Share

Bab 12

"Apa maksudmu? Asupan vitamin apa?"

Emely melototkan matanya, kemudian menggerutu pelan, "Ish ... tentu dengan para warrior yang latihan, menunjukkan otot tubuh mereka yang benar-benar menawan, dan aw, sangat seksi, jadi setiap hari aku tak boleh melewatkan sesi latihan ini," ujarnya kemudian tersenyam senyum, membuat Aralt melongo juga semakin cemburu karena wanitanya tergoda oleh para warrior yang sedang latihan.

"Mate, kau membuatku cemburu!"

"Kenapa harus cemburu, kan aku hanya melihat mereka tanpa berkeinginan untuk menyentuh otot-otot yang perkasa itu, kecuali kau mengizinkanku untuk menyentuhnya dan aku akan sangat berterima kasih Araltku sayang," balas Emely sembari menyentuh rahang mate-nya dengan lembut.

"Baiklah, sayangku. Aku takkan menahannya lagi, sekarang kita ke istana, dan kalian semua!" Tunjuknya kepada warrior. "Aku harus mengurusi mate-ku terlebih dahulu, baru kalian!" peringatnya, membuat warrior-warrior yang ada di sana, mengembuskan napas pasrah, mereka akan mendapatkan hukuman pastinya.

"Aralt, kau ingin membawaku ke mana?"

"Ke kamar untuk memberimu asupan vitamin! Jangan banyak bicara karena aku akan menghukummu, jadi, iritkan suaramu untuk terus berteriak nikmat dalam kungkunganku, mengerti sayang?"

"Aku sungguh tak mengerti pada awalnya, tapi mendengar kungkunganmu, entah kenapa, aku merasakan hal yang buruk akan terjadi, Aralt," balas Emely.

"Takkan ada kejadian buruk, melainkan kenikmatan yang akan kau terima ketika aku mendalamkan pedangku, paham?"

"Kau ingin membunuhku?!" teriak Emely histeris, membuat orang-orang menatap mereka dan Aralt pun merasa bahwa kecurigaan mengkhiasinya sekarang.

"Mate, berhenti berteriak, mana mungkin aku menghukummu, apakah aku harus mengucapkannya jika aku akan bercinta denganmu?"

Orang-orang yang mendengar itu, menutup mulut mereka karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh alpha mereka.

"Argh, sudahlah, kuharap kau mengerti, dan jangan berbicara atau aku menciummu di sini!" ultimatumnya dan benar-benar membuat Emely tidak berani berbicara, karena ia mengatup mulutnya dengan rapat.

Sampai di kamar, Emely merasa was-was dengan Aralt karena pria itu sedang mengunci pintu kamar dan meletakkan kunci tersebut di atas lemari yang otomatis, dirinya tak dapat menggapai kunci itu.

"Aralt, kenapa harus dikunci segala? Memangnya ini sudah malam dan kita harus tidur?"

"Walaupun siang hari, kita takkan tertidur melainkan aku yang menidurimu, mengerti sayangku?"

Saat melihat Aralt telah membuka pakaian atasnya, secara naluri, Emely langsung mengangguk dan menerima belaian tangan dari mate-nya yang kini mengecup lembut tengkuknya.

"Kau siap?"

"Eum ... a-aku siap," jawab Emely agak terbata-bata, karena ia sedang gugup sekarang ini.

Ketika pasangan itu melakukan perkawinan, di moment inilah Jason mengerang dan terus menyuruh Aralt untuk menandai Emely agar menjadi milik mereka seutuhnya.

"Emely."

"Eum? Apa, A-Aralt?" tanyanya yang sedikit sulit memfokuskan diri karena Aralt yang terus membumbuinya dengan goyangan pinggul yang begitu lembut dan menuntut.

"Aku akan menandaimu sayang, tahan sedikit dan kuharap dirimu mengabaikan rasa sakit itu ketika aku meminimalisirnya dengan pedangku, mengerti?"

"Eungh, mengerti," jawabnya.

Aralt tersenyum mendengarnya, ia menyikat pelan rambut Emely yang menutup leher mate-nya untuk ditandai. Kecupan-kecupan kecil sebagai aba-aba sebelum melakukan penandaan tersebut, hingga akhirnya, kedua taring Aralt menancap di leher Emely, membuat wanita itu meremas kuat rambut prianya dan terus mengerangkan nama Aralt karena sakit yang menguar.

Aralt menjilat darah yang keluar lalu mengecup bekas taringnya di leher Emely dan seketika luka tersebut menghilang dengan sebuah gambar serigala milik Aralt-Jason-tercetak di sana, seperti sebuah tatto yang berwarna keemasan.

Jason, lihatlah. Kau pasti bangga dengan ini.

Tentu.

Biasanya, setelah melakukan penyatuan, pihak yang digagahi akan lemas dan malas untuk bangkit. Namun yang terjadi antara Aralt dan Emely, Emelylah yang paling semangat membangunkan mate-nya, karena ia ingin keluar melihat warrior yang sedang latihan malam.

"Aralt, bangunlah, aku ingin melihat mereka latihan," ujarnya, tapi Aralt tetap mendengkur dan membuat Emely mendengus sebal.

"Heuft, baiklah, aku sendiri yang akan keluar," gumamnya, lalu menuju pintu dan memutar gagangnya, akan tetapi, Emely baru mengingat jika kunci ada di atas lemari.

"Aralt, aku ingin keluar!" kesal Emely, mengguncang tubuh pasangannya yang tetap setia berada di ranjang. Perlahan, Aralt pun membuka matanya dan melihat Emely sedang memohon.

"Aralt, aku ingin ke lapangan."

"Untuk apa?"

"Aku ingin melihat para warrior latihan," jawabnya.

"Dari mana kau tahu kalau mereka sedang latihan?"

Emely mengembuskan napas. "Aku melihat mereka di balik jendela, dan gerakan-gerakan mereka dalam mengayunkan sebuah senjata, sangat memukau, aku pun ingin belajar dibuatnya."

"Besok saja sayang."

"Kalau kau tak ingin menemaniku, aku saja yang pergi sendiri, Aralt. Cuman, tolong ambilkan kunci pintu di atas lemari yang telah kau simpan saat mengurungku di sini," pintanya. Aralt menengok mate-nya sebentar lalu kembali berbaring. Hal itu membuat Emely sangat kesal sehingga ia menghampiri pria tersebut dan duduk di punggungnya. "Aku takkan turun sebelum dirimu menuruti permintaanku."

"Mate, ayolah, aku ingin tidur."

"Tidur saja, memangnya siapa yang melarangmu? Aku hanya ingin kau mengambilkan kunci pintu, kenapa susah sekali?"

"Heuft, baiklah. Walaupun kau naik di punggungku, itu tak berefek sayang," balasnya kemudian beranjak dengan pelan agar mate-nya tidak terjatuh kasar.

"Ini kuncinya, dan tunggu sebentar karena aku ingin memakai baju," ucapnya lalu mencari pakaian yang cocok, lebih tepatnya mengambil yang santai saja. Emely hanya tertawa kecil melihat pria itu yang tidak malunya telanjang bulat sembari berjalan dengan pedang yang bergelantungan.

Emely memutar kunci, sebelum ia membuka pintu, matanya melirik sang alpha yang akhirnya telah berpakaian dan barulah dia membuka pintu.

Sesuai keinginan sang mate, Aralt menemani Emely menuju tempat pelatihan, ketika sampai, tampak jelas wajah wanitanya begitu semangat menonton para pasukannya yang sedang memainkan senjata.

"Kenapa mereka tampan-tampan, Aralt? Ish, aku kesal dengan mereka yang suka tebar pesona dengan otot-otot itu. Namun, aku menyukainya," ujar Emely, terpesona dengan gerakan-gerakan yang mempertontonkan otot tersebut agar semakin menggoda. Aralt terkekeh kecil, mate-nya pemuja otot pria ternyata, tapi ia tidak akan marah karena dia tahu bahwa Emely menjadikannya sebagai hiburan semata.

Bukan hanya Emely dan Aralt yang menonton, para omega pun juga ikut serta karena pekerjaan mereka telah selesai semuanya dan alpha pun membebaskan mereka untuk ke mana saja selama berada di pack dengan syarat tadi.

Mata Emely beralih, menelusuri wajah-wajah omega yang ikut menonton, hingga dirinya menatap Fall yang tampak tidak senang. Omega yang bernama Fall itu, memang tidak suka melihat pertunjukan membosankan ini, hanya saja, ia bosan pula berada di istana.

Tak ada yang menggoda dan berhasil membuatku tertarik, kecuali Alpha Aralt seorang.

Fall menengok ketika ia mendengar seseorang yang memanggilnya, dan siapa? Dia merupakan orang yang Fall tidak sukai, yaitu Emely. Kenapa wanita itu ada di sini? Kesuntukan dan kejengkelannya akan semakin buruk karena kehadirannya.

"Aku tak menyangka jika kau juga menyukai para warrior yang sedang latihan, sama sepertiku, karena mereka semua bagaikan vitamin juga penyegar mata," ucap Emely, membuka pembicaraan. Dalam batin, Fall bercih karena ia merasa bahwa Emely merupakan wanita murahan, padahal dia telah memiliki pasangan, apa wanita ini tak menghargai mate-nya? Lalu, ke mana pria itu sekarang?

"Sebenarnya tidak terlalu, Nona. Tapi, di istana saya pun merasa bosan sekali, dan lebih memilih untuk keluar saja. Ngomong-ngomong, Anda tak bersama alpha?" tanyanya penasaran.

"Oh, dia ada di sana, sedang menonton juga karena ingin menemaniku, walau ia ingin tertidur tadi. Dan aku semakin mencintainya karena merelakan hal tersebut untuk menyenangkan pasangannya."

Benar-benar egois, hanya kesenangannya saja, dia membuat mate-nya untuk tidak tidur? Kemungkinan alpha merasa lelah karena urusan pack-nya, belum lagi si wanita menyebalkan dan manja yang harus dia jaga pula.

"Romantis sekali, semoga alpha terus mencintai, Anda, Nona."

"Akan selalu, karena aku takdirnya."

Terserah padamu. Dasar murahan sialan.

Fall semakin jengah, jengkel, dan kesal dibuatnya, ia juga gemas; ingin menyingkirkan wanita tersebut dari Aralt agar ialah yang bersanding dengan sang alpha.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status