Share

2

Taxi mewah itu melaju di jalanan yang basah. Hujan bulan Juni membuat semuanya menjadi lembap. Di bangku belakang, Yana terus-menerus menggertakkan geligi. Matanya tak beralih dari lapisan kaca taxi yang berembun karena gerimis. Sejak meninggalkan rumah, tak sepatah kata pun terucap dari bibir Yana, pun sang sopir taxi. Seakan mereka tahu arah mana yang harus ditempuh dan tempat apa yang akan dituju.

Berulang kali Yana membetulkan letak belahan gaun merahnya yang tak mampu menutupi kaki jenjang itu. Kulitnya yang terbuka terus-menerus meremang, entah oleh ketakutan atau pendingin ruangan.

Taxi memelesat jauh meninggalkan jalan utama. Yana terlihat mulai gelisah. Dia tak menduga jika kendaraan yang menjemputnya itu akan menjauhi kota alih-alih memasukinya. Satu tangan kirinya tiada lepas dari tas tangan yang terasa panas di telapak, meski nyatanya tak demikian. Di balik tas tangan kulit itu terdapat ponsel yang menyimpan video telanjangnya dari nomer tak dikenal.

Yana berusaha keras mengingat dan menggali hingga ke lapisan terdalam ingatannya. Video itu dia sendiri yang membuatnya lima tahun lalu. Di dalam video itu, Yana ingat betul dia sedang sendirian. Iseng dia merekam kemolekan tubuhnya sendiri di depan cermin menggunakan kamera ponsel keluaran terbaru hadiah dari sang papa. Yana juga benar-benar yakin tak pernah mengirimkan atau membagikan video itu kepada siapa pun. Bahkan, Yana segera menghapus video itu dua hari setelah merekamnya.

Sial!

Perempuan yang baru genap berusia 35 tahun itu memukulkan satu tinjunya ke jendela taxi yang gelap. Sopir taxi terlonjak. Matanya melirik melalui spion depan meski masih juga tak bersuara.

“Berapa pria keparat itu membayar si sopir taxi sampai tak berkutik sama sekali?” batin Yana merusuh. “Pria? Benarkah dia pria? Aku bahkan tak tahu siapa orang ini!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status