"Halo, lo di mana?" tanya Grenda pada Gisella lewat ponselnya.
"Gue lagi sama Gio di Leon, lo di mana?" jawab Gisella pada Grenda.
"Gue masih di apartemen, suntuk! Lo cuma berdua aja?"
"Iya. Lo ke sini aja dan kayaknya nanti Danisha sama Dima bakal nyusul. Lo coba ajak Clarista deh ke sini. Udah lama ‘kan kita nggak mabuk bareng!"
"Ya, udah. Ntar gue mampir ke kantor Cla aja langsung, kalo lewat telpon pasti dia banyak alasan."
"Yups. Lo bener banget. Itu perawan harus diseret paksa. Buruan deh."
"Oke. Gue tutup teleponnya. Nanti gue langsung cabut ke kantor Cla."
"See ya, Bebs..."
Grenda bersiap meninggalkan apartement miliknya dan segera menuju ke kantor Clarista.
πππ
"Selamat malam ... Eh, Mbak Grenda," sapa ramah Mila, front liner di butik Clarista.
"Malam, Mil. Cla ada?" tanya Grenda tanpa basa basi.
"Mbak Cla ada kok, Mbak. Langsung aja ke atas, Mbak. Kayaknya tadi masih ada klien deh," jelas Mila.
"Oh gitu. Ya, udah. Gue langsung ke atas aja ya, Mil? Sekalian mau ngobrol sama Kinan juga."
"Iya, Mbak Grenda. Silakan."
πππ
"Kinan ..." sapa Grenda.
"Ya ampun, Mbak Grenda! Apa kabarrr ..?" teriak Kinanti spontan, ketika melihat Grenda yang memang sudah lama sekali tidak datang ke butik Cla.
"Ih ... Kabar gue baik dong. Lo makin oke aja sih, Nan," ucap Grenda ramah.
"Iya dong, Mbak Gre. Mbak Gre tambah cantik aja. Aku kangen banget sama Mbak Gre."
"Lo tuh, ya? Gue juga kangen sama lo. Makanya gue mampir, sekalian sih niatnya mau jemput Cla."
"Mbak Cla lagi ada klien, Mbak. Anak pejabat mau nikahan. Kayaknya lagi fitting di atas. Kita susul aja yuk ke atas?" ajak Kinanti.
Grenda mengangguk tanda menyetujui ide Kinanti. Mereka berdua berjalan menuju ruang fitting. Ada beberapa pegawai butik yang sedang merapikan gaun-gaun pengantin milik Clarista dan sepasang calon pengantin sedang berdiskusi dengan sang desainer secara serius.
"Wow! Gaunnya Clarista the best banget sih. Gila aja. Ini harusnya dibuat fashionshow sendiri buat pamerin hasil karyanya dia," ucap Grenda takjub melihat hasil karya tangan sahabatnya.
"Bener banget, Mbak. Udah banyak banget kliennya Mbak Cla bilang gitu, tapi Mbak Cla bilang dia belum percaya diri buat fashionshow tunggal gitu," jelas Kinanti.
"Selalu aja begitu. Nggak percaya diri aja terus. Padahal hasilnya udah bisa go internasional begini. Bego emang si Cla."
"Mbak Cla terlalu rendah diri sih, Mbak Gre," tambah Kinanti.
Grenda sibuk mengamati satu per satu gaun yang terpajang di etalase butik Clarista.
"Ini tuh keren banget!" ucap Grenda.
"Ini pesanan klien Mbak Cla, anak pengusaha di Sulawesi, Mbak Gre," jelas Kinanti lagi.
"Greee... Lo udah lama disini?" sapa Cla tiba-tiba cukup mengejutkan mereka berdua.
"Lumayansih. Lo udah kelar?" tanya Grenda.
"Udah kok. Sorry ya lama? Habis klien gue kali ini nyinyir banget," jelas Clarista.
"Woles aja, Cla. Lo kayak sama siapa aja sih. By theway, koleksi lo keren-keren banget. Kenapa nggak adakan fashionshow tunggal aja sih, Cla?" tanya Grenda dan Clarista menanggapinya dengan cekikikan.
"Ya ampun, Gre. Lo berlebihan! Rancangan gue biasa aja kali. Mana pede gue kasih liat hasil gue ke orang luar sana. Lo pikir bikin fashionshow tunggal itu nggak pake budget gede?"
"Makanya lo cari om tajir biar bisa jadi sponsor lo nantinya," canda Grenda.
"Anjir lo mah! Gue nggak doyan om tau. Yang muda masih banyak keleus."
"Gaya lo, Cla. Sampe sekarang buktinya lo jomlo karatan!" sindir Grenda.
"Jodoh gue ntar juga datang sendiri!" ucap Clarista enteng.
"Terserah lo deh,”
“By the way, ngapain lo ke butik gue? Tumben banget. Mana kesini nggak ngabarin lagi," tanya Clarista.
"Anak-anak pada ngumpul di Leon. Gisel sama Dani udah duluan kesana. Kita disuruh nyusul sama mereka. Lo udah free‘kan sekarang?"
"Udah beres kok, tapi gue mau ngasih tau pegawai gue dulu, ya? Soalnya si Tania besok mau liat gaunnya, dia minta dikebut ngerjainnya kemarin," jelas Clarista.
"Tania siapa sih?" tanya Grenda bingung.
"Oh, iya.Gue lupa. Itu klien gue. Si model internasional, Vistania Joseph. Dia minta bikin gaun buat pertunangannya nanti sama Augfar Andrean," ucap Clarista sambil membereskan kertas sketsa rancangannya.
"Tania? Model bikini itu?" tanya Grenda antusias yang hanya dijawab Clarista dengan anggukan.
"Terus tadi nyebut nama Augfar Andrean maksudnya temen kita SMA dulu? Yang ketua geng most wanted?"
“Bingo, lo bener banget!"
"Hah? Masa sih? Nggak mungkin deh," lirih Grenda.
"Ck. Terserah lo mau percaya apa enggak? Yang jelas itu faktanya, karena mereka berdua langsung datang ke butik gue lusa kemarin," beber Clarista.
"Kenapa Alex nggak bilang apapun ke gue semalem? Biasanya dia pasti cerita kalo temennya ada apapun. Apa mungkin mereka ketemuan buat konfirmasi pertunangannya Augfar, ya?" batin Grenda.
"Greee ... Hellowww ... Gre ... Lo kok malah ngelamun?" Clarista mengibaskan kedua telapak tangannya ke depan wajah Grenda.
"Eh, apa? Gue nggak melamun kok. Lo udah kelar?" tanya Grenda.
"Udah kok. Kita langsung cabut aja sekarang," ajak Clarista.
Mereka bercanda gurau sambil berjalan menuju lantai dasar butik. Clarista berhenti sejenak menemui Kinanti yang sedang mengobrol di front liner.
"Kinan, gue pulang duluan. Gue juga mau minta tolong lo buat nyiapin gaun buat Tania, ya? Soalnya besok dia bakal ke sini," jelas Clarista pada Kinanti.
"Siap, Mbak Cla. Nanti aku bakal minta tolong tim buat nyiapin. Mbak Cla terima beres deh," jawab Kinanti.
"Gue percaya banget sama lo, Nan. Kalo gitu kami pamit duluan, ya? Jaga butik baik-baik," pesan Clarista yang ditanggapi Kinanti dengan acungan jempol.
πππ
Di dalam mobil Pajero hitam milik Grenda yang membelah jalanan padat ibukota, lagu Taylor Swift berjudul blank space mengiringi perjalanan dua wanita cantik ini menuju Leon cafe n bar.
"Katanya lo semalem ketemuan sama Alex, ya, Gre? Alex temen SMA kita yang sekarang jadi model itu?" tanya Clarista memecah keheningan diantara mereka berdua.
Gugup, tentu saja. Grenda terlihat tak nyaman dengan pertanyaan sahabatnya itu. Untung saja Grenda memakai kacamata hitam keren miliknya sambil mengendarai mobilnya.
"Iya," jawab singkat Grenda.
"Oh, gue kira Alex yang lain. By the way lo ada affair sama dia?" tuding Clarista dengan nada becanda namun pas kena di hati Grenda.
"Ihhh ... Apaan sih? Nggak dong," elak Grenda menutupi kegugupannya.
"Iya juga nggak apa. Ganteng gitu, Gre. Masa lo nggak tertarik sih, Gre?" tanya Clarista lagi.
"Ih, Cla. Sejak kapan sih jadi kepo. Gue ketemu sama dia juga cuma buat ngobrol kerjaan doang. Atau jangan-jangan lo pengen tau kabar Nico ya?" canda Grenda yang ditanggapi kekehan dari Clarista.
"Masa lalu itu, Gre. Lagian juga, gue yakin Nico juga udah bahagia sama hidupnya yang sekarang," ucap Clarista bijak.
"Masa sih? Kalo seandainya Nico gantian sekarang nembak lo, gimana?" tanya Grenda memancing reaksi Clarista.
Sang desainer terlihat sedikit bingung dan tegang namun berusaha sebaik mungkin menutupinya.
"Ngaco lo, mana mungkin. Lagian ya, gue nggak mau berharap ketinggian lagi. Dulu aja dia nolak gue, apalagi sekarang. Nggak mungkin banget!" jawab Clarista.
"Iya, ‘kan seandainya. Lagian pertanyaan gue simple tapi jawaban lo ribet," Kata Grenda.
"Lo kenapa nggak nikah aja sih, Gre? Banyak cowok ‘kan yang suka sama lo?"
"Mereka mau sama badan gue aja, Cla. Lagian gue juga belom ketemu orang yang bikin gue nyaman. Lo aja sana yang nikah, Perawan!" ejek Grenda yang berbohong soal seseorang yang sebenarnya sudah membuat ia merasa nyaman.
"Pacar aja nggak ada. Apalagi yang ngajak gue nikah? Mau nikah sama siapa gue? Kalo ada yang ngajak gue nikah langsung, gue sih hayo aja."
"Elo mah terlalu menutup rapat hati! Banyak yang naksir tapi pada mundur gara-gara lo jutek, jadi gimana bisa cepet nikah. Lo sih ngurusin baju nikah orang mulu, sesekali kek ngurusin diri dan hati lo sendiri," ejek Grenda yang ditanggapi dengan cebikan bibir Clarista.
“Entaran deh. Nanti juga seiring berjalannya waktu, jodoh gue bakal datang sendiri tanpa gue cari,” ucap Cla dan ditanggapi dengan gelengan kepala oleh Grenda
“Semerdeka pemikiran lo deh, Cla,”
"By the way, akhirnya kita bisa dugem bareng lagi. Gue kangen banget minum bareng kalian," ucap Grenda.
"Iya yah. Kita semua sibuk mulu sih. Udah lama juga gue nggak mabuk. Gue kangen nyusahin kalian semua," Sontak keduanya tertawa bahagia bersama.
πππ
Di sudut lantai empat dengan view kolam renang dan pesta topeng diiringi dentuman musik dari Disk Jockey membuat ruangan ini makin panas. Minuman alkohol di mana-mana, wanita seksi, pria tampan berkeliaran di sini.
Alexander, Jammie Vincent, Josh Nicolas dan Augfar Andrean Davinci menempati salah satu ruang privasi yang kedap suara, tapi ruang tersebut berkaca bening sehingga mereka bisa terlihat dari luar maupun mereka dapat melihat ke luar ruangan.
"Gimana Kanada?" tanya Nico pada Jammie.
"Gitu-gitu aja. Nggak ada yang spesial. Lo sendiri apa kabar Singapore?" tanya Jammie pada Nico, Alex dan Augfar hanya menyimak percakapan mereka berdua.
"Singapore udah kayak rumah utama gue. Jadi ya gitu. Gue udah pastiin kalo gue bakal menetap di sana nantinya," jelas Nicolas.
"Gimana hubungan lo sama siapa tuh model itu, Dinda? Ginda? Renda!" tanya Jammie pada Alex.
"Brengsek, namanya Grenda tolol! Begitu aja nggak ada yang spesial," jawab Alex sekenanya.
"Lagak lo biasa aja, pas pulang ke Indo buktinya lo langsung nemuin doi dibanding kita bertiga. Alibi lo aja." ejek Jammie yang ditanggapi dengan kekehan para sahabatnya yang lain.
"Sialan!" umpat Alex.
"Lo sampe kapan di Indonesia, Far," tanya Nicolas dan Augfar hanya mengedikan kedua bahunya.
"Bukannya lo bilang cuma sebentar doang di sini, terus lo mau balik lagi ke LA? Nggak jadi?" tanya Nicolas lagi.
"Gue lagi nyaman di Indonesia. Kayaknya gue bakal memperpanjang masa hidup gue disini aja."
"By the way ini pestanya siapa sih? Kenapa pake topeng-topeng gitu?" tanya Alex pada ketiga sahabatnya.
"Kalo gue nggak salah sih ini, pestanya si Dima Gornova," jawab Jammie.
"Dima tunangannya Danisha?" tanya Nicolas dan dijawab dengan anggukan dari Jammie.
"Kenapa? Lo takut ditabok lagi sama doi?" sindir Alex, yang kemudian dihadiahi sundulan di kepalanya dari Nicolas.
"Berarti ada kemungkinan sahabat-sahabatnya datang kesini 99%," ucap Augfar pelan.
"Lo penasaran ‘kan pasti sama cewek yang udah lo tolak dulu?" sindir Jammie pada Nicolas dan terlihat sahabatnya itu hanya diam.
"Kalo lo nyesel sekarang percuma! Dia udah punya orang sekarang," ucap Augfar santai dan ketiga sahabatnya menoleh heran ke arahnya.
"Kok lo tau? Lo stalker dia, ya? Perasaan lo nggak tukang kepo deh, Far. Tapi kenapa lo tau gosip tentang wanita?"
"Gue cuma tebak aja!"
"Gue nggak akan pernah nyesel nolak dia dulu dan gue nggak akan naksir dia, gimana pun dia sekarang."ucap Nico
"Gue pegang omongan lo, Bro!" tekan Augfar.
"Gue mau nyamperin Dima dulu deh, sekalian mau ngobrol kerjaan dikit. Kalian pada masih mau di sini?" tanya Augfar pada ketiga sahabatnya.
"Gue mau cari mangsa aja dulu. Udah tegang dari tadi," ucap Jammie yang dihadiahi lemparan kacang dari Nicolas.
"Gue di sini aja. Nanti gue mau turun. Lo mau ikutan Augfar apa tetep di sini?" tanya Nicolas pada Alex.
"Gue di sini aja, gue mau turun juga nanti," sahut Alex.
"Oke, gue cabut sebentar nyari Dima. Jangan mabuk duluan!" kata Augfar yang ditanggapi oleh Alex dan Nicolas dengan tatapan malas.
πππ
Augfar berjalan menuju tempat Dima berada dan Augfar melihatnya Dima tidak sendiri melainkan ada beberapa orang sedang bersamanya.
"Hei, Dim. Gue ganggu?" tanya Augfar pada Dima, sontak seluruh yang berada disana menatap Augfar.
"Hei, Bro. Lo apa kabar? Lo ngapain di sini? Sejak kapan lo di Indonesia?" tanya Dima antusias.
"Kabar gue biasa aja. Lagi ada kerjaan di sini. Udah lima hari gitu," jelas Augfar.
"By the way ini tunangan gue, Danisha. Lo pasti kenal ‘kan sama dia. Itu Gio dan itu pacarnya Gio, Gisella."
"Kalian kayaknya lagi reuni ya?" tanya Augfar basa-basi.
"Kita emang sering ngumpul gini kok, Far. By the way, lo juga sama geng most wanted?" jelas dan tanya Danisha kepo.
"Yups. Mereka lagi di atas. Mumpung semuanya lagi kumpul di Indonesia," jelas Augfar.
"Lo tambah ganteng aja sih, Far. Lo udah taken pastinya, ya?" ungkap Gisel yang hanya ditanggapi dengan senyum oleh Augfar.
Baru saja, Augfar ingin mengucapkan sesuatu tapi tiba-tiba ada suara menyela perkataannya.
"Sorry, telat. Toilet rame banget," ucap Grenda pada seluruh sahabatnya, namun matanya langsung menatap wajah Augfar.
"Lo Augfar Andrean, kan? Anjir ganteng banget sih!" ucap Grenda spontan.
Mendengar nama Augfar Andrean disebut membuat Clarista menoleh dan tatapan mata Augfar dan Clarista terkunci satu sama lain.
Augfar meneliti dari atas ke bawah penampilan Clarista.
"Augfar!" ucap Clarista seraya menormalkan detak jantungnya yang secara kurang ajar berdetak keras.
"Kita ketemu lagi," ucap Augfar dengan tatapan penuh arti dan senyum smirk di bibirnya.
Danisha menatap curiga diantara kedua manusia itu. Segera Danisha berdeham untuk memutus kontak mata intens keduanya.
Clarista terlihat menunduk canggung mengambil tempat yang satu-satunya kosong disebelah Augfar.
Augfar mencuri pandang ke arah Clarista dan gadis itu mencoba terlihat santai.
"Anjir! Inget, Cla! Doi sudah tunangan. Kenapa jantung gue makin kenceng detaknya? Sialan!" batin Clarista.
Augfar dan Dima serta Gio akhirnya memutuskan untuk berbincang masalah bisnis mereka dan Clarista sedikit tertolong karena fokusnya tak lagi kearah pria tampan nan berengsek itu.
Danisha secara menggebu-gebu menceritakan persiapan pernikahannya dan juga pesta dadakan malam ini. Grenda dan Gisella tampak sangat antusias ketika mendengar lantai empat sudah di booking khusus untuk mereka dugem.
Namun, Clarista sedikit terusik dengan kata-kata Danisha tadi yang mengatakan jika geng the most wanted ada disini lengkap. Otomatis bisa saja dia akan bertemu Nicolas disini.
Perasaan sukanya sudah mulai menghilang, tapi malunya masih mendarah daging. Dan memikirkannya saja sudah membuat Clarista mengeluarkan keringat dingin.
Danisha dan Grenda pamit ke toilet, Gisel dan Gio sedang berdiskusi berdua sedangkan Clarista sibuk memainkan gelas yang berisi wine ditangannya. Dima sedang menerima telepon.
"Kamu cantik!" bisik seseorang di telinga kanannya.
Clarista menoleh secara refleks. Mata Clarista dan Augfar lagi-lagi terkunci berdua, mereka saling tatap satu sama lain. Clarista dengan tatapan bingung dan bercampur kaget tapi Augfar hanya menampilkan senyum smirknya. Jantung Cla berdetak tak beraturan, sialnya Cla begitu terpesona akan ketampanan wajah Augfar dengan senyum miring yang pria itu tampilkan.
Jangan lupa tinggalin jejak yah!*****Ternyata para sahabat Clarista yang tadi sibuk masing-masing, kini satu per satu meninggalkannya dan berjalan menuju lantai empat. Tempat di mana pesta topeng diadakan. Belum ada yang menyadari ketertinggalan Cla di sana. Cla masih duduk di tempat yang sama di mana mereka tadi berbincang dan berkumpul pertama kali. Augfar tetap pada pendiriannya, menat
HAPPY READING, BEBS!JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK DI KOLOM KOMENTAR DAN JUGA REVIEW YAH!! THANK YOU****Lagi-lagi disaat otak Clarista penuh dengan kebingungan, pintu
Happy Reading dan jangan lupa jejak kalian Shin tunggu yah.Kolom komentar dan juga review ditunggu.*****
Hai, happy reading. Selalu diingetin buat kasih review dan juga komentar buat cerita ini :* maaciuw*****
Happy Reading gengs ******* Flashback on "Lagu tadi itu buat lo, Nic," ucap Clarista memberanikan diri. Nico hanya menatapnya lama dan tersenyum simpul. Maju dua langkah mendekati posisi Clarista berdiri. "Terus?" tanya Nico. Clarista terlihat gugup, bahkan peluh sudah membasahi dahinya. Tampak Clarista tengah menggigit bibirnya kuat. Dengan sisa keberanian yang ada, akhirnya ia memberanikan diri bertanya, "hmm--elo, mau nggak jadi pacar gue?" tanya Clarista cepat. Nico diam tanpa ekspresi, menatap lekat wajah Clarista. Di sana juga tampak kedua teman Nico, Alexander dan Jammie yang tersenyum menggoda di belakangnya. Semua yang sedang berada di Aula, menantikan jawaban Nico mengenai ajakan berpacaran dari salah satu murid
"Gue rasanya baru aja kena serangan jantung mendadak!" ucap Grenda ke semua orang di ruangan itu."Huft ... Gue nggak habis pikir. Ternyata---" Gisella menghela napas berat dengan mengacak-acak rambutnya frustasi."Gue juga nggak nyangka kalo selama ini Augfar suka sama Cla. Dari dulu bahkan!" kata Danisha sambil memijit pangkal hidungnya pelan.Dima dan Gio sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dima sebenarnya sudah mulai menduga-duga sejak lama. Pria itu memang bukan salah satu member geng most wanted. Akan tetapi, Dima cukup baik mengenal sosok Augfar, karena mereka sering berkumpul bersama ketika ada acara kantor orang tua mereka masing-masing."Dua sahabat gue itu sama-sama nggak bisa ditebak. Nicolas dengan sifat ramah, ternyata doi juga kejam bahkan si pangeran es pun begitu. Gue ngerasa gagal jadi sahabat mereka berdua," keluh Alex.Gio menepuk pundak Alex, "jadi, Nico gimana?""Gue nggak tau. Tadi sih dia masih di lu
Happy Reading gengs ******Pagi ini wajah Augfar tampak berseri-seri memasuki gedung bertingkat dua puluh lima yang menjadi kantor cabangnya di Indonesia. Setiap pegawai yang bertemu dengannya menunduk hormat melihat pimpinan muda dan juga tampan yang jarang sekali terlihat itu.Beberapa hari yang lalu, aura dingin dan wajah tanpa ekspresi Augfar menjadi pemandangan setiap kali pria itu melangkahkan kaki ke dalam gedung perusahaannya, tapi berbeda dengan hari ini. Pria itu tampak terlihat lebih ceria tak lupa senyum tipis menghiasi wajah tampannya.Sebelum berangkat ke kantor, di dalam mobil, Augfar menyempatkan diri untuk mengucapkan selamat pagi untuk wanita yang sudah ia klaim sebagai calon istri.+6281176123xxGood morning sunshine. Have a good day. Your love β€οΈ-Your Future Husband-Setelah mengirimkan chat tersebut Augfar memacu mobilnya membelah jalanan ibu kota yang lumayan padat. Playlist Maroon5 menjadi teman dikala mengalami kemacetan. Augfar tidak memakai sopir pribadi, ka
Keesokan harinya, pukul 16.30 WIB Clarista pamit pulang terlebih dahulu, meninggalkan butik dan juga para karyawannya. Ia mengambil waktu pulang lebih awal, karena ingin mempersiapkan diri sebelum dijemput oleh sang pangeran es.Cla memilih untuk memoles wajah sendiri ketimbang pergi ke salon. Ia lebih suka berdandan flawless sesuai keinginannya sendiri, lagi pula Cla cukup piawai memainkan alat make up. Detik demi detik bergulir dan suara bel menggema di dalam apartemennya. Sebelum membuka pintu, Clarista kembali bercermin, memastikan dandanan serta penampilannya sudah rapi dan tidak ada masalah.Gaun berwarna peach panjang itu menjuntai ke lantai, dengan ukuran gaun yang sangat pas di tubuh Clarista serta style punggung terbuka lebar terlihat seksi, tapi tampak begitu glamor dan juga elegan. Ketika pintu terbuka lebar, Augfar seolah kehilangan kata-kata saat melihat sosok Clarista di hadapannya. Ia memandangi wanita itu dari ujung kaki hingga ujung