Share

9. Orang Ke Tiga

Mereka sampai di sebuah butik khusus pakaian pengantin. Dapat dilihat dari gaun dan setelan jas yang dipajang di balik kaca. Kalau bukan menjaga harga diri di hadapan Adriel, Sandra sudah berdecak kagum melihat gaun-gaun super mewah dan cantik itu. Itu adalah mimpinya setiap kali dia dihina atas kesendiriannya, setiap kali Maya pamer tentang rencana pernikahannya. Sandra ingin sekali bisa berdiri di hadapan mereka dengan menggunakan gaun itu.

"Masuk," suruh Adriel karena Sandra yang terpana melihat gaun yang di pajang di etalase paling depan. Sandra segera sadar dan mengikuti Adriel ke dalam.

"Hai, sepertinya aku akan mendengar kabar baik, nih," sapa seorang wanita dengn akrabnya pada Adriel.

"Aku mau cari pakaian pengantin," balas Adriel, tetap saja dingin, meski wanita di hadapannya sudah tersenyum selebar mungkin.

"Nah, benar dugaanku, kan? Tapi, kok sendiri aja?" Wanita itu melihat di sekitar Adriel, seolah tidak melihat Sandra yang berdiri canggung di sebelah Adriel.

"Ini." Adriel menunjuk Sandra.

Wanita itu mengerutkan dahinya, namun kemudian kembali tersenyum ramah. "Halo, ini siapa?" Tatapan wanita itu pada Adriel mengandung tanda tanya besar.

"Lolita." Dia mengukurkan tangan pada Sandra.

"Sandra." Gadis itu berusaha untuk tenang dan bersikap biasa.

"Alena?" Wanita itu mendesak Adriel yang hanya diam dengan matanya.

"Ini calon istriku." Setelah diam sejenak, Adriek akhirnya bersuara. Namun, pengakuannya membuat Lolita sedikit shock.

"Kamu gak sedang bercanda, kan?" Matanya kembali meminta Adriel untuk meyakinkannya.

"Ngapain aku harus bercanda soal beginian. Kamu tahu, aku tidak punya selera humor yang baik." Adriel pergi melangkah melihat-lihat apa yang ada di butik itu. Dia sengaja melakukannya untuk menghindari pertanyaan berikutnya dari Lolita.

"Tapi ...." Sebenarnya Lolita masih ingin mempertanyakannya pada Adriel, namun setelah melihat Sandra dia mengurungkan niatnya. Dia sadar bahwa di hadapannya itu juga adalah pelanggannya.

"Sudah punya pilihan? Atau mau aku pilihkan yang cantik untukmu?" Lolita harus bersikap profesional, meski dia yang adalah sahabat Alena belum siap menerima keputusan Adriel.

"Coba lihat yang di sana." Adriel menunjuk salah satu gaun yang terpajang.

"OK, baik." Lolita menyuruh salah seorang karyawannya untuk menyiapkan gaun yang dimaksud.

"Mari kita coba." Lolita mengajak Sandra ke dalam ruang ganti. Gaun itu sudah disiapkan di dalam kamarnya.

"Kalian sudah lama kenal?" tanya Lolita pada Sandra saat mereka sudah berada di dalam ruang ganti.

"Baru," jawab Sandra pelan.

"Langsung menikah?" Lolita tidak bisa menahan suaranya, membuat Sandra merasa kurang nyaman.

"Maaf, maksud saya apa gak pacaran dulu?" Dia memperbaiki nada bicaranya, berharap Sandra kembali nyaman seperti sebelumnya.

"Itulah jodoh, tidak ada yang tahu siapa dan kapan," jawab Sandra mantap, membuat Lolita segan untuk melanjutkan keingintahuannya.

Sandra telah selesai mengganti pakaiannya. Lolita tidak bisa menampik, gadis di hadapannya itu memang cantik dengan gaun itu, meski tanpa make over. Sandra juga sangat terpukau dengan tampilannya sendiri di kaca.

"Alena, kamu sudah datang?" Sandra dan Lolita keluar hendak menjumpai Adriel. Ternyata Alena sudah datang dan sedang bercakap-cakap dengan Adriel.

"Lagi ada kostumer, ya?" Alena berbasa-basi, padahal dia tahu. Hanya saja dia menyembunyikan rasa kagetnya ketika melihat Sandra sudah mengenakan gaun pengantin. Dia mengumpat dalam hati karena Sandra mengenakan gaun impiannya.

"Iya, nih." Lolita memainkan matanya pada Alena.

Dia sendiri yang memberitahu Alena lewat pesan chat tentang kehadiran Adriel. Awalnya Alena tidak percaya saat Lolita memberitahu soal wanita yang datang bersama Adriel. Ternyata sahabatnya itu tidak sedang bercanda, laki-laki yang seharusnya menikah dengannya, kini sedang bersama perempuan lain.

"Aku gak yakin kamu sungguh-sungguh akan menikah." Alena menatap Adriel dengan genit, dia bahkan mendekatkan wajahnya untuk melihat ekspresi Adriel.

"Undangan akan segera sampai padamu," jawab Adriel datar.

"Pilihan gaunnya boleh juga." Alena menatap Sandra dari atas hingga ke kaki, perlahan dia berjalan mendekati gadis itu.

Gaun itu pernah diminta Alena pada Adriel jika mereka akan menikah nanti. Itu pula alasan Adriel untuk memilihkannya untuk Sandra. Bukan untuk mengingat Alena, melainkan untuk menunjukkan pada Alena bahwa ada wanita lain yang dengan mudah menggantikannya.

"Dia sangat cantik dengan gaun itu, bukan." Ucapan Adriel terkesan disengaja untuk pamer pada Alena. Sandra pun merasakan ucapan itu tidak tulus dari Adriel.

"Ya ya." Alena pun menjawab dengan tidak tulus. Bagaimana mungkin dia mengakui wanita yang menggantikan posisinya lebih cantik dari dirinya.

"Tapi, aku yakin dia akan lebih cantik dengan gaun itu." Adriel menunjuj gaun di etalase depan yang dilihat Sandra saat pertama kali masuk.

"Kamu suka yang ini, kan Sayang?" Tatapan lembut Adriel membuat Sandra hampir tidak percaya, sebelum akhirnya dia sadar bahwa itu hanya sebuah sandiwara.

Sandra hanya mengangguk sambil tersenyum. Ada tanda tanya di benaknya, tentang siapa wanita yang tengah bercakap dengan mereka. Yang jelas wanita itu bukan kenalan biasa, Sandra dapat merasakannya dari cara wanita itu menatap Adriel.

Sandra membalas keromantisan yang dibuat-buat oleh Adriel. Dia mencium ada unsur kesengajaan yang dilakukan di hadapan perempuan itu. Sandra mulai menebak-nebak dalam pikirannya.

Setelah disetujui oleh Sandra, Lolita kembali membawanya ke ruang ganti. Gaun yang diminta oleh Adriel dibawa serta. Demikian juga dengan Alena yang mengikuti mereka.

Tiba-tiba Sandra merasa tidak nyaman berada di antara kedua wanita itu. Tatapan mereka mencurigakan, membuat Sandra mendadak harus waspada. Terlebih lagi saat dia memergoki keduanya saling bertatapan.

"Kamu kerja di mana?" Alena mencoba mengakrbakan diri dengan Sandra meski jauh dari kata akrab.

"Di sebuah perusahaan swasta." Sandra tersenyum ramah padanya untuk menutupi ketidaknyamanannya.

"Sebagai apa? Owner? Manager?" Alena terkesan sedang mewawancarai Sandra.

"Aku hanya karyawan biasa."

"Oo." Alena membulatkan mulutnya dengan mata bergulir ke kiri dan ke kanan.

"Silakan ganti gaunnya." Lolita telah mempersiapkan gaun baru itu di kamar ganti. Sandra bernapas lega, akhirnya punya alasan untuk menghindari Alena dan pertanyaan-pertanyaannya.

Selesai mengenakan gaun yang baru, Sandra keluar mendapati kedua sahabat itu. Sejenak mereka terpaku, melihat penampilan Sandra yang di luar dugaan. Deru di dada Alena semakin kencang, napasnya tercekat.

"Ayo keluar!" ajak Lolita kemudian.

Alena mempersilakan Sandra berjalan lebih dulu. Dia menarik tangan Lolita yang sempat ingin keluar. Dengan pelan, Sandra menyeret gaun yang cukup berat dan panjang itu. Kegeraman Alena semakin menjadi ketika melihat mata Adriel tertuju pada wanita di depannya, bukan dia.

"Aw!" Sandra hampir tersungkur, kain yang terurai di belakang tertahan, lebih tepatnya ada yang menahan. Suara sobekan kain membuatnya menoleh ke belakang.

Melihat kejadian itu, Adriel yang masih berjarak dengan mereka, datang mendekati. Matanya langsung tertuju pada gaun yang sobek dan kaki Alena yang berada di atas ujung kain tersebut.

"Maaf, aku gak sengaja." Permintaan maaf Alena justru terbaca seperti sebuah ejekan oleh Adriel. Dia sudah mengenal watak wanita itu.

"Aku cuma punya waktu satu minggu untuk menunggu gaun baru yang seperti ini. Jika tidak, aku terpaksa pindah ke butik lain. Dua minggu lagi, kami akan menikah." Adriel menatap Lolita, tapi sudut matanya terarah pada Alena.

"Kamu sengaja melakukan ini untuk membalasku, kan?" Alena menarik tangan Adriel untuk menghadap padanya. Dia sudah tidak bisa lagi menahan diri.

"Aku akan menikah dengan wanita yang siap tanpa ada satu pun alasan." Adriel menatapnya dengan tajam, seolah mata mereka sedang berbicara.

"Katakan kamu akan membatalkannya. Aku akan menikah denganmu. Aku tahu, kamu masih mencintaiku." Alena merengek sambil menggoncang tubuh Adriel.

Dari jarak yang cukup dekat, Sandra memperhatikan drama itu. Dia sudah mulai mengenal cerita dan konfliknya.

"Kamu akan menikah denganku?" Adriel menunduk mendekatkan wajahnya pada Alena. Pemandangan itu justru membuat jantung Sandra berdetak tak beraturan.

"Ya, batalkan pernikahanmu dengan dia. Aku akan menikah denganmu," jawab Alena mantap.

Adriel terdiam sejenak, lalu kepalanya menoleh pada Sandra. Tatapan mereka bertemu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status