau kenakan terlihat lebih cantik. Dengan gaun yang kau kenakan, jelas kau lebih cantik daripada siapa pun di rumah ini. Tidak perlu mencemaskan apa pun,” ucap Vania sembari menenangkan putrinya.Elena memang terlihat sangat cantik dengan gaun malam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Elena sendiri memanglah seoran
Mendengar keributan di taman, Galih pun beranjak dari ruang makan dan terkejut melihat putrinya yang tengah bergelayut di pembatas balkon. “Astaga, Tessa! Kenapa kamu seperti itu? Berbahaya, kembali ke tempat yang aman!” seru Galih.Seruan tersebut membuat Vania dan Elena beranjak mengikuti Galih. Keduanya merasa kesal karena Tessa yang terlihat muncul dengan kondisi cantik, merusak rencana yang sudah mereka susun. Perkiraan Tessa memang benar. Keduanya yang mengunci Tessa di dalam kamar, agar Aio tidak bisa bertemu dengan Tessa. Hal itu dilakukan, agar Aio hanya fokus dan jatuh hati pada Elena yang cantik. Namun, Tessa malah merusak semua usaha yang sudah dilakukan oleh ibu dan anak itu. “Iya, Ayah!” jawab Tessa sedikit berseru.Galih pun menatap Vania dan berkata, “Bawa Tessa turun.”Vania beranjak melaksanakan apa yang diminta oleh suaminya. Sementara itu, Elena menatap Aio dan melihat kening pria tampan itu yang berubah me
Meskipun agak terkejut, Galih pun segera menyambut kedatangan Aio yang mengunjungi kantornya. Ia pun mempersilakan Aio untuk duduk dan meminta sekretarisnya unutuk menyiapkan teh untuk mereka. Mereka berbincang ringan sebelum sekretaris Galih kembali dan menyajikan teh yang diminta oleh Galih. Setelah ditinggalkan berdua dengan Aio, barulah Galih mempertanyakan alasan kedatangan Aio. Bagi Galih, kedatangan Aio tanpa janji seperti ini di luar kebiasaan Aio. Pria muda di hadapannya itu sangatlah sibuk mengurus kerajaan bisnis keluarganya hingga sulit untuk meluangkan waktu. Pasti kedatangan Aio membawa hal yang penting.“Jadi apa yang membawamu datang ke mari, Aio? Apa aku harus memanggilmu sebagai Tuan Achazio?” tanya Galih mempertanyakan apakah Aio datang untuk masalah kerjasama mereka sebagai rekan bisnis, atau Aio datang dengan membawa masalah pribadi.Aio yang mengerti hal itu pun menyunggingkan senyum tipisnya. Mereka memang sudah menjadi rekan bisnis s
Tessa berdiri di tepi jalan, menunggu ojek online pesanannya. Ia mendongak dan menghela napas karena dirinya sudah hampir setengah jam berdiri di bawah terik matahari karena ojek online pesanannya selalu dibatalkan. Jika tahu begini, Tessa akan memilih untuk berangkat pagi, walaupun kelas pertamanya berlangsung siang hari. Karena lebih baik dirinya menghabiskan waktu di perpustakaan yang nyaman dan dingin, daripada harus berdiri di bawah terik matahari seperti ini. Tentu saja bukan untuk belajar, tetapi untuk tidur. Tessa, sudah membagi waktunya dengan baik. Ia memiliki jam belajar yang cukup dan tidak perlu ditambah lagi, atau dirinya akan sakit kepala.Merasa putus asa karena pesanan ojek online-nya kembali dibatalkan, Tessa pun terpikirkan untuk menghubungi temannya yang juga satu jurusan dan satu kelas dengannya. Saat Tessa menunduk dan sibuk mengirim pesan, Tessa melonjak terkejut saat mendengar suara kelakson mobil mewah yang berhenti tepat di hadapann
Walaupun tahu jika saat ini dirinya harus segera mandi dan bersiap untuk pergi kuliah, mengingat jika dirinya memiliki kelas di pagi harim Tessa benar-benar terlihat enggan untuk beranjak dari ranjangnya yang nyaman. Rasanya, Tessa ingin tetap di sana seharian. Selain karena merasa lelah karena ia bekerja hingga cukup malam, alasan lainnya adalah dirinya sudah mendapatkan pesan beruntun dari seseorang yang sangat tidak ingin Tessa temui dalam waktu dekat, atau lebih tepatnya tidak ingin Tessa temui selamanya. Siapa lagi jika bukan Aio. Rasanya Tessa benar-benar ingin memukul wajah tampan yang selalu berekspresi menyebalkan itu.Meskipun masih merasa enggan, pada akhirnya Tessa beranjak untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat kuliah. Karena Tessa tidak berias seperti gadis yang lainnya, Tessa tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk bersiap. Ia hanya memerlukan pelembab bibir, dan bedak tabur untuk merias wajahnya dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi dengan rapi.