Share

Dua

Hari kedua MOS ....

" Sakit mah!" Jerit Nessa saat Fina -Ibunya menguncir rambutnya sebanyak tanggal ulang tahunnya. Untung aja tanggal lahirnya itu tujuh. Gak kebayang kalo yang tanggal lahirnya tiga puluh atau dua puluh lah minimal. Itu rambut pasti lebih mirip sarang burung.

" Emangnya mamah jambak apa sampe sakit segala." Cetus Fina sambil menguncir rambut Nessa dengan karet jepang.

Nessa mencebikkan bibirnya. Setelah selesai ia langsung pamit ke mamahnya untuk berangkat ke sekolah.

" Woy! Ber!" Sahut Cevin dari depan belokan rumah Nessa. Rupanya cowok itu dan Cavan sudah lebih dulu disana.

Nessa mengerucutkan bibirnya mendengar Cevin yang kadang memanggilnya dengan sebutan "Ber" itu karena nama panjang Nessa adalah Bernessa Hanan. Tapi kan aneh aja dipanggil Ber . Tedy bear? " Nessa woy Nessa! Elah!" Ia menepuk lengan Cevin cukup kencang tapi cowok itu malah tertawa.

" Gampangan manggil Ber. Kebagusan Nessa mah." Sahut Cevin lagi.

" Haii Cavan! Apa kabar?" Sapa Nessa ke sahabatnya yang satu lagi.

" Hm." Cavan gak berniat membalas sapaan Nessa dan lebih memilih untuk membenarkan tali tas karung goninya yang sedikit melilit.

" Dulu emak lo ngidam apa sih? " Bisik Nessa ke Cevin yang sebenernya cukup keras sehingga Cavan bisa mendengarnya.

" Pengen es di kutub utara tapi gak kesampean. Jadi deh anaknya beku kayak es disono." Jawab Cevin asal.

“Untung gak jadi beruang kutub.” Balas Nessa sambil melirik sinis kearah Cavan yang masih bersikap cuek itu.

“Kan elo beruang kutubnya, Ber.” Cevin membalas sambil memamerkan deretan giginya yang rapih.

“Sialan! Tapi kok lo enggak dingin kayak Cavan?" Nessa bertanya lagi dengan tampang polosnya.

" Gue kan produk gagal. Puas lo?!" Jawab Cevin lagi yang disambut dengan tawa keras dari Nessa.

Cavan mengelus dadanya mendengar suara tawa Nessa yang sangat kencang itu. Rasanya suara tawa Nessa itu bisa membuat polusi suara." Bisa gila gue."

Cevin dan Nessa malah cekikikan ngeliat tampang bete Cavan pagi ini.

Lagi-lagi Cevin melipir ke warkop di sebrang sekolah itu. Sebelumnya ia mengusap kepala Nessa dengan lembut." Gak usah kangen ya. Nanti abang nyusul eneng kok pas pensi."

Nessa berdecih." Jijik banget dengernya ya."

Cavan menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian berjalan mendahului Nessa ke dalam sekolah. Untung aja hari ini gak ada acara di giring-giring kayak kemarin.

Pagi ini setelah sang ketua OSIS memberi arahan untuk peserta MOS, kegiatan pun mulai berlangsung lagi.

Seperti acara MOS pada umumnya, selalu aja ada acara minta tanda tangan anggota OSIS dan yang kalah jelas dapet hukuman.

Cavan dan Nessa yang memang berada di satu kelompok langsung mencari beberapa anggota OSIS yang bersedia dimintai tanda tangannya.

Untung aja ketua OSIS dan wakilnya baik jadi mereka ngasih tanda tangannya tanpa syarat apa pun.

Berbeda dengan si keriting alias kak Brenda, yang kemarin menggiring Nessa dan Cavan. Ia malah menatap kearah Nessa dan Cavan dengan tatapan menyelidik. " Mau tanda tangan gue ya?"

Iyalah! Pake nanya lagi. Nessa membatin.

Tapi Nessa memilih untuk mengangguk aja seperti Cavan karena sebelum acara ini dimulai Cavan udah mengancamnya untuk gak asal nyablak, karena bisa-bisa mereka berdua nanti di hukum. Jelas Cavan paling anti di hukum.

Well. Elo." Brenda menunjuk Nessa." Ke kantin gih! Godain Dika. Tuh orangnya." Ia mengedikkan dagunya kearah Dika.

Mendengar nama Dika, Nessa jadi inget senior yang ganteng tapi tengil yang sempat mengganggunya kemarin. Bener aja, Brenda menunjuk sosok Dika yang lagi iseng memasukkan banyak sambel ke soto milik temennya sebelum membawakan ke meja.

" Itu sih gampang!" Ucap Nessa sambil nyengir. Ia melirik Cavan sebentar, cowok itu hanya menatap datar kearahnya.

" Yaudah sana."

Nessa berjalan menghampiri sosok Dika yang mulai menyantap makanannya. Cowok itu tertawa ngakak saat sahabatnya, Rudi kepedesan memakan soto yang dibawakan Dika.

" Sialan lo, Dik!"

" Makanya kalo makan baca bissmillah dulu." Ucap Dika yang gak peduli dengan wajah Rudi yang memerah karena kepedesan itu.

" Kak Dika! Hai! Pagi!" Sapa Nessa dengan suara cukup kencang sehingga mengalihkan perhatian dari beberapa penghuni kantin. Beberapa lagi tidak terlalu peduli karena tau ini pasti kerjaan anak OSIS.

Dika sempet kaget ngeliat wajah junior yang kemarin ia ganggu itu." Lah itu rambut lo kenapa? Kesetrum?" Ia ngakak ngeliat rambut cewek didepannya yang kayaknya dikuncir lebih banyak dibanding kemarin.

Nessa mengabaikan ledekan dari senior tengilnya itu karena tujuannya kesini buat ngegodain Dika." Iya kesetrum cintanya kakak." Ucapnya tanpa malu-malu.

Cavan mengusap wajahnya melihat sikap gak tau malunya Nessa yang lagi-lagi bikin dia shock.

Dika melotot gak percaya dengan sikap gak tau malu juniornya ini. Hebat." Wah!! Si eneng bisa aja. Diajarin siapa sih?"

" Kak Dika ganteng deh." Ucap Nessa lagi yang sebenernya jujur dari dalam hatinya.

" Lah emang iya. Baru tau ya?" Dika malah mengusap-usap dagunya dengan tatapan tengil.

Beberapa siswa di kantin menatap gak percaya dengan keberanian junior yang menggoda Dika itu. Belum tau aja sifat aslinya Dika. Ganteng sih tapi biang onar. BadBoy!

" Mau disuapin gak?" Dika malah menyodorkan sesendok soto kearah Nessa.

Nessa mengangguk dan memajukan wajahnya sehingga sendok itu masuk ke mulutnya." Uhuk!" Itu soto disambelin apa sambel disotoin.

Dika tertawa ngakak ngeliat tampang kepedesan cewek didepannya. Ya gak jauh beda dari Rudi sih. Tadi ia memang sengaja menyendok soto milik Rudi bukan miliknya.

" Sialan!" Cetus Nessa yang tanpa babibu lagi mengambil es teh yang ada didepan Dika dan meminumnya sampe tinggal setengah." Makasih kak!" Ia kembali ke Brenda setelah mendengar senior itu memanggil namanya.

Dika sempet melongo saat Nessa meminum es tehnya tanpa permisi. Boleh juga nih cewek.

" Gokil. Nih tanda tangan buat kalian." Brenda menahan tawanya sambil menanda tangani kertas milik Cavan dan Nessa.

" Bilang makasih ke gue dong. Kan lo jadi dapet cuma-cuma." Ucap Nessa begitu mereka berjalan di koridor kelas untuk mencari anak OSIS lain. Cavan hanya bergumam gak jelas." Tapi kak Dika emang lucu sih. Gak nyesel deh godain dia. Siapa tau bisa jadian kayak di novel-novel ya."

" Kurang-kurangin ngayalnya." Ucap Cavan kemudian berjalan mendahului Nessa saat melihat salah satu anggota OSIS yang lagi main hape di koridor.

Nessa berdecak. Cavan emang gak pernah mendukungnya sama sekali. Coba aja ada Cevin, dia pasti dukung banget dirinya buat deket sama Dika." Tungguin eh kampret!" Ia mengejar Cavan yang sudah cukup jauh didepannya.

Setelah makan siang acara pensi pun dimulai.

Nessa sengaja cepat-cepat menghabiskan makan siangnya agar bisa dapat tempat di dekat panggung. Cavan pun terpaksa harus makan cepat-cepat karena Nessa memaksanya.

" Ih anjir diabisin!" Sahut Cevin yang entah datang darimana itu.

" Ih kunyuk baru dateng!" Nessa yang sempet kaget itu menepuk pundak Cevin yang tiba-tiba duduk diantara ia dan Cavan.

" Makanya MOS." Ucap Cavan yang langsung memasukkan kotak bekal makannya yang sudah kosong ke dalam tas karung goninya.

" Yaudah ah yok! Bentar lagi dimulai. Gue kepo mau liat cogan-cogan sekolah ini." Nessa terlihat paling bersemangat itu buru-buru bangkit dari kursi.

" Dasar ganjen!" Cevin mengusap wajah Nessa.

" Ih itu tangan udah dicuci belom!" Nessa cemberut.

Cevin hanya mengedikkan bahunya kemudian merangkul Nessa dan mengajak cewek itu ke tengah lapangan yang sekarang udah didirikan panggung itu. Cavan mengikuti di belakang kayak anak tiri.

Untung aja Nessa, Cevin dan Cavan masih dapet tempat yang cukup dekat dengan panggung karena ternyata antusias peserta MOS disini sangat bagus. Seketika lapangan ini langsung dibanjiri orang-orang dengan dandanan aneh. Tapi ya bodo lah yang penting bisa liat cogan .

Penampilan demi penampilan ditampilkan oleh cowok-cowok ganteng dan juga cewek-cewek sekolah ini. Selanjutnya adalah penampilan dari salah satu senior yang katanya paling jago main gitar akustik.

Nessa melotot gak percaya melihat sosok Dika yang muncul dari belakang panggung dengan memegang gitar akustiknya. " Ih gilak! Udah ganteng pinter main gitar pula!" Jeritnya membuat Cavan menutup kedua telinganya, karena Nessa berada tepat disampingnya.

Cevin gak merasa terganggu sama sekali." Lah itu yang lo bilang ganteng tengil? Cakepan gue ah!" Ia malah sibuk membandingkan dirinya dengan Dika.

Nessa berdecak kesal." Idih! Ngaca sono di comberan!"

" Berisik." Ucap Cavan yang merasa pendengarannya lama-lama akan terganggu jika berdiri diantara Cevin dan Nessa seperti ini. Tau gini mending ia duduk di koridor kelas, ngadem.

Nessa berhenti bersuara saat suara gitar milik Dika mulai berbunyi. Disambung dengan suara merdu dari cowok itu. Kalo lagi nyanyi begitu, Dika gak keliatan tengil sama sekali.

I met you in the dark
You lit me up
You made me feel as though
I was enough
We danced the night away
We drank too much
I held your hair back when
You were throwing up

Napas Nessa tercekat saat tatapan mata Dika padanya yang seakan mengunci tatapannya untuk terus menatap cowok itu

Then you smiled over your shoulder
For a minute I was stone-cold sober
I pulled you closer to my chest
And you asked me to stay over
I said, I already told you
I think that you should get some rest

I knew I loved you then
But you'd never know
'Cause I played it cool when I was scared of letting go
I knew I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go

Beberapa siswa yang tau lagunya mengikuti Dika menyanyikan lagu itu. Bahkan tanpa sadar Nessa juga ikut menyanyikan lagunya.

Tuhan. Ini yang namanya jatuh cinta ya?

" Udah kelar woy!" Teriak Cevin tepat didepan telinga Nessa.

Nessa berjengit kaget dan langsung memukuli dada Cevin yang berhasil merusak imajinasinya soal Dika." Sialan ih!"

" Makanya fokus. Tuh orang udah turun daritadi tapi lo masih nyanyi. Kayak orang kesurupan tau!"

" Namanya orang jatuh cinta sih!" Jawab Nessa cuek sambil mengedikkan bahunya. Ia baru sadar kalo yang diatas panggung bukan Dika lagi. Sekilas ia menemukan cowok itu menatap kearahnya sambil tersenyum menggoda. "Senyumnya menggoda iman anjir!"

" Astagfirulloh nyebut nak." Cevin geleng-geleng kepala sambil memegangi kepala Nessa.

" Gue yang harusnya banyak nyebut ini." Ucap Cavan yang seperti biasa, selalu terusik dengan kedua sahabatnya ini.

Nessa terkekeh sambil menepuk-nepuk pundak Cavan." Nanti gak ada kita lo kesepian loh."

Cavan memutar bola matanya dengan malas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status