Share

Bab 11

Author: Mhammadtaufiq
last update Last Updated: 2020-12-23 19:44:10

Di sisi lain, Emely menemui mate-nya yang sedang berbicara dengan Reinard di taman pack, mereka nampak santai dengan minuman hangat yang menemani percakapan kedua pria itu.

Kehadiran Emely disadari oleh sang beta, lalu mengode sang alpha untuk melihat, siapa di belakangnya.

"Emely?"

"Eum, aku hanya ingin memberitahu, bahwa omega yang baru tiba itu ternyata mengasyikkan juga, aku baru saja berbincang dengannya, serta membantunya membereskan beberapa piring yang telah dicuci," jawab Emely, mengutarakan kesan pengalamannya terhadap Aralt.

"Sayang, bukannya aku melarangmu, akan tetapi ... biarkan mereka yang bekerja, jika seperti ini terus, kau sama saja dengan seorang omega, lebih baik dirimu selalu berada di sampingku, bagaimana?" tawar Aralt tapi Emely menolak permintaan pasangannya karena Emely rasa, perkataan Aralt sungguh berlebihan.

"Tidak, kau selalu menggodaku, jadi ... aku lebih baik berbaur dengan para omega karena mereka juga menyenangkan, dan sekarang aku ingin ke lapangan untuk menonton para warrior yang sedang berlatih," girangnya. Baru saja Aralt ingin berkata, tapi Emely telah berbicara lebih dulu, "Aku ingin menonton sendiri, berbicaralah dengan Reinard, dia pria yang kesepian." Setelah itu, Emely pergi dengan suara tawanya yang bergema, membuat Aralt pun ikut menertawai sahabatnya. Namun, deheman dari Reinard sungguh mengerikan sehingga membuat Aralt langsung ikut berdehem juga sebagai penetralan suara agar tidak tertawa lagi.

"Kuakui jika Emely menjadi menyebalkan sekarang. Juga, kuperingatkan untuk menjauhkan mate-mu kepada Fall, karena gadis itu juga menyukaimu, mengerti Aralt? Dan kuharap kau tidak menganggap remeh persoalan ini, karena menyangkut perasaan seseorang," ujar Reinard. Aralt pun berpikir, kemudian berdecak. "Aku tak menyukainya, tinggal mengucapkan hal itu saja, cukup membuat si omega itu berhenti menyukaiku, karena jika dia ingin mengisi hatiku? Tak ada ruang untuknya, jika ada, aku pun langsung mengusirnya, inilah yang dimaksud ucapan biasa tapi menyakitkan, bukan?"

Reinard tersenyum, lebih tepatnya menyeringai sekarang karena ia menyadari kehadiran seseorang. "Ups, ada yang menguping."

Orang yang menguping di balik tembok, segera keluar sembari berdecak. "Ish, kenapa kau bisa tahu?" tanya Emely.

"Kau pikirkan saja bagaimana aku bisa mendengar gerakanmu di sana, lain kali, usahakan untuk meredam beberapa gerakan agar tidak seceroboh itu, paham? Kau penguping yang buruk," jawab Reinard.

"Reinard, kau mengesalkan!" Emely langsung pergi setelah ia meledek pria tersebut. Reinard mengembuskan napas, menatap Aralt sedalam-dalamnya lalu berkata, "Aku akan merinding jika memiliki mate sepertinya."

"Memangnya kau akan punya?"

"Sialan!"

"Ha ha, jangan terlalu serius menjadi orang. Bisa-bisa mate-mu langsung me-reject dirimu sebelum kau mendekatinya, paham betaku sayang?" goda Aralt dan mata Reinard langsung bergerak secara sendiri yang artinya dia begitu aneh mendengarnya alpha-nya ketika bercanda.

"Lucu sekali, dan kau tak pantas menampakkan wajah jelekmu itu, Alpha."

"Humormu terlalu tinggi, Reinard. Dasar pria payah."

"Selera humormu yang kerendahan."

Keduanya saling memusuhkan pandangan. Namun detik kemudian, Reinard langsung menyahut, seiring Aralt pun berkata, "Ck, kekanakkan."

Menuju tempat latihan warrior, Emely memikirkan perkataan Reinard yang mengatakan bahwa Fall menyukai mate-nya. Dan, Aralt tak boleh menganggap remeh akan hal ini, karena si omega itu melibatkan perasaan-kata Reinard-mengetahui hal itu, Emely pun setuju, bahkan setitik perasaan akan berdampak besar untuk seseorang agar dapat melakukan atau merencanakan sesuatu; baik atau jahatnya, tergantung dari seberapa kuat perasaan itu mempengaruhi.

"Heuft, akankah terjadi peperangan cinta antara diriku dengan Fall? Kemungkinan terjadi, tapi ... aku akan berusaha agar dia berhenti sebelum memulai, apa pun caranya, karena tak selamanya calon korban yang akan direbut miliknya, selalu kalah, karena ketika ada perlawanan, maka kita belum tahu bahwa siapa yang akan menjadi pemenangnya," ujar Emely dengan yakin.

Sampai di lapangan pertarungan, inilah yang paling Emely suka, menatap banyaknya vitamin di tempat latihan tersebut ketika para warrior mempertontonkan otot tubuh mereka yang benar-benar indah di matanya, sampai-sampai Emely tak pernah absen setiap hari hanya untuk menikmati pemandangan tersebut.

Pedang demi pedang diayunkan, otot tangan semakin nampak disertai urat-urat yang menonjol, membuat para penonton wanita semakin semangat karena terbakar oleh gelora vitamin di depan mata.

"Hm, aku jadi ingat ketika Aralt mengajariku bermain pedang," gumamnya, sembari tersenyam senyum ketika mengingat kejadian itu, dan kini ... ia ingin berlatih lagi rasanya, sehingga ia berjalan menuju lapangan.

Para warrior yang melihat kedatangan calon luna alpha, langsung menghentikan latihan secara serempak, lalu menunduk secara kompak kemudian menunggu apa yang ingin disampaikan oleh Emely.

"Eum, maaf mengganggu latihan kalian, aku hanya ingin ikut, boleh?"

Para warrior saling memandang, mereka pun mengangguk. "Tentu, Nona. Silakan."

Dengan senang, Emely pun mengambil pedang kemudian mengayunkannya secara perlahan.

"Apakah gerakanku sudah benar?"

"Eum, kurang tepat Nona, dan sedikit agak kaku. Coba Nona Emely rilekskan diri, kemudian ayunkan dengan pelan, jangan terlalu memusatkan pikiran agar terlihat sempurna," jawab salah satu warrior yang membuat Emely semakin semangat untuk latihan.

"Terima kasih."

"Tentu, Nona."

Omega yang melihat itu, segera melapor ke Aralt bahwa mate-nya sedang latihan di lapangan, karena ia pun tidak yakin jika calon luna telah meminta izin kepada sang alpha. Bukan apanya, para rakyat pun takut dan khawatir, jika Emely melukai tangannya sendiri, dan tak sedikit orang melontarkan ujaran buruk ke para warrior yang hanya melihat saja tanpa mengkhawatirkan Emely yang bisa terluka.

"Ada apa?" tanya Aralt ketika salah satu omega datang melapor kepadanya.

"Alpha, Nona Emely sedang latihan di lapangan serta memegang sebuah pedang dan mengayunkannya di sana, kami khawatir jika Nona melukai dirinya sendiri."

"Siapa yang mengizinkannya?!" bentak Aralt.

"Nona Emely sendiri yang ke sana, Alpha. Dan para warrior hanya melihat dan menuntun Nona dengan ucapan mereka."

Aralt benar-benar marah sekarang, ia langsung menuju tempat pelatihan warrior dan melihat mate-nya yang begitu senang memainkan pedang tanpa sadar jika benda itu kapan saja bisa melukainya ketika ia bermain-main.

"Apakah gerakanku sudah lebih baik dari sebelumnya?" tanya Emely. Para warrior tak ada yang menjawab. Emely pun heran dengan mereka yang tiba-tiba terlihat ketakutan dan menunduk pelan.

"Lebih baik jika kau tak bermain dengan pedang ini, Emely Hazel!"

Bentakan dari Aralt membuat Emely terkesiap, refleks ia melepaskan pedang tersebut dan hampir mengenai kakinya. "Heuft, untunglah," ucapnya, mengusap dada. Kemudian menatap mate-nya yang juga menatapnya dengan dalam dan tampak mengintimidasi.

"Siapa yang mengizinkanmu, hm?"

"Tak ada, aku hanya ingin berlatih dan ayunan pedangku pun semakin membaik, jadi ... kau tak perlu khawatir alphaku sayang, bukan apanya, mereka pun melatihku dengan baik, persoalan hati-hati, tentu aku pikirkan karena aku pun tak mau terluka oleh tajamnya pedang itu, dan kau pun harus tahu, bahwa aku bukan anak kecil lagi yang harus dipantau bahkan diawasi," ujarnya panjang lebar, seakan menjawab kedatangan Aralt yang ingin memarahi wanita tersebut. Namun, Emely sudah tahu resiko ini sebelum dia ke lapangan.

"Kalian, kenapa hanya melihatnya saja? Bagaimana jika pe-"

"Usstt, mereka akan serba salah jika mereka menyentuhku dan kau pun pasti marah-marah terus mengatakan; jangan menyentuh mate-ku! Setelah itu kau pun akan mengatakan kepadaku bahwa; jangan pernah mendekati atau didekati oleh pria lain, karena aku tidak suka!" potong Emely, mempraktekan segala kekesalan Aralt ketika dirinya melakukan kesalahan yang membuat pria itu cemburu, jadi ... sebisa mungkin, dirinya harus menyelamatkan para warrior tampan untuk tidak dimarahi.

Aralt diam, ia merasa kesal dan serba salah, bahkan bingung sendiri bagaimana caranya agar memarahi mereka karena perkataan Emely memang benar.

"Mate, dengarkan aku."

"Aku mendengarkanmu, karena aku punya telinga," sebal Emely.

"Kenapa dirimu yang marah? Seharusnya aku!"

"Aku yang harus marah, kau mengganggu kegiatanku untuk berlatih bersama mereka, apalagi setiap hari aku tidak boleh mengabsen atau diriku melewatkan asupan vitamin yang memanjakan mata," balas Emely yang tidak dimengerti oleh Aralt tentang asupan vitamin yang memanjakan matanya.


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aroma Manis    Bab 40 "EKSTRA CHAPTER (2)"

    Para anak-anak kini beranjak menjadi dewasa setelah melewati beberapa tahun yang menyenangkan sedari anak-anak ke remaja, dan meranjak ke usia yang sebenarnya.Xavier Canavaro kini berada di red moon pack, dirinya menjadi alpha di sana, sementara sang kakak, jelas memimpin di canavaro pack. Para pendahulunya telah pensiun, di mana Aralt dan Emely, serta Reinard dan Lisa tinggal menikmati masa tua mereka, walau di umur yang tua, mereka tetap awet muda, terutama Emely yang masih cantik seperti tahun-tahun sebelumnya, yang membuat Aralt maupun Jason, semakin hari pula, semakin mencintai sang mate."Sayang, kenapa waktu begitu tidak terasa? Anak yang kita gendong belasan tahun yang lalu, sudah beranjak dewasa, terutama Xavier, padahal ... aku masih menganggap kakak-beradik itu anak-anak," ujar Aralt. Emely mengangguk setuju atas apa yang mate-nya katakan, ia merasa bahwa kemarin dirinya menggendong Xavier, tapi kini, ia telah menjadi alpha di

  • Aroma Manis    Bab 39 "EKSTRA CHAPTER"

    Seorang anak berusia 8 tahun sedang memandang sang adik yang tengah menangis dalam gendongan sang ayah, bunga sweet alyssum berada pada genggamannya untuk memberikan hadiah kepada ibu karena telah memberinya adik baru."Mamah, bunga untukmu, kuharap kau menyukainya."Emely menatap sang putra dengan polosnya memberi setangkai bunga yang paling ia sukai."Ini bunga kesukaan Mamah, di mana kamu mendapatkannya?""Di taman, aku menyabutnya bersama Naori."Naori adalah anak dari Reinard dan Lisa, yah ... pria itu telah menemukan mate dan dianugerahi seorang anak kecil yang cantik, selalu mengikuti Fredo di mana pun ia pergi."Terima kasih sayang, lalu ... di mana Naori?" tanya Emely, mencari keberadaan anak cantik itu."Ada di luar, Mah. Dia menungguku, tapi aku tak bisa keluar dengan cepat karena aku masih ingin melihat adik kecil," jawabnya. Emely tersenyum, mengu

  • Aroma Manis    Bab 38 "END"

    Reinard dan Aralt menyusul, mereka mendapati empat musuh yang ternyata berhasil melewati mereka dengan keadaan yang telah mengembuskan napas terakhir, dan itu disebabkan oleh Ace yang sedang santai menjaga mate dan putranya."Semuanya telah dibereskan, tak ada yang perlu dikhawatirkan, selain 34 cylops di depan sana. Ck, aku pikir telah berakhir. Namun, musuh semakin banyak," ujar Ace. Sementara Freeze langsung berada di barisan depan dengan wajah yang tersenyum, lalu mengeluarkan kekuatannya dan membuat para monster mata satu itu membeku lalu perlahan hancur beserta daging yang terlepas dari tulang-tulang mereka."Begitu mudah untuk dihancurkan, akan tetapi ... musuh selalu datang dari mana saja. Ace, urus yang di sebelah selatan, sementara diriku mengurus di sebelah utara, mengerti?""Tentu, serahkan padaku."Sekarang, hanya ada Reinard, Aralt, dan beberapa warrior tingkat S yang menjaga Emely dan Fre

  • Aroma Manis    Bab 37

    Sungguh malang nasib Aralt yang telah dimarahi oleh Emely lantaran membuat Fredo menangis kencang. Tak ingin mendapatkan kemarahan yang berlanjut, Aralt langsung berganti posisi dengan Jason. Kau pasti bisa mengurus mate kita.Sialan kau, di saat Emely marah, kau baru mengingatku?Tak usah banyak bicara, lakukan saja.Ck."Ish, lihatlah ... Fredo terus menangis karenamu." Jason ditatap tajam oleh mate-nya, beberapa menit kemudian, Emely memerhatikan warna mata Aralt yang kini berbeda. Di saat itu, dirinya mengembuskan napas. "Jason?""Iyah, mate."

  • Aroma Manis    Bab 36

    "Emely, berbaliklah."Ketika Emely ingin berbalik, kepalanya ditahan pelan. Emely heran, apakah Fasha yang melakukan itu? Nyatanya tidak, melainkan seseorang yang amat ia rindukan."Emerald?!"Emerald tersenyum. Mulutnya berbicara, tapi tidak bersuara. Untungnya dewi bulan memberikan kesempatan agar ia bertemu dengan wanita kesayangannya, untuk terakhir kali, dan dia amat bersyukur dan bahagia ketika mate-nya telah mendapatkan kebahagiaan yang baru.Dewi bulan, kumohon ... izinkanlah Emely-mateku-untuk mendengar lirihan suaraku~pinta Emerald~Emerald pun berbicara, dan permintaannya terkabulkan oleh sang dewi bulan yang sedang tersenyum saat ini, memandang moment mengharukan tersebut."Mate, aku selalu memaafkanmu, dan aku telah tenang bersama dewi bulan di sana. Aku selalu merindukanmu, dan teruslah merindukanku, sebagai hadiah ... tanda diriku yang berada di le

  • Aroma Manis    Bab 35

    "Dia adik iparku, Bi. Adik dari mantan mate-ku, Emerald. Dia begitu menyayangi kakaknya yang telah meninggal, kemungkinan ... penyerangan ini terjadi disebabkan oleh rasa dendamnya kepadaku, yah ... ini semua karenaku, karena mate-ku tak melihatku ketika ia mengembuskan napas terakhir," jawab Emely, dan tangisnya pun pecah dan terus menyalahkan diri, ia amat egois karena terus merengek ke Glourius untuk ikut berburu, sementara Emerald sangat membutuhkannya. Ia tak berguna, bahkan tanda yang telah diberikan oleh Emerald masih berada pada dalam dirinya, ketika dirinya bercermin, ia selalu memandang tanda tersebut dan terus merindukan Emerald."Nak, jangan salahkan dirimu, yang berlalu merupakan takdir dari dewi bulan, kita hanya dapat menjalani. Jangan menangis dan terus merasa bersalah, karena kau sedang mengandung saat ini, ingat anakmu, juga anak Aralt dan Jason, mengerti?"Emely berusaha mengontrol diri, dirinya menghirup udara kemudian mengembusk

  • Aroma Manis    Bab 34

    Di umur 27 tahun, Emerald menemui mate-nya yang bernama Emely, lalu hidup bahagia tapi sayangnya, Emerald belum melakukan sesi penyatuan karena ia telah meninggal ketika terkena racun. Namun, beruntung karena pada awalnya, Emerald telah menandai mate-nya terlebih dahulu. Konflik pun terjadi ketika Emerald sedang sakit dan Emely memilih ikut untuk berburu dengan Glourius, Emerald mengizinkan, padahal dirinya sudah tahu bahwa ia tidak akan bertahan lebih lama lagi. Itu semua dia lakukan agar mate-nya merasa senang, hingga pria itu benar-benar mengembuskan napas terakhir tanpa ada seorang mate di sampingnya, melainkan Castiel yang berteriak pilu ketika sang kakak meninggal dunia.Sekarang, Castiel tak ingin menunggu lebih lama lagi untuk menyerang canavaro pack. Para pengikut yang ia kumpulkan, berasal dari para makhluk liar yang tidak memiliki sebuah pack atau kerajaan, mereka buntu dan tidak tahu ingin ke mana, sehingga Castiel menemukan mereka di hutan

  • Aroma Manis    Bab 33

    "Bersabarlah, jangan bertanya berapa lama atau pun kapan, karena kau akan semakin tidak sabar dan selalu merasa, bahwa waktu begitu lambat berjalan."Beberapa bulan kemudian, masa puasa seorang Aralt mau pun Jason telah usai, dan di canavaro pack tepatnya di kamar mereka, pasangan tersebut saling menyalurkan gelora kerinduan mereka. Ketika gelora tersebut telah usai, Aralt mengusap perut mate-nya yang telah membesar dan ia harus kembali bersabar dalam beberapa waktu dekat ini karena masa persalinan Emely yang tidak diketahui kapan tibanya.Emely dijaga begitu ketat, baik dari Aralt, mau pun yang lainnya, termasuk beta, warrior, omega, bahkan para rakyat pun turut membantu. Emely tidak lagi berada di red moon pack untuk sementara waktu karena dirinya tengah hamil besar dan besar pula kemungkinan resiko yang didapatkan ketika ia menuju sana, walau wanita itu terus merengek, Aralt tak mengizinkana atau menuruti kemauan pasangannya, lebih-l

  • Aroma Manis    Bab 32

    Sampainya di pack, hasil buruan diberikan kepada warrior dan para rakyat lainnya, sementara kelinci itu sudah duduk di pangkuan Emely. Aralt sedikit tercengang, pada saat kelinci itu bersamanya, ia pasti terus memberontak dan berusaha untuk kabur, akan tetapi, jika bersama mate-nya, kelinci itu malah merasa senang, bahkan berbaring di pangkuannya. Dan lihatlah sekarang, mate-nya sedang memangku dan menganggap kelinci itu sebagai anaknya."Tidurlah, malang sekali nasibmu, apakah kau sedang lapar?" tanya Emely, yang tentunya tidak akan dijawab oleh kelinci itu. Namun, Emely rasa bahwa hewan lucu ini sedang membutuhkan makanan. Ia pun beranjak dari kursi dan tetap menggendong hewan tersebut lalu menuju pintu untuk keluar, tapi, langkahnya harus terhenti ketika sang pasangan sedang menghalang dengan berupa pertanyaan pula."Ingin ke mana, sayangku?""Aku membutuhkan sayur berupa wortel atau pun kol untuk memberi kesayangank

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status