Share

CH 4

Terlihat senyum tipis menghiasi wajah yang selama ini nampak begitu datar tanpa ekspresi, entah apa yang sedang ada dalam pikirannya, semenjak pertemuannya dengan Aira pada malam itu, gadis yang manis yang pernah ia cicipi, bahkan parasnya tak terkalahkan dengan kebanyakan wanita cantik yang pernah ia temui, baginya Aira adalah yang paling mempesona. 

 Setelah mengetahui bahwa keluarganya sempat berhutang kepada perusahaan miliknya, namun belum juga dapat membayarnya mereka malah sudah tiada, ya hingga Aira yang harus menanggung semua itu. Senyum licik terpampang di wajahnya, memikirkan sesuatu yang menyenangkan bila menjadi nyata. Yah sebuah permainan yang akan ia lakukan untuk gadis kecilnya itu. 

 Tanpa perlu ia bersusah payah mencari tahu keberadaan Aira, karna tanpa disadari olehnya, Ternyata Aira sendirilah yang menghampirinya langsung, meski Aira belum mengetahui bahwa lelaki yang semalam mengambil hal yang paling berharga darinya adalah CEO perusahaan Wilson dimana Aira melamar pekerjaan. 

 Entah takdir yang seperti apalagi yang akan menimpa Aira, setelah diterimanya di sebuah perusahaan Wilson, ia sangat bangga pada dirinya sendiri, akhirnya dia bisa mulai mengumpulkan uang demi membayar hutangnya. Entah Aira yang terlalu polos atau memang terlalu bodoh? 

 ***

 Tut... Tut.. Tut..  

 Dering ponsel Aira berbunyi, sebuah nomor tak di kenal terpampang jelas di layar ponselnya, tanpa banyak berpikir panjang Aira meraih benda pipih itu kemudian menggeser icon berwarna hijau. 

 " Ya hallo? " Ujar Aira 

 " Apakah benar ini dengan Aira Angelica? " Sapa seorang wanita diarah sebrang sana

 " Ya, dengan saya sendiri, ada keperluan apa? " 

 " Kami dari perusahaan Wilson mengabari bahwa mulai besok anda sudah bisa mulai bekerja di perusahaan kami, pada divisi keuangan " Ujarnya

 " Benarkah? , ah baik Terima kasih banyak telah memberikan saya kesempatan untuk bergabung dengan perusahaan anda " Ujar Aira seraya mengucap syukur 

 " Sebelum mulai bekerja, anda di mintai untuk bertemu dengan CEO kami di sebuah hotel Maxime pukul 21:00 malam " Ujarnya kembali memberitahu 

 " Ah baiklah, saya akan datang tepat waktu " 

 " Baik, cukup sekian, selamat sore " Ujarnya pamit seraya memutuskan sambungan secara sepihak. 

 " Huh kenapa harus bertemu di hotel itu lagi sih " Gerutu Aira kesal karena hotel itu mengingatkan dirinya pada kejadian malam kemarin, mulai dari menyaksikan tontonan yang menguras emosi sebab pengkhianat yang terbongkar dan  dimana satu-satunya hal yang berharga darinya di renggut paksa oleh seorang lelaki yang tak ia kenal, dirinya sekarang benar-benar kesal, berharap tidak akan lagi pernah berjumpa dengannya. 

  " Bagaimana? " Tanya seorang lelaki di ujung sebrang telpon itu. 

 " Sudah beres tuan "

 " Kerja bagus " 

***

Semenjak kepergian kedua orangtuanya, Aira kini tinggal sendiri di sebuah rumah kecil nampak sangat berbeda dengan keadaan yang awalnya sangat megah, kebahagiaan yang ia miliki dulu kini seperti sebuah lukisan usang, berdebu dan tak menyisakan keindahan yang sebenarnya. 

 Kehilangan keluarga tercintanya membuat ia harus lebih kuat untuk menjalani hari yang akan terasa berat untuk di lalui, terlebih ketika kekasih dan temannya sendiri malah mengkhianatinya. 

 ' ku rasa di dunia ini tak ada yang benar-benar nyata, bahkan sebuah rasa saja bisa dengan mudah di nodai, ' pikir Aira. 

 Dalam kehidupannya yang baru, Aira berharap ia di pertemukan dengan sosok dan manusia yang jauh lebih baik lagi, meski dengan keadaannya yang sekarang, Aira terlihat kurus, meski begitu warna kulit dan rona wajahnya tak pernah berubah, semakin hari keindahan pada dirinya semakin memukau, bak berlian yang lama tersimpan. 

 Setelah menerima panggilan dari perusahaan wilson, kini ia resmi bekerja di perusahaan itu, betapa bahagianya Aira saat ini, bahkan untuk membayangkannya saja dulu ia tak pernah, sebab sangat sulit sekali untuk bisa bekerja di bawah perusahaan besar itu, kecuali mereka yang memiliki jalur dalam, yah kebanyakan dari mereka ada yang menjilat para petinggi untuk bisa mendapatkan sebuah pekerjaan, demi uang dan asalkan bisa menghasilkan uang dan karir yang menjamin, apapun akan dilakukan, kebanyakan gadis di negara itu memang seperti itu, namun tidak bagi Aira. Ia pantang sekali untuk melakukan hal yang tidak senonoh itu, baginya karir dan uang bisa di dapatkan dengan cara lain, dan bukan dengan cara menjilat. Memikirkannya saja sangat menjijikkan apalagi harus benar-benar berada di posisi itu. Sungguh Aira bukan gadis rendahan seperti itu. 

Senja sudah kehilangan waktunya untuk berada disudut bumi, waktu semakin cepat berjalan, malampun tak sabar untuk segera menyapa bumi yang tak terasa sudah menjadi gelap, Aira yang baru terbangun dari tidurnya, lebih tepatnya ia ketiduran saat memikirkan banyak hal yang terjadi dalam beberapa hari ini, ia hampir saja melupakan pertemuan pentingnya, dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul 19:10 malam, Aira langsung bergegas menuju kamar mandi, ia harus benar-benar terlihat menarik didepan pimpinannya, sebab tak ingin kehilangan pekerjaannya yang baru saja ia dapatkan tadi sore. 

  Kini, tepat di hadapannya terpampang sebuah nama berwana emas bertuliskan hotel Maxime, ia tak percaya dirinya bisa melangkahkan kakinya kembali kedalam sana. Dengan berat hati ia terpaksa memasuki hotel tersebut, ia sedikit kurang percaya diri sebab pakaian yang di kenakannya begitu menarik perhatian orang lain, Aira hanya memakai dress selutut dengan flatshoes  ukuran tinggi 3cm, meski penampilannya sangat sederhana namun pancaran aura pada wajahnya dapat menarik perhatian mata para lelaki buaya, Aira sedikit kesal ketika mendapati mereka memerhatikan tubuhnya.  

 ' menyesal aku datang kesini, ' pikirnya begitu. 

 Andai saja kedatangannya kali ini bukan untuk menemui CEO dari perusahaan Wilson tentu saja ia tidak akan muncul di hotel itu. Mengingat bahwa dirinya sekarang hanyalah gadis biasa. 

   " Liat, gadis itu sangat cantik bukan? Rasanya aku ingin memakannya sekarang " Ujar lelaki yang berada didalam hotel 

 " Huh, gadis miskin bisa-bisanya datang ke tempat seperti ini"

 " Sepertinya dia wanita simpanan "

" Ia, kamu benar "

 Beberapa ucapan dari orang-orang yang sedang membicarakan Aira, dengan tatapan mengejek dan nakal. Aira hanya mendengus kesal, ia tak begitu menanggapi perkataan mereka, lagipula tak ada yang lebih penting untuknya saat ini selain bertemu dengan atasannya. Aira melenggang melewati mereka dengan wajah datar meski sebenarnya Aira sangat merasa tak nyaman dengan situasinya yang berada di hotel itu.

 Aira memasuki lift, menekan tombol nomor 21,yah tempat yang akan Aira tuju saat ini adalah sebuah kamar yang terletak di lantai paling atas. Tak lama kemudian pintu lift terbuka, Aira langsung melangkah meninggalkan lift tersebut. 

 Kini Aira sudah berada tepat didepan pintu nomor F08, ya sebuah kamar hotel, Aira mencoba menetralkan perasaannya yang kini sedang di ambang ke resahan, batinya menyuarakan untuk tidak masuk ke dalam sana, namun tangan Aira dengan ragu menekan bel yang berada di sebelah pintu. 

 Suara belpun berbunyi tak lama setelah itu, seseorang  membukakan pintu seraya berkata 

" Apakah anda yang bernama Aira Angelica? " Tanya pria itu 

 " Ya, anda benar tuan "

 " Silahkan masuk, anda sudah ditunggu oleh tuan " Ujarnya seraya memberikan jalan untuk Aira lewati memasuki kamar yang langsung dijawab aira dengan anggukan, lalu melangkahkan kakinya dengan rasa gugup. 

  

  

  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status