Tessa berdiri di tepi jalan, menunggu ojek online pesanannya. Ia mendongak dan menghela napas karena dirinya sudah hampir setengah jam berdiri di bawah terik matahari karena ojek online pesanannya selalu dibatalkan. Jika tahu begini, Tessa akan memilih untuk berangkat pagi, walaupun kelas pertamanya berlangsung siang hari. Karena lebih baik dirinya menghabiskan waktu di perpustakaan yang nyaman dan dingin, daripada harus berdiri di bawah terik matahari seperti ini. Tentu saja bukan untuk belajar, tetapi untuk tidur. Tessa, sudah membagi waktunya dengan baik. Ia memiliki jam belajar yang cukup dan tidak perlu ditambah lagi, atau dirinya akan sakit kepala.
Merasa putus asa karena pesanan ojek online-nya kembali dibatalkan, Tessa pun terpikirkan untuk menghubungi temannya yang juga satu jurusan dan satu kelas dengannya. Saat Tessa menunduk dan sibuk mengirim pesan, Tessa melonjak terkejut saat mendengar suara kelakson mobil mewah yang berhenti tepat di hadapannya. Tessa mengusap dadanya dan melihat mobil mewah tersebut. Tessa terkejut karena ternyata pria yang duduk di kursi belakang, adalah pria yang pernah ia lihat. “Om?” tanya Tessa.
Pria itu menghela napas. “Apa aku terlihat setua itu bagimu, Tessa?” tanya balik pria yang tak lain adalah Aio itu.
Tessa tersenyum lebar menunjukkan gigi kecilnya yang berderet rapi dan putih. “Tidak juga, tapi aku lebih nyaman memanggil Om seperti itu,” ucap Tessa.
Aio mendengkus pelan, dan memicingkan matanya saat melihat keringat yang membahasi kening Tessa. “Kenapa berdiri di luar saat cuaca sepanas ini?” tanya Aio.
Tessa menegapkan punggungnya dan menjawab, “Memangnya aku ingin melakukan hal ini dengan suka rela? Aku hanya tengah menunggu pesanan ojek yang selalu dibatalkan.” Tessa pun mulai menggerutu pelan.
Melihat penampilan Tessa, Aio pun yakin jika Tessa sebenarnya akan pergi ke kampus. Jika Aio tadi tidak pulang melewati jalan ini, sepertinya Tessa akan terpanggang dan masak sempurna di bawah terik matahari. “Kalau begitu masuk. Aku antarkan,” ucap Aio.
Tentu saja itu adalah tawaran yang menarik. Namun, Tessa harus menolaknya. Karena Tessa tahu, bahwa sang kakak menyukai Aio. Tessa jelas harus menghindarinya. Bukan karena untuk menjaga perasaan Elena, tetapi lebih karena Tessa ingin menghindari gangguan yang Elena berikan. Gangguan Elena pasti akan semakin menjadi saat wanita itu tahu jika Aio memiliki kontak dengannya. Kontak tak disengaja yang terjadi saat pertemuan pertama mereka saja sudah membuat Elena kebakaran jenggot. Padahal, itu kontak yang memberikan kesan yang tidak menyenangkan. Menurut Tessa, Elena bereaksi terlalu berlebihan.
Hanya saja, Tessa tidak mau memperkeruh suasana. Sebisa mungkin, ia tidak ingin membuat Elena semakin bersemangat mengganggungnya. Jadi, Tessa secara tegas berkata, “Tidak apa-apa, Om. Temanku akan segera menjemputku.”
Aio yang melihat sorot kebohongan pada kedua netra Tessa pun berusaha untuk tidak tersenyum. Tessa benar-benar seperti adik perempuannya. Ia tidak bisa menyembunyikan kebohongan. “Kalau begitu, aku temani hingga temanmu tiba. Apa kau ingin menunggu di dalam mobil?” tanya Aio.
Tessa jelas-jelas mengutuk Aio, karena Aio malah tetap di sana. Padahal tadi Tessa hanya sembarangan berkata. Ia belum mendapatkan balasan dari teman yang tadi ia kirimi pesan. Namun di tengah kegelisahan Tessa itu, ada sebuah motor sport yang berhenti di dekat mobil mewah itu. Pengemudinya membuka kaca pelindung helmnya dan berseru, “Tessa, ayo cepat! Nanti kita terlambat.”
Tessa segera menoleh dan hampir saja berjingkrak kegirangan. “Haikal!” seru Tessa senang.
Ia pun segera menoleh pada Aio dan berkata, “Terima kasih atas tawaran, dan waktunya Om. Aku pergi dulu.”
Setelah mengatakan hal itu, Tessa segera berlari menuju motor Haikal, teman yang sebelumnya Tessa kirimi pesan. Tessa sangat bersyukur karena ternyata Haikal datang tepat waktu, hingga dirinya bisa lepas dari penderitaan berlapis yang ia rasakan itu. Haikal segera mengemudikan motornya setelah memastikan jika Tessa duduk dengan nyaman dan menggunakan helm dengan baik. Keduanya sama sekali tidak menyadari jika Aio mengamati semua gerak-gerik mereka dengan tatapan tajam.
“Aldi, apa kau melihat plat nomor motor itu dan pemiliknya?” tanya Aio pada asistennya yang berada di balik kemudi.
Aldi mengangguk. “Saya melihatnya, Tuan,” jawab Aldi formal.
“Ingat nomor dan wajah itu baik-baik, lalu pastikan jika ia tidak bisa melewati jalanan ini lagi. Pastikan saja jika dirinya tidak bisa mengakses jalan-jalan yang berada di sekitar kediaman Heidi,” ucap Aio memberikan perintah yang membuat Aldi sedikit sakit kepala. Aldi memang berharap jika Aio akan segera memiliki kekasih. Namun, setelah menemukan gadis yang berhasil menarik perhatiannya, tingkah Aio malah membuat Aldi pusing sendiri. Ternyata cara pendekatan orang jenius yang kaya raya memang berbeda daripada orang biasa seperti dirinya.
Namun, Aldi tidak bisa menolak dan hanya berkata, “Saya akan melaksanakannya, Tuan.”
***
“Terima kasih, kita akan melanjutkan kerja sama kita seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya,” ucap Aio sembari menjabat tangan rekan bisnisnya di depan restoran tempat di mana mereka makan malam bersama sembari mendiskusikan masalah kerja sama mereka.
Setelah berbincang ringan, keduanya pun berpisah. Aio masuk ke dalam mobil mewahnya dan membiarkan Aldi mengemudikan mobil mewahnya segera. Aio ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, saat diperjalanan Aio yang tengah mengalihkan pandangannya ke tepi jalan, melihat sosok yang ia kenali. Aio pun berkata, “Tepikan mobilnya.”
Tentu saja Aldi yang mendengar perintah tersebut segera menepikan mobil dan mematikan mesin mobil mewah tersebut. Aio sendiri mengamati seorang gadis yang melangkah mendekati mobilnya, dan begitu ia hampir melewati mobilnya, Aio menurunkan kaca mobil dan bertanya, “Ini sudah malam, kenapa masih di luar?”
Gadis itu berjengit dan hampir menjerit karena terkejut. “Astaga, Om!” seru Tessa agak kesal. Karena ini kedua kalinya ia dibuat terkejut oleh Aio di hari yang sama.
Aio tidak mengatakan apa pun, dan menunggu jawaban atas pertanyaannya sebelumnya. Tessa pun tersadar dan berdeham. “Tessa baru saja selesai belajar bersama dengan teman. Sekarang Tessa akan segera pulang,” ucap Tessa terlihat gugup.
Namun, Aio yang cerdas bisa menghubungkan sikap Tessa tersebut dengan apa yang sudah ia lihat sebelumnya. Aio pun bertanya, “Apa kau belajar di klinik hewan? Apakah jurusan kuliahmu memang berkaitan dengan mengurus hewan peliharaan?”
Tessa pun berniat untuk memberikan alasan, tetapi Tessa tahu jika hal itu tidak aka nada gunanya. Pada akhirnya, Tessa pun mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada, sebelum bertanya balik, “Lalu apa urusannya dengan Om?”
Melihat sikap berani Tessa yang dibuat-buat itu, mengingatkan Aio pada singa perliharaan adik bungsunya. Aio pun mengusap dagunya dengan gerakan yang memukau sebelum berkata, “Memang tidak ada urusannya denganku. Hanya saja, aku penasaran apa yang akan terjadi jika ayahmu tahu perihal ini? Sepertinya dia akan marah, atau mungkin akan menghukummu karena berbohong? Hm, aku tidak bisa menebaknya.”
Tessa pun secara perlahan menurunkan kedua tangannya dan kembali bersikap sopan. Ia menunduk dan melihat ujung kakinya yang ia gunakan untuk membuat pola abstrak pada trotoar. Tessa tidak bisa mengelak lagi, karena rasanya Aio memang sudah menangkap basa dirinya. Semakin Tessa membuat alasan, maka Aio akan semakin menekan dirinya dan berusaha untuk mengambil keutungan. Tessa benar-benar tidak menyukai orang-orang seperti Aio ini. Terlalu ikut campur. “Jangan mengatakannya pada Ayah,” ucap Tessa.
Aio menyembunyikan seringainya dan berkata, “Baiklah, aku tidak akan bertindak jahat dengan mengadukan hal ini pada ayahmu.”
Mendengar hal itu, Tessa pun mengangkat pandangannya dan bertanya antusias, “Benarkah?”
Aio mengangguk, dan tersenyum lembut. Namun ia berkata, “Tapi itu tidak gratis.”
Tessa pun sadar jika dirinya sudah masuk ke dalam kandang srigala. Ia tidak akan lepas sebelum srigala itu puas menggigit dagingnya. Tessa mengerang dalam hati. Mempertanyakan alasan mengapa dirinya bisa berakhir memiliki nasib menyedihkan seperti ini.
Walaupun tahu jika saat ini dirinya harus segera mandi dan bersiap untuk pergi kuliah, mengingat jika dirinya memiliki kelas di pagi harim Tessa benar-benar terlihat enggan untuk beranjak dari ranjangnya yang nyaman. Rasanya, Tessa ingin tetap di sana seharian. Selain karena merasa lelah karena ia bekerja hingga cukup malam, alasan lainnya adalah dirinya sudah mendapatkan pesan beruntun dari seseorang yang sangat tidak ingin Tessa temui dalam waktu dekat, atau lebih tepatnya tidak ingin Tessa temui selamanya. Siapa lagi jika bukan Aio. Rasanya Tessa benar-benar ingin memukul wajah tampan yang selalu berekspresi menyebalkan itu.Meskipun masih merasa enggan, pada akhirnya Tessa beranjak untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat kuliah. Karena Tessa tidak berias seperti gadis yang lainnya, Tessa tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk bersiap. Ia hanya memerlukan pelembab bibir, dan bedak tabur untuk merias wajahnya dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi dengan rapi.
“Jangan cemberut seperti itu, seperti biasanya Bunda akan memastikan jika ayahmu akan berpihak pada kita. Selain itu, Bunda juga akan memastikan jika Aio pada akhirnya akan menjadi milikmu,” ucap Vania saat sudah mendengarkan cerita dari Elena, bahwa selama ini ternyata Tessa diantar jemput oleh Aio. Dengan kata lain, Tessa dan Elena sering kali berhubungan.Tentu saja Vania merasa jengkel. Bagaimana bisa Aio tertarik pada Tessa? Padahal jika dibandingkan dengan Elena, tentunya Tessa kalah telak. Menurut Vania, Elena lebih cantik dan elegan daripada Tessa yang terlihat belum bisa mengurus dirinya sendiri. Atau mungkin saja, Tessa yang menggoda Aio demi hidup nyaman dan bergelimang harta di tengah keluarga Dawson yang terkenal dengan kekayaan mereka. Bagi Vania, Tessa sangat tidak tahu malu.Elena yang mendengar hal itu pun senang bukan main. Karena ia sendiri tahu, ibunya selalu menepati apa yang ia katakan. Ibunya memiliki segudang ide untuk mendapatkan ap
Haikal menempelkan kemasan minuman dingin pada pipi Tessa yang terlihat murung. Hal tersebut membuat Tessa berjengit dan memukul tangan Haikal yang tertawa karena berhasil mengerjai Tessa. Tentu saja Tessa menggerutu karena sikap Haikal yang jail itu. Sejak mereka kecil, Haikal selalu saja memiliki tingkah jail untuk menggoda dan membuatnya tertawa. Sayangnya, kali ini Tessa tidak bisa tertawa karena lelucon yang diberikan oleh Haikal.Sebelumnya, Haikal berharap jika usahanya menggoda dan membelikan Tessa minuman kesukaan sahabtnya itu bisa membuat suasana hati Tessa. Namun, pemikiran Haiklah tersebut terpatahkan karena Tessa masih terlihat murung. Haikal pun bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terihat murung seperti itu?”Namun, Tessa menggeleng. Tidak berniat untuk menceritakan masalah yang mengganggunya. Haikal memang sahabat yang sudah sangat ia percaya. Tessa bahkan tidak ragu untuk berbagi rahasia dengan sahabatnya itu. Namun, untuk masalah i
Tessa melangkah berjinjit, dan mengintip dari balik bangunan gedung kampusnya. Hari ini, Tessa mendapat libur dari semua tempat kerjanya, dan kebetulan bisa pulang lebih cepat. Saat ini, Tessa berusaha untuk memastikan jika Aio tidak ada di depan kampusnya dan menunggu kepulangannya. Mungkin, saat berhadapan terakhir kalinya dengan Aio, Tessa masih belum sadar sepenuhnya, dan belum merasa malu.Namun sekarang berbeda. Dengan pikiran jernih, Tessa merasa begitu malu karena tingkahnya sendiri yang marah, dan meluapkan semua kemarahannya itu pada Aio hingga dirinya menangis. Itu sungguh memalukan dan Tessa tidak ingin bertemu dengan Aio. Bagaimana bisa dirinya lepas kendali seperti itu? Ia bahkan menangis seperti anak kecil di dalam pelukan Aio. Membayangkannya saja sudah membuat Tessa begidig dibuatnya.“Tessa?”“Astaga!” Tessa berjengit terkejut dan berbalik untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.Tessa menghela napas leg
“Apa?” tanya Aio memukul meja kerjanya dengan keras dan membuat dewan direksi yang tengah rapat dengannya tersentak karena terkejut.Mereka berusaha untuk tetap tenang. Apalagi saat ini, Aldi sang asisten Aio yang bisa mereka andalkan untuk menenangkan Aio tengah tidak berada di sana. Benar, Aldi tidak berada di sana karena mendapatkan tugas khusus dari Aio untuk mengantarkan Tessa ke kampus. Setidaknya, Aio ingin memastikan jika Tessa bisa sampai ke kampus dengan selamat dan aman, walaupun dirinya tidak bisa bertemu langsung dengan Tessa.Aio sadar Tessa masih merasa malu karena sempat menangis dan mengungkapkan isi hatinya. Jadi Aio berusaha untuk memberikan waktu bagi Tessa. Selain itu, Aio juga harus menghadiri rapat dengan dewan direksi mengenai masalah perusahaannya. Namun, Aio ternyata mendapatkan kabar yang tidak menyenangkan dari Aldi.Karena itulah, Aio memilih untuk menutup teleponnya dan berkata, “Rapat ini kutunda. Coba cari solusi
Jika Haikal dan Aio tengah berusaha untuk mencari keberadaan Tessa, maka Tessa sendiri tengah berusaha untuk memulai kehidupannya yang baru. Tessa kini sudah berada di sebuah desa yang tentu saja jauh dari jangkauan orang-orang yang ia kenal. Bermodalkan uang yang tersisa di dalam tabungannya, dan menjual beberapa benda berhaga yang ia miliki, Tessa memilih untuk pergi sejauh mungkin, dengan memantapkan hati memutuskan semua hubungannya dengan masa lalu. Tessa tahu, jika hal ini hanyalah sikap pengecut. Ia hanya lari dari lukanya. Namun, ini adalah langkah paling tepat yang bisa Tessa lakukan saat ini.Tessa sadar, keputusannya ini mungkin sangat gegabah. Ia mengambil keputusan untuk benar-benar keluar dari rumah bahkan memutuskan hubungannya dengan sang ayah, karena dipengaruhi oleh rasa marah yang membuatnya merasa sesak. Benar, Tessa marah. Bukan hanya marah, ia juga merasa sangat kecewa, karena ayah yang seharusnya menjadi orang terakhir yang berada di sisinya, kini malah
Pagi-pagi sekali, saat kabut masih menghalangi pandangan, Tessa sudah bersiap untuk bekerja. Ia segera beriap, mengikat rambutnya tiggi-tinggi dan mengambil camping yang akan melindunginya dari sinar matahari yang bahkan belum muncul. Tessa meninggalkan rumah kontrakannya dan melangkah dengan kaki ringan. Benar, hidup Tessa sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda daripada sebelumnya. Ia masih pergi ke mana-mana sendirian, dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.Hal yang berbeda adalah, kini Tessa tidak lagi seseorang yang menunggu kepulangannya. Tessa tidak memiliki seseorang yang menyediakan sebuah pelukan hangat, saat dirinya merasa begitu lelah dengan hari yang ia jalani. Tessa menghela napas dan menggelengkan kepalanya, merasa sangat menyedihkan karena kembali teringat dengan masa-mas sulit karena ditindas oleh ibu dan kakak tirinya. Serta bagaimana ayahnya yang semakin menjauh dan tidak terasa seperti ayahnya yang dulu.“Kenapa aku masih merasa sesedih ini?” tanya Tes
Aio menyeka keringat dingin pada kening Tessa dengan lembut. Kini Tessa tengah berbaring di ranjang yang berada di paviliun kediaman Dawson. Bagian ini biasanya digunakan untuk bersantai saat libur, di mana mereka sekeluarga bisa berkumpul bersama. Namun kali ini, paviliun kediaman Dawson diputuskan menjadi ruang pribadi bagi Aio. Itu artinya, tidak ada seorang pun yang bisa berkunjung ke sana, jika mereka tidak memiliki izin dari Aio. Hal tersebut terjadi karena paviliun akan menjadi tempat tinggal sementara bagi Tessa. Karena hal buruk yang dialami oleh Tessa baru-baru ini, Aio yakin jika dirinya perlu menjaga jarak Tessa dengan orang-orang asing. Aio harus memastikan jika kondisi Tessa benar-benar stabil sebelum membua Tessa beradaptasi di tempat tersebut.“Apa dia benar-benar tidak apa-apa?” tanya Aio pada dokter yang memang membantu Aio untuk memeriksa keadaan Tessa.“Dia demam karena terlalu syok. Tapi selebihnya dia tidak apa-apa,” ucap sang dokter bisa sedikit menghela napas k