Share

Satu

Semenjak kejadian terjebak dalam tawuran dua tahun lalu. Sejak itu pula Nessa bersahabat dengan Cevin dan Cavan. Dua cowok kembar yang ternyata ganteng itu.

Iya sih waktu SMP Nessa hanya melihat mereka sebagai dua cowok ingusan yang satunya suka bikin onar dan yang satunya suka bikin keki akibat sikap dinginnya.

Walaupun saat itu mereka beda sekolah tapi Nessa selalu menyempatkan diri main ke tempat Cevin dan Cavan, begitu juga sebaliknya. Yang lebih sering sih Cevin karena Cavan lebih sering menghabiskan waktu untuk bimbel.

Memang terlihat perbedaan signifikan antara Cevin dan Cavan, jika wajah mereka sama persis, tapi sifat keduanya sangat berbeda.

Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk satu sekolah waktu SMA.

" Lah lo kagak pake apa-apa? Ini MOS loh! Mau mati lu di tangan senior?" Ucap Nessa yang daritadi sangat gemas ngeliat sikap Cevin yang terlalu santai dan tidak memakai atribut MOS sama sekali.

"Mati tuh ditangan Tuhan bukan ditangan senior!" Balas Cevin dengan nada santai sambil mengacak-acak rambut Nessa yang penuh kunciran itu.

"Gue serius ih!" Nessa mencebikkan bibirnya, tak suka. Cevin gak tau aja berapa lama waktu yang ia habiskan untuk membuat kunciran seperti ini.

" Siapa bilang gue mau ikut MOS? Mending ngopi di warkop. Gue mantau dari jauh aja." Cevin malah ketawa.

" Apaan lo mantau-mantau! Gaya banget!"

Sementara Cavan sudah lengkap dengan name tag, topi dari bola kaki dan tas dari karung goni. Dengan tampang sedingin itu malah jadi lucu keliatannya kalo dia dandan seaneh itu.

Nessa terkikik geli menyadari dandanan Cavan yang absurd banget itu.

" Ngaca dulu sebelum ketawain orang." Ucap Cavan yang merasa bahwa Nessa sedang menertawainya.

Nessa mengulum senyum. Memang dandanannya juga aneh dengan rambut di kuncir dan selebihnya atributnya sama dengan Cavan." Biarin aja abisnya kocak. Kenapa gak ikut sama Cevin aja buat gak Mos?"

Cavan gak menjawab, hanya membuang napas kasar.

" Yaudah ah yok berangkat. Telat nanti." Nessa memperhatikan jam tangannya yang sudah menunjukan pukul enam lebih lima belas menit.

Karena kebetulan sekolah mereka dekat makanya cukup dengan jalan kaki sepuluh menit untuk sampai di sekolah.

Begitu sampai di SMA bakti mulia, Nessa dan Cavan digiring oleh senior yang menjaga di depan gerbang ke lapangan yang sudah di penuhi siswa-siswi yang berdandanan sama seperti mereka. Cevin sudah lebih dulu masuk ke warkop di sebrang sekolah itu tanpa dicurigai sedikit pun.

" Digiring-giring emangnya kita bebek." Cetus Nessa dengan suara cukup keras.

" Ngomong apa lo barusan?!" Teriak senior yang tadi menggiring Nessa dan Cavan.

Cavan merutuki mulut Nessa yang suka asal nyablak itu. Bisa-bisa mereka kena hukuman.

" Gak kak. Rambut kakak keriting. Bagus." Nessa mengacungkan jempolnya, berhasil ngeles karena emang rambut senior cewek itu agak keriting, bergelombang tepatnya.

" Ini namanya bergelombang tau bukan keriting. Udah sana cepet baris!"

Nessa memilih untuk diam padahal dalam hati mau ketawa. 

Alhasil hanya Cavan dan Nessa yang mengikuti Mos karena tampang kayak Cevin mana mau ikut acara begini.

Pagi ini senior-senior itu mengerjai para juniornya untuk apel mendengarkan berbagai peraturan saat MOS. Kemudian dilanjut acara pelatihan baris berbaris dan game lainnya sampe istirahat makan siang.

" Sekelas kan kita ya?" Tanya Nessa untuk meyakinkan dirinya lagi kalo ia sekelas dengan Cavan dan Cevin.

" Sayangnya, iya." Ucap Cavan, cuek.

Nessa mencebikkan bibirnya kemudian mengeluarkan kotak bekal makanannya." Cevin udah makan belom ya?" Ia jadi keinget Cevin yang gak ada diantara mereka seperti biasanya.

" Kalo laper pasti makan."

" Tapi dia kan gak bawa bekel kayak kita."

" di warung banyak."

Nessa menghela napas. Percuma aja debat sama orang kayak Cavan.

" Eh ada dua dedek emesh lagi makan. Mau di suapin gak?" Tiba-tiba seorang cowok berpakaian putih abu-abu itu mendekat ke meja Cavan dan Nessa.

Cavan hanya melirik seniornya itu sekilas kemudian melanjutkan makan siangnya sementara Nessa masih melongo melihat ketampanan senior di depannya ini.

Cowok itu manis dengan kedua lesung pipinya yang dalam seperti Nessa, ditambah alis tebel dan rambut yang hitam pekat itu. Sayangnya seragamnya agak acak-acakan.

Seperti Cevin?

" Yeee terpesona ya? Gue emang ganteng sih." Ucap cowok itu sambil senyum-senyum menggoda.

Nessa menggelengkan kepalanya dengan cepat demi menyadarkan alam bawah sadarnya yang suka lola kalo liat cowok ganteng." Serius mau nyuapin?"

" Uhuk!" Cavan terbatuk mendengar ucapan yang keluar dari mulut cewek yang sejak dua tahun lalu itu menjadi sahabatnya.

" Kayaknya temen lo mau disuapin juga." Ucap senior itu cuek, kemudian duduk di depan Nessa. Ia mengambil sendok dari tangan junior itu kemudian menyendok makanannya dan di makan sendiri, bukan disuapin ke Nessa. Padahal Nessa berharap beneran disuapin sama senior ganteng itu." Kecewa ya?" Senior itu rupanya menyadari raut kecewanya Nessa.

" Rese lo ah! Sini! Gue laper!" Tanpa takut sedikitpun Nessa merebut kembali kotak bekal makanannya dan dimakan sampai habis.

Senior cowok itu hanya tertawa ngeliat tingkah aneh salah satu juniornya.

" Dika! Balik sono lo ke kelas! Jangan gangguin anak orang!" Teriak senior cewek yang tadi pagi menggiring Nessa ke lapangan.

" Yaelah si kiting ganggu aja." Senior yang keliatannya bernama Dika itu langsung beranjak dan pergi tanpa pamit ataupun bilang makasih ke Nessa.

Nessa menahan tawa mendengar sebutan Dika ke senior cewek itu." Beneran keriting kan?"

Cavan memutar bola matanya." Dasar gila! Untung aja dia bukan OSIS."

Nessa malah senyum-senyum sendiri membayangkan wajah tengil senior yang bernama Dika tadi. Cavan makin geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya ini.

.....

" Gimana mosnya?" Cevin tau-tau nongol saat Nessa dan Cavan berjalan memasuki komplek rumah mereka.

Nessa hampir aja melempar cowok itu dengan tas karung goninya kalo gak sadar siapa orang yang suka muncul dan ilang tiba-tiba macem setan itu." Seru lah! Ada senior ganteng tapi tengil kayak elo!"

" Gue ganteng berarti?" Cevin memasang tampang tengilnya.

" Tengil doang yang mirip elo! Gantengnya kagak!" Ralat Nessa sambil memeletkan lidahnya.

" Mulai berani lo ya ngeledek gue?!" Cevin langsung memiting leher Nessa dengan sikunya. Tapi Nessa malah ketawa.

Cavan menghela napas, bahkan di jalan seperti ini pun tingkah mereka sering bikin malu. Untung aja sahabat.

" Besok ikut MOS dong lo. Kan cuma dua hari tau. Seru lagi besok ada pensinya."

Cevin menggeleng tegas." Ogah! Tapi nanti gue nonton pensinya kok."

Nessa berdecih." Giliran gitu aja mau dateng. Najong!"

Cevin terkekeh kemudian mengacak-acak rambut Nessa hingga makin gak jelas aja bentuk rambutnya itu.

" Ihh! Tambah aneh nanti rambut gue!" Nessa berusaha menyingkirkan tangan Cevin dari kepalanya.

" Udah aneh kan." Ucap Cevin sambil ketawa ngakak karena muka kesel Nessa itu lucu banget.

" Yaudah ah gue balik! Bhay!" Sahut Nessa begitu sampai di belokan arah rumahnya yang berlawanan arah dengan belokan ke rumah Cevin dan Cavan.

" Ati-ati oyyy nanti ketangkep satpol pp!" Cevin melambaikan tangannya.

Nessa malah memeletkan lidahnya.

" Ajaib emang sahabat kita ya." Cevin merangkul Cavan yang langsung ditepis oleh sodara kembarnya itu.

" Malu-maluin iya." Ucap Cavan dengan berjalan lebih dulu.

Cevin mengedikkan bahunya." Sodara kembar gue juga ajaib."

" Hm." Cavan gak berniat menanggapi. Karena ia tau debat sama Cevin gak akan abis-abis kayak sidang Jessica di TV.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status