Share

Tujuh

HAPPY READING, BEBS!

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK DI KOLOM KOMENTAR DAN JUGA REVIEW YAH!! THANK YOU

****

Lagi-lagi disaat otak Clarista penuh dengan kebingungan, pintu ruangan kembali diketuk.

"Mungkin itu anakku," kata Tante Nita yang membuat wajah Tania semringah.

Tante Nita berjalan membuka pintu ruangan dan tersenyum bahagia melihatnya.

"Akhirnya kamu sampe juga, ke mana aja sih?" ucap Tante Desi.

"Sorry, Mam. Aku telat!"

Tante Desi beserta anaknya masuk dan seketika ruangan hening. Danisha terlihat terkejut setengah mati, sedangkan Clarista turut serta shock, tapi Augfar terlihat santai. Tania berjalan menuju sang tunangan dengan mengangkat gaunnya perlahan.

"Kenapa lama?" ucap Tania manja dengan merangkul lengan sahabat baik Augfar tersebut.

"Sorry, Darling. Tadi aku nyasar. You look so beautiful," ucap tunangan Tania.

"Cla, Dan, nih kenalin. Ini dia tunangan aku. Sahabat baik Augfar, tunangan aku namanya Jammie Vincent kalian bisa panggil dia Jams or Jammie," jelas Tania dengan tidak melepas rangkulan di lengan Jammie.

Augfar hanya tersenyum smirk, sedangkan Danisha dan Clarista menatap Jammie takjub.

"Hei. Kalian kenapa bengong? Nggak percaya aku tunangannya?" ucap Jammie santai pada Clarista dan Danisha.

"Lo serius, Tan? Ini tunangan lo?" tanya Danisha memastikan.

Tania mengangguk bahagia, sedangkan Clarista menoleh ke arah pria yang berdiri dengan gagah di sebelahnya seolah meminta jawaban atas ucapan Tania dan Augfar hanya tersenyum tipis.

"Thank you, Cla. Gue nggak tau kalo yang dimaksud Tania itu desainernya elo. Clarista temen SMA gue. Lo udah bikin calon Istri gue cantik banget pake gaun ini. Ya nggak, Mam?" ucap Jammie, "But, Far, lo ngapain di sini? Emang Tania minta lo buat nganterin dia ke sini?" tanya Jammie melihat sahabatnya berada di sana.

"Dean mau ngapelin pacarnya, Bebs," ucap Tania manja.

"Tante kira Dean itu homo. Nggak pernah keliatan sama perempuan jalannya." Ucapan Tante Desi membuat Danisha, Jammie, Tania bahkan tante Nita tertawa lepas cuma Clarista yang diam mencerna ucapan sang Tante.

"Lo serius pacaran sama Cla? Kenapa nggak pernah cerita ke kita?" tanya Jammie lagi pada Augfar setelah reda tertawanya.

"Gue nggak—" Lagi-lagi ucapan Clarista terpotong oleh Augfar.

"Gue mau kasih kejutan ke kalian semua. Dia bukan pacar gue, tapi dia calon Istri gue," ucap Augfar mantap.

"Anjrittt! Lo waras kan ngomong begini?" umpat Jammie.

"Gue yang paling waras diantara kalian semua, lo tau kan itu! Beruntung lo gue kasih izin buat tunangan sama sepupu gue yang goblok ini," canda Augfar.

Tante Nita dan Tante Desi hanya geleng-geleng dengan kelakuan kedua laki-laki itu sedangkan Danisha serta Clarista sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Cla, jadi ini gimana?" tanya Tania memecah lamunan Clarista.

"Oh, nanti gaunnya bakal aku kirim besok siang. Ada beberapa tempat dan detail yang harus dilakukan perbaikan, tapi aku usahain besok udah bagus, kamu pake rampung 100%," ucap Clarista yang dibalas dengan pelukan hangat dari Tania.

"Makasih banyak, ya. Kamu udah repot banget ngerjain gaun aku ini. Kamu harus datang pas acara tunangan aku lusa nanti dengan pria dingin itu," ucap Tania dengan melirik sinis ke arah Augfar.

"Sama-sama. Kamu boleh lepas lagi gaunnya ke tempat tadi. Pegawai aku udah ada di sana," ucap Clarista.

"Gue boleh nemenin nggak?" kata Jammie polos yang langsung dapat pelototan tajam dari Clarista dan Augfar terkekeh melihatnya.

"What’s wrong, Cla?" tanya Jammie tanpa rasa bersalah.

"Dasar playboy stress!" celetuk Danisha.

"Hei, Nyonya Dima. Jangan memancing amarah Princess gue hari ini, ya?" ucap Jammie pada Danisha, dan ia tersipu ketika Jammie memanggilnya dengan kata-kata nyonya Dima.

Tante Nita berjalan mendekati Augfar dan membenahi dasi yang terpasang di kemejanya.

"Jadi, kapan kamu bakal kenalin ke Mommy sama Daddy kamu?" tanya Tante Nita sembari melirik Clarista yang kini sudah duduk di kursi kebanggaannya.

"Tante tenang aja. Semua biar Dean yang ngatur dan ini masih rahasia," ucap Augfar.

"Tante harus bersyukur hari ini, pas tau kamu ternyata udah punya kekasih. Demi Tuhan! Tante pikir kamu itu homo, karena bergaul cuma dengan Jams, Nico dan Alex. Serta berkas-berkas kantor kamu," ucap Tante Nita panjang lebar.

"Mama tenang aja. Augfar nggak homo kok, tapi dia cuma pencinta sesama aja," ucapan Jammie dihadiahi tonjokkan pelan pada perutnya dari Augfar.

Clarista ikut tersenyum mendengarnya.

"Lo berhutang cerita sama kita!" bisik Jammie, yang hanya dijawab dengan dengkusan oleh Augfar.

Setelah beberapa saat kemudian Tania telah selesai berganti pakaian dan langsung berlari mengapit lengan Jammie lagi.

"Cla, thank you so much untuk hari ini. Aku percayakan semuanya sama kamu," ucap Tania tulus.

"Aku jauh lebih bahagia kalo klien aku senang sama hasil gaun aku," ucap Clarista.

"Kalo begitu kami pamit dulu. Masih banyak yang harus diurus," kata Tania lagi.

"Baiklah. Hati-hati dijalan. Sampai ketemu lagi nanti."

Clarista mengantar Tania dan Jammie beserta kedua ibu mereka masing-masing ke pintu ruangan fitting. Namun Clarista teringat masih ada satu lagi tamunya yang belum pergi dari ruangan itu. Akan tetapi, langkah kaki Clarista terhenti mendengar percakapan antara Danisha dan Augfar.

"Sejak kapan lo berhubungan dengan sahabat gue?" selidik Danisha.

"Sejak gue yakin dia bakal jadi Istri gue," jawab Augfar santai.

"Gue serius, Far. Lo nggak usah becanda," kata Danisha kesal.

"Hei, gue nggak becanda. Gue sangat serius."

"Kalo lo cuma mau mainin perasaan Cla? Mending lo jauhin dia dari sekarang! Gue nggak mau sahabat gue sakit hati untuk kedua kalinya karena berurusan dengan Geng lo itu," Danisha memberi peringatan pada Augfar.

"Lo terlalu negatif thinking ke gue," ucap Augfar singkat.

"Lo tau ‘kan Nico sekarang masih suka sama Cla? Dan Cla? Kita nggak bisa tebak hatinya gimana," ucap Danisha.

"Gue nggak peduli! Mau Nico suka sama Cla? Mau pria mana aja suka sama Cla? Yang jelas gue nggak akan pernah mundur buat jadiin Clarista sebagai Istri gue," ucap Augfar mantap.

"Berarti lo siap bersaing dengan sahabat lo sendiri?" tanya Danisha lagi.

"Gue nggak jadiin Cla sebagai hal atau sesuatu yang didapetin dengan cara bersaing! Cla itu manusia yang punya perasaan dan gue cuma berusaha untuk diri gue sendiri tanpa peduli dengan orang lain!" jelas Augfar.

Jawaban Augfar barusan membuat Danisha bungkam dan Clarista yang bersembunyi di ruangan gaunpun ikut tercekat.

Sebenarnya kenapa Augfar begini padanya sekarang? Hal yang menjadi tanda tanya besar dari seorang Clarista.

Augfar Andrean Davinci yang dikenalnya dulu di sekolah hanya seorang laki-laki paling tampan yang sangat pendiam. Anggota tim basket meski pun dia bukan kapten basket, tapi dia sangat jago basket.

Jarang terlihat bertegur sapa dengan orang-orang di lingkungan sekolahan terkecuali anak-anak yang populer sama sepertinya itu pun hanya beberapa. Terlihat tak acuh dengan lingkungan sekitarnya dan terlalu dingin.

Tidak ada alasan untuk tidak jatuh cinta pada seorang Augfar yang hampir dipuja oleh seluruh wanita di sekolahan tak terkecuali Clarista.

Sekuat apapun menolak, pesona Augfar sangat menghipnotis namun sebisa mungkin Clarista mengabaikannya dengan beralih mencari tahu tentang seorang Josh Nicolas atau yang lebih dikenal dengan nama Nico.

Augfar yang dulu sangat jauh berbeda dengan yang sekarang. Dia tidak pernah bertegur sapa sebelumnya dan kini ketika mereka bertemu lagi, Augfar seakan sudah sangat dekat dengan Clarista.

Kepala Clarista berdenyut pening memikirkan hal-hal ajaib yang akhir-akhir ini terjadi dalam hidupnya.

"Kalo Clarista balik ke sini? Tolong bilang ke dia, gue tunggu di Rich Cafe jam tujuh malam nanti," ucap Danisha sambil membereskan perlengkapannya.

Augfar hanya mengangguk tanda paham, "gue balik duluan. Lo jangan macam-macam sama sahabat gue." Pamit serta tak lupa Danisha memberi peringatan pada Augfar.

Sepeninggalan Danisha, Clarista masih enggan keluar dari tempat persembunyiannya. Augfar berjalan menuju jendela sudut yang menampilkan pemandangan halaman hijau di bawah sana.

Dengan kedua telapak tangan dimasukkan ke kantong celana bahan kain milik Augfar, badan tegap proporsional, setelan jas rapi yang memberi nilai plus untuk pria itu.

Clarista berusaha untuk menepis pikiran tentang keterpesonaannya akan Augfar. Kini ia berjalan menuju Augfar berdiri.

"Kamu ngapain masih di sini. Ke mana Danisha?" tanya Clarista basa-basi dengan gugup.

Augfar membalikkan badan dan tersenyum sangat mempesona pada Clarista. Pria itu berjalan mendekati sang desainer dan menarik pinggangnya untuk merapatkan diri satu sama lain.

"Danisha sudah pulang. Dia minta kamu nanti malem datang ke Rich Cafe jam tujuh," ucap Augfar tepat di depan wajah Clarista.

Clarista menatap wajah tampan milik Augfar dan mencoba untuk mengeluarkan isi hatinya, "sejak kapan kamu berubah begini?" tanya Cla hati-hati.

"Aku? Berubah? Aku nggak pernah berubah," jawab Augfar.

"Kita nggak pernah dekat sebelum ini dan ketika kita ketemu lagi, kamu kenapa begini?" tanya Clarista menyuarakan kebingungan dihatinya.

Augfar terkekeh pelan dan membelai rambut Clarista penuh dengan kehati-hatian.

"Aku begini karena kamu. Cukup itu aja yang harus kamu tau, Cla," ucap Augfar dan Clarista berusaha mencari kebohongan di kedua bola mata milik Augfar.

Namun, ia tidak bisa menemukan itu dan sialnya jantung dalam dada sang desainer kini bergemuruh semakin hebat.

"Jam enam aku jemput kamu. Sekalian aku bawain ponsel baru buat kamu, ya?" Ucapan Augfar yang membuat Clarista mengerenyit bingung, dari mana Augfar tahu kalo ponselnya rusak.

"Nggak perlu berpikir terlalu rumit, Clarista. Aku hubungi kamu sedari tadi pagi dan asisten kamu di bawah bilang kalo ponsel kamu rusak. Makanya aku tau," jelas Augfar yang dibalas dengan delikan kesal dari Clarista.

"Aku balik ke kantor dulu, karena sebentar lagi meeting yang nggak bisa aku tinggalin. Dan ingat, aku bakal jemput kamu jam enam di apartemen kamu. Jangan coba-coba melarikan diri duluan," ucap Augfar yang hanya dibalas Clarista dengan anggukan patuh.

Augfar menarik tengkuk leher Clarista dan mencium bibirnya dengan perlahan, tanpa penolakan sama sekali. Keduanya menikmati ciuman mereka. Setelah kurang lebih lima menit, Clarista perlahan melepas ciuman itu dan menghirup napas sebanyak-banyaknya.

Clarista memandangi Augfar yang saat juga menatapnya balik. Senyum simpul diantara keduanya terbit.

"Aku harus ke kantor sekarang, jangan lupa ucapanku tadi." Augfar mencium pipi kanan Clarista dan berjalan menuju pintu keluar untuk pulang kembali ke kantornya.

Clarista yang masih berdiri, menatap punggung yang sudah menghilang dibalik pintu itu. Menormalkan detak jantung serta mencoba mengembalikan sisi rasionalnya lagi. Clarista tersenyum entah karena alasan apa yang jelas ia hanya ingin tersenyum saja.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rika Bungo
bagian 6 nya ilang...ceritanya ilang 1 bab
goodnovel comment avatar
Peny Nur
ko langsung tujuh? bag.enam mn?
goodnovel comment avatar
Barra Della
bagus tor ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status