Share

Melewati Malam yang Panas

Amanda sudah dites fisik dan mentalnya, ia terbukti sehat dan tak ada masalah. Untuk izin dari orang tua sepertinya Amanda tidak memerlukan hal itu karena dia saat ini hidup sebatang kara.

Proses dimulai ketika semuanya sudah siap—dan Amanda sudah siap jika dalam proses tersebut tidak langsung berhasil. Dia paham benar bagaimana proses tersebut karena sudah pernah melakukannya.

Hingga sampai akhirnya setelah empat bulan kemudian, wanita yang tak lain mantan kekasih Nicholas itu bisa hamil usai menjalani proses beberapa kali.

Masalahnya terletak pada sel telur Hana yang tidak dalam kondisi yang baik.

Namun meski begitu, kini Hana kini bisa bernapas dengan lega karena ibu pengganti yang ia sewa kini hamil.

Sore itu Hana menyambut Amanda dengan baik. Dia sudah menyediakan kamar yang nyaman untuk wanita itu.

Tujuannya hanya satu, dia tak ingin Amanda stres selama hamil karena akan memengaruhi kesehatan bayinya.

Hana tersenyum lebar, tapi tidak pada Nicholas. Rasanya sangat aneh melihat Amanda lagi tapi dalam keadaan seperti ini.

“Amanda, kamu bisa tidur di kamar ini mulai malam ini,” kata Hana ketika membuka pintu kamar yang disediakan untuk Amanda. 

Amanda masuk, dia melihat ke sekeliling kamarnya dan puas dengan apa yang diberikan oleh Hana saat ini.

Ini sudah lebih dari cukup.

Kamar yang luas dan begitu nyaman.

“Makanan dan semua kebutuhanmu sudah kusediakan semua. Nanti pembantu yang akan menyiapkannya untukmu.”

Amanda mengangguk.

“Dan kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa bilang padaku. Aku selalu berada di rumah ini kecuali kalau ada urusan dengan teman-temanku,” katanya yang seakan memerkan kelompok sosialitanya.

Kemudian Hana meninggalkan Amanda di dalam kamarnya sendiri. Beradaptasi di dalam kamar yang akan ia tinggali untuk beberapa bulan ke depan.

Dia mengelus perutnya. Kini sudah ada calon bayi darah daging Nicholas.

Lucu memang, dulu lelaki itu yang berjanji akan menikahinya tapi sekarang ia malah menikah dengan orang lain dan kini menjadi ibu penggantinya.

Takdir macam apa ini?

“Suami kamu di mana?” tanya Nicholas beberapa waktu yang lalu ketika ada di rumah sakit.

“Dia pergi dengan wanita lain,” jawab Amanda.

“Anak kamu?” Tak mungkin Amanda bisa menjadi ibu pengganti jika sebelumnya belum pernah melahirkan seorang anak.

“Ikut dengan ayahnya.” Amanda masih tak ingin berbicara pada lelaki itu, tapi Nicholas selalu saja bertanya apapun tentangnya setiap ada kesempatan.

“Bisakah kamu keluar, aku ingin istirahat,” pinta Amanda tanpa menatap Nicholas.

“Oh—maaf.” Lelaki itu berdiri dengan canggung kemudian meninggalkan Amanda sendirian di kamar perawatannya.

**

Makan malam telah tiba, Amanda turun untuk menikmati makan malamnya—sendirian. Yah, sendirian, tanpa Nicholas ataupun Hana. Dia makan di sebuah meja makan yang khusus disediakan untuknya.

Ia makan sendirian seperti biasanya. Makan dengan lahap agar bayi yang dikandungnya sehat dan tak kurang apapun.

Karena dia dibayar untuk itu.

Dari kejauhan dia melihat Nicholas makan dengan Hana tetapi tidak ada kehangatan di antara mereka berdua.

Hana sibuk dengan makanannya, begitupula dengan Nicholas.

Lelaki itu makan tanpa bersuara, lalu apa bedanya dengan makan sendirian?

Mata Nicholas tak sengaja bertemu pandang dengan Amanda. Perempuan itu langsung mengalihkan pandangannya ketika terpergok oleh Nicholas.

Lelaki itu tersenyum, membuat Hana menoleh ke arahnya.

“Sebaiknya dia makan dengan kita,” kata Nicholas tiba-tiba.

“Memangnya kenapa?”

“Kamu yang bilang padaku, kalau harus merawat ibu pengganti agar tidak stress.”

Hana diam, melirik Amanda yang nampaknya murung di depan makanannya.

“Oke, kalau itu mau kamu. Aku akan menyuruhnya makan bersama dengan kita mulai besok pagi.”

Nicholas tersenyum.

“Kenapa kamu tersenyum?” tanya Hana.

“Tumben kamu menuruti apa kataku,” jawab Nicholas.

“Yah, mungkin sesekali aku harus menuruti apa kata suamiku,” sahut Hana pelan ia menunduk malu. Namun pandangan Nicholas bukan tertuju padanya melainkan pada Amanda.

Dan sebelum tidur, Hana mengetuk pintu kamar Amanda. Dia memberikan sebuah kaset musik klasik untuk ibu penggantinya.

“Ini akan membuat anak itu menjadi tenang dan pintar.” Hana mengulurkan kaset itu pada Amanda.

Amanda melihatnya kemudian menerimanya tanpa banyak kata.

“Oh ya, mulai besok pagi. Kamu bisa sarapan dengan kami berdua.”

Mata Amanda membulat. “Saya tidak salah dengar kan?”

“Suamiku yang minta, mungkin dia tak mau kamu stress.”

Tetapi mungkin saja bukan karena itu.

“Jangan buat kami berdua menunggu lama, suamiku sangat bawel jika sarapannya telat.”

“Baik,” kata Amanda kemudian menutup pintunya.

Ia bergerak menuju ranjangnya dan melihat kaset yang ada di tangannya.

“Kamu ingin mendekatiku lagi?” gumam Amanda.

Nicholas sudah berbeda. Dia sudah bukan lagi Nicholas yang dulu ia kenal. Maksudnya—kini dia nampak lebih mapan dan seperti pengusaha yang professional.

Wajahnya pun sudah dewasa, menua dengan baik. Tak ada kerut wajah susah dalam wajah Nicholas. Sepertinya dia menjalani hidup dengan baik setelah meninggalkan Amanda.

Dulu …

Sebuah kabar membuat Amanda membeku di tempatnya berdiri. Ketika ia ingin makan siang bersama dengan kekasihnya itu. Tanpa sengaja ia mendengar sebuah kabar tak sedap dari karyawan yang bekerja di sana.

“Menikah? Dengan Hana?” tanya seseorang, Amanda berhenti untuk mendengarkannya.

“Katanya ia tidur dengan wanita itu,” jawab seorang wanita.

“Tapi bukankah dia sudah memiliki kekasih?”

“Kamu tak akan tahu hati seorang lelaki, dia memang nampak baik dan setia. Tapi tetap saja bisa menjadi seorang pria brengsek jika bertemu dengan wanita seksi seperti Hana.”

Amanda tertegun. Ia enggan masuk untuk menemui Nicholas. Kabar tersebut sudah cukup membuatnya terkejut siang itu.

Entah jebakan atau bukan. Tapi nyatanya Nicholas tak pernah mencarinya selama ini. Jika dia benar mencintai Amanda pasti dia akan menemukan wanita itu bagaimana caranya, bukan malah menikah dengan perempuan lain.

“Dijebak?” Amanda berdecih, ia memandang langit dari balkon kamarnya.

“Tapi kamu hidup bersama begitu lama dengannya.”

Di sisi lain, di kamar Nicholas. Hana sedang mengenakan gaun lingerienya yang seksi. Ia ingin menghabiskan malam yang panas dengan suaminya itu malam ini.

Namun sayangnya suaminya menolaknya dengan alasan lelah.

“Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini?” tanya Hana tak mengerti.

“Aku lelah, hanya itu.”

“Tapi biasanya kamu yang memintanya duluan.”

“Itu karena aku ingin memiliki anak darimu.”

“Dan sekarang kamu sudah tidak menginginkanku lagi, setelah Amanda hamil?”

Nicholas membalikan tubuhnya dan menatap Hana yang sudah berdiri tegak dengan pakaian seksinya. Sama sekali tidak menggoda Nicholas meskipun memperlihatkan paha mulusnya dan dadanya yang masih kencang menggoda.

“Ya, sepertinya begitu. Untuk apa aku melakukannya kalau kamu sama sekali tak ingin memiliki anak.”

“Tapi kan—kita sudah ada ibu pengganti, Nicholas!”

“Beda Hana, berbeda!”

Hana marah, dia menarik selimutnya, membuat Nicholas tak kebagian selimut tersebut. Lelaki itu berdiri kemudian pindah tidur du atas sofa yang ada di samping jendela kamarnya.

“Kamu tidak selingkuh kan?” tanya Hana sewot.

“Silakan berimajinasi, tapi jangan libatkan aku dalam karanganmu itu,” desisnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status