Share

5. Milik Gue

Hari ini adalah hari minggu. Karena itu Joita bangun telat tadi, bahkan menghiraukan teriakan sang Mama yang pamit hendak ke rumah saudara. Entahlah, Joi rasa ia kelelahan. Sebab tawuran hampir setiap hari.

Dan setiap hari itu juga, Baskara tak lagi memunculkan diri di depan Joi. Tak menguntit, mengganggu, atau menawarkan jasa antar-jemput. 

Kecuali kemarin. Saat hendak pulang, Joita ditarik oleh lelaki itu ke belakang gedung. Ya, dia adalah Baskara.

Anak itu tak seperti biasanya saat menemui Joi, ia kembali pada diri yang haus famous dan pujian. Lihat saja dagunya yang terangkat tinggi.

"Kenapa?" Joi bertanya sambil bersedekap. Jujur, ia sedang malas berinteraksi. Terlebih pada mahkluk menyebalkan di depannya ini.

"Kalo gue besok jemput lo pake mercedes benz, lo deal jadi pacar gue?" tanyanya dengan raut serius.

"Kalo emang lo besok bawa mercedes benz, yaudah bagus, lo kaya. Tapi, untungnya di gue gak ada. Mau lo kaya kalo gak guna, gak bisa diporotin, ya percuma." Joita mengikuti kata hati. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Baskara yang ngotot pacaran dengan tameng mercedes benz.

Lagipula, kalau Joi semau itu naik mercedes benz, tidak hanya Baskara saja kok yang menjadi harapan. Kota besar ini memiliki sugar daddy yang tak sedikit. Kalau tidak, goda-goda kecil di bar pasti bisa berpenghasilan cowok tajir melintir. Ayolah, Joi hanya ingin fokus pada pekerjaan malak-memalaknya.

Baskara memjijit pelipis. Menurutnya, cewek asli yang cowok-cowok bilang beda dari yang lain adalah Joita seorang.

"Oke, mercedes benz tambah satu permintaan satu hari."

Belum Joi balas, Baskara lebih dulu menyambung, "Gak terbatas, lo boleh minta apapun itu."

Joita mengangguk-angguk malas. Bosan juga meladeni Baskara yang ingin sekali dibilang kaya. "Oke, deal. Gue tunggu lo besok." Ia menepuk bahu Baskara sambil pergi. Persetujuan itu sebenarnya hanya keluar tanpa pikir dua kali olehnya, sebab sudah terlalu malas memperpanjang topik.

Dan sekarang, Joi kembali memikirkannya. Katakan saja Joita berharap benar yang Baskara ucapkan. Bukan masalah pacarannya, tapi uangnya. Bayangkan saja, setiap harinya Joi nongkrong di starbuck, jajan di kafe bintang lima, dan makan di restoran seafood ternama. Ah ... indahnya khayalan.

Sudahlah, daripada kembali dikhianati seperti waktu itu, mending Joita melanjut jemuran yang masih nganggur di bak baju. Bisa-bisa marah Mamanya jika tahu Joi belum menyelesaikan pekerjaan rumah di jam hampir sore ini.

***

Pukul 6 pagi Joi sudah membuka mata, tidak seperti biasa. Itupun terpaksa karena Mama pergi ke rumah keluarga yang hendak acara. 

Katanya, kalau baru bangun jangan langsung mandi, nyemil dulu. Yap, itulah kata Joi. Jadi, setelah bangun ia menyempatkan nyemil sambil tur keliling rumah, sekadar melihat-lihat saja. Lalu mandi dan bersiap-siap.

Lucunya, setelah selesai sekitar jam setengah tujuh, Joi hanya duduk di teras rumah dengan tidak ada kerjaan. Ia merenunng menatap jalanan komplek yang masih sepi, menganggurkan ponsel di atas meja.

Hingga hampir pukul 7, Joi masih bergeming. Jika ditanya kenapa belum berangkat, ya jawabannya karena Baskara. Perkataan cowok itu membuat Joi patuh menunggu. Padahal belum tentu benar, tidak ada yang tahu jika Baskara hanya niat mengusili Joi.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, sebuah mobil dengan kilapan terang memasuki halaman rumah.

Tepat di depan Joi, Baskara keluar dari mobil. Tak lepas kaca mata hitam dari pandangan Joi terhadap Baskara. Fantastik!

"Gimana? Lo masih mau bilang mercedes benz palsu?"

Tak menghiraukan, Joi jalan mendekati mobil. Kilapannya seolah membuat Joi terjerumus pada keserakahan. Ia mengelus bagian depan mobil. Lalu beralih atensi ke Baskara. "Lo ini sebenernya siapa, sih?"

Ia mengedikkan bahu. Langkahnya maju, mendekat pada Joi. "Seperti perjanjian, sekarang kita pacaran."

Belum menjawab, Baskara menyambung, "Gak ada penolakan, karena lo udah sepakat waktu itu."

Lagi-lagi Baskara memotong kata yang hendak Joi keluarkan. "Tentang permintaan, itu bener-bener terserah lo. Tapi, gue tetep punya hak untuk ngabulin atau nggak. Kan gak mungkin gue ngabulin kalo lo tiba-tiba minta Jungkook."

Joi mengedikkan bahu. Ia masih tidak percaya apa yang ia lihat. Entah harus bersyukur atau sebaliknya, karena ia masih belum tahu bagaimana seorang Baskara menanggapi janji ke depannya.

***

Datang ke sekolah dengan mobil mewah, siapa yang tidak menginginkannya?

Oh betapa senangnya Joita sekarang, walaupun fakta tentang hubungan pacarannya dengan Baskara ia kesampingkan. Lihatlah lirikan dan tatapan anak sekolah yang tak terima tentang kenyataan Joi berangkat bersama Baskara dengan mobil mewah, terlihat tidak mampu.

"Eh Baskara, tumben naik mobil ini. Bukannnya waktu itu lo bilang udah rusak, ya?"

Joita menatap sipit cewek yang bergelayut manja di lengan Baskara. Padahal cowok itu baru saja turun dari mobil.

"Mau-mau gue lah, orang punya gue bukan punya lo," kata Baskara pedis.

Membuat cewek itu cemberut manja, tapi setelah itu kembali tersenyum. Matanya beralih pada Joita, ada sedikit keseganan di sana.

Teralihkan, Joita melihat Baskara yang mengode-kode tangannya. Seolah ia jijik dengan rangkulan cewek tadi. Entah memang pro atau peka, Joita sadar akan tugasnya. Demi hidup makmur. Ia berjalan menghampiri Baskara. Bersedekap lalu berucap, "Lepasin tangan lo."

Walaupun takut, cewek itu malah balik bertanya, "Lah lo siapa nyuruh-nyuruh?"

"Gue pacarnya." Joita memberi mimik sombong. Iyalah, orang pacarnya kaya begini. Mana ganteng lagi. Hey, walaupun gengsi, Joita tetap tak bisa menyangkal bahwa Baskara itu tampan.

"Apaan lo? Baskara nggak pernah macarin cewek gak baik, orang mantannya aja good girl semua."

Joita mengedikkan bahu. Ia menghempas tangan cewek itu kasar, lalu beralih memasang tangannya di sana. Ia menampakkan seringai kemenangan. "Terserah, yang penting sekarang Baskara milik gue."

Sebelum pergi, Joita menyempatkan mengibas rambut dengan angkuh.

Mulai sekarang, mari berpura-pura menjadi pacar Baskara!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status