Share

Part 2

Lintang menunggu Vanka di depan rumahnya. Ia menyandarkan tubuhnya di motor sport miliknya. Sesekali berdecak karena Vanka yang tak kunjung keluar dari rumahnya.

Tak lama kemudian, Vanka keluar dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

"Pagi Lintang," sapa Vanka.

"Lama banget sih lo. Ngapain aja?" ketus Lintang.

"Maaf. Gue masih siap-siap."

"Siap-siap aja lama. Besok-besok kalau lo lama lagi, gue tinggalin lo. Kalau perlu gue gak mau jemput lo lagi," ucap Lintang membuat Vanka mencebikan bibirnya kesal.

"Kenapa sih lo selalu marah-marah sama gue? Padahal, kan itu cuma masalah kecil."

"Justru itu, masalah yang kecil aja gak boleh disepelin gitu aja."

"Buruan naik! Nanti telat."

Vanka meneriama helm dari Lintang dan memakainya, kemudian naik ke motor Lintang dengan bantuan cowok itu.

"Udah?" tanya Lintang.

"Udah."

Vanka melingkarkan tangannya di pinggang Lintang, namun cowok itu langsung melepasnya membuat Vanka kecewa.

"Gak usah meluk-meluk."

"Kenapa gak boleh? Emangnya gue gak boleh meluk pacar sendiri?"

Tanpa menjawab pertanyaan Vanka, ia langsung melajukan motornya.

****

Mereka sudah sampai di sekolah. Vanka berjalan di samping Lintang sembari mengalungkan tangannya pada tangan Lintang.

"Hai Lintang," sapa Lisa yang sudah berada di samping Vanka.

"Hai Lis," balas Lintang sembari tersenyum.

Lintang langsung melepaskan tangan Vanka dari tangannya membuat Vanka mendesah kecewa.

"Ke kelas bareng gue ya," pinta Lisa.

Lintang mengangguk. "Ayo."

"Eh, Tang. Kok lo ninggalin gue sih?" ucap Vanka.

"Gak usah manja. Ke kelas sendiri sana."

"Ck! Nyebelin banget sih."

"Halo Vanka cantik," sapa Vino sembari tersenyum.

Vanka menoleh kemudian tersenyum.

"Vin, gue bisa minta tolong gak?"

"Boleh. Minta tolong apa?"

Vanka mengeluarkan buku tugas milik Lintang dan sebungkus roti serta susu kotak.

"Lo tolong kasih ini ke Lintang ya. Bilangin ke dia gue udah kerjain tugas Matematikanya." 

Vino menerima buku, roti, serta susu kotak tersebut dari Vanka.

"Lo baik banget sih, Van. Gue jadi pengin punya pacar kayak lo. Biar bisa ngerjain tugas gue," ucap Vino sembari tertawa.

Vanka tersenyum tipis. "Bisa aja lo. Ya gue cuma mau bantu dia aja. Kalau gue gak bantu dia pasti gak bakal kerjain tugasnya."

"Iya sih. Ya udah kalau gitu gue duluan ke kelas ya," pamit Vino.

Vanka hanya mengangguk membiarkan Vino berjalan ke kelasnya.

"Semoga aja Lintang mau makan roti dan minum susunya," gumamnya.

****

Vino duduk di samping Lintang kemudian menaruh buku tulis, roti, dan susu di hadapan Lintang. Membuat Lintang mengernyitkan keningnya.

"Buat lo, dari Vanka," ucap Vino.

Lintang mengambil buku tulisnya dan menaruh roti dan susu kotak di meja Vino.

"Buat lo aja. Gue gak butuh itu."

"Hadeh. Lo emang bener-bener ya. Jadi, lo pacaran sama Vanka cuma mau manfaatin dia doang?" Vino geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan sahabatnya.

"Gue gak manfaatin dia. Dianya aja yang nawarin diri buat ngerjain tugas gue."

"Tang, ini ada roti coklat sama susu buat lo," ucap Lisa sembari menyodorkan sebungkus roti coklat dan susu kotak pada Lintang.

Lintnag tersenyum kemudian menerimanya. "Makasih ya Lis."

"Sama-sama."

Lintang membuka bungkusan roti tersebut kemudian melahapnya. Vino menatapnya bingung. 

"Kok lo makan roti pemberian Lisa, sih?" tanya Vino.

"Emang kenapa?" tanya balik Lintang.

"Kenapa lo gak makan pemberian Vanka?"

"Gue gak mau kalau dari dia. Gue cuma mau makan dari Lisa."

"Bener-bener lo ya. Vanka bakal marah kalau dia tahu."

"Emang gue pikirin," ucap Lintang cuek.

"Lo itu harusnya bersyukur punya cewek kayak Vanka. Udah cantik, baik, perhatian, pinter lagi sampai mau kerjain tugas lo."

"Lo tenang aja, kalau gue udah putus dari dia, lo boleh ambil dia."

"Bener-bener gila lo."

****

"Hai Lintang," sapa Vanka sembari tersenyum.

Sekarang ini, tidak ada guru yang masuk ke kelas mereka. Karena guru-guru sedang rapat. Hal itu menguntungkan Vanka, karena ia bisa menghampiri Lintang ke kelasnya.

Lintang yang sedang mengobrol dengan Vino dan Roy di depan kelas melirik sekilas ke arah Vanka.

"Ngapain ke sini?" tanya Lintang sedikit tidak suka.

"Pengin aja. Mumpung jamkos, gue bosen di kelas. Pengin ketemu lo."

"Sayangnya gue gak pengin ketemu lo."

"Em, Tang gue sama Vino masuk kelas dulu," pamit Roy.

Belum sempat Lintang membuka mulut untuk melarang mereka pergi, kedua sahabatnya sudah duluan ke kelas.

"Tang, gue boleh duduk di sini gak?" tanya Vanka.

"Duduk ya duduk aja. Ngapain juga minta ijin sama gue?"

"Lo tuh kenapa sih gak pernah lembut kalau ngomong sama gue? Sama Lisa aja lo ngomongnya lembut."

"Ngapain juga gue harus ngomong lembut sama lo?"

"Gue boleh tanya gak sama lo?"

Tatapan Lintang masih lurus ke depan.

"Apa?"

"Sebenarnya lo cinta gak sih sama gue?" tanya Vanka.

Lintang terdiam sejenak. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan Vanka.

"Kenapa diam? Lo gak cinta ya sama gue? Jangan-jangan lo terpaksa ya pacaran sama gue?" tanyanya dengan kepala tertunduk. Takut-takut kalau Lintang akan marah padanya.

"Denger ya, mulai sekarang gue minta sama lo jangan pernah tanya itu lagi. Sekali lagi lo tanya itu, kita putus!"

Vanka langsung mengangkat kepalanya. Wajahnya tampak terkejut.

"Kok gitu sih? Emangnya salah kalau gue nanya?"

"Ya salah. Udah mendingan lo balik aja ke kelas lo." Setelah berucap demikian, Lintang langsung masuk ke kelasnya meninggalkan Vanka.

Ketika Vanka hendak pergi, suara Lisa menghentikannya.

"Kasihan banget dicuekin sama pacarnya sendiri," ucap Lisa diikuti tawanya.

"Oh iya, lo tahu roti sama susu pemberian lo itu gak dimakan sama Lintang. Dia kasih ke Vino. Tapi, lo tenang aja karena dia makan roti dan minum susu kotak pemberian gue kok," lanjutnya.

Vanka menatap Lisa terkejut. 

"Jangan bohong lo," ucap Vanka.

"Gue gak bohong. Ngapain juga gue bohong sama lo. Asal lo tahu ya, Lintang itu gak suka sama lo. Dia itu cuma suka sama gue. Jadi, lo gak usah bangga karena lo jadi pacar dia. Emang sih lo pacar dia, tapi dia lebih perhatian sama gue."

"Terus lo bangga gitu? Karena berhasil bikin cowok orang suka sama lo? Harusnya lo tahu diri deh," ucap Vanka dengan senyum miring.

Sungguh, ia sangat kesal dengan Lisa. Karena cewek ini berani mendekati Lintang, padahal dia tahu kalau Lintang adalah pacarnya.

"Ya gue bangga lah. Lagian, cowok lo sendiri aja gak terganggu sama gue. Bahkan, dia selalu perhatian sama gue. Mendingan lo putus aja deh dari Lintang. Gak usah berharap kalau Lintang bakal peduli sama lo."

Vanka terdiam. Ia membalikkan badannya dan pergi dari sana.

Ia merasa sakit, ketika Lisa berbicara seperti itu. Itu memang benar adanya. Lintang selalu baik dan perhatian pada Lisa. Sedangkan, dirinya tidak pernah diperhatikan oleh Lintang. Padahal, ia adalah pacar Lintang.

"Kenapa harus kayak gini sih?"

******

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iren Rogate
taruhan gile, masakan gadis cantik disiasiakan huuu cowo brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status