Share

Chapter 3 meet best friends

Alberto mencarikan ia tempat tinggal di sebuah apartemen. Apartemennya cukup bagus dengan pemandangan kota yang indah, interiornya pun bagus. Seketika kemarahan El pada Alberto hilang. Namun, setelah El tahu bahwa ia mempunyai tetangga yang dingin dan arogan. El berniat untuk segera memberikan racun tikus terbaik di kota ini untuknya.

****

Margareta Raflesia, seorang wanita berwajah ayu tubuh seksi bak gitar spanyol keluar dari apartemen. Dengan beruraikan air mata, ia memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan karyawannya sendiri. 

Saat ia menangis di dalam mobil wanita yang biasa disapa Reta melihat El keluar dari apartemen. Reta seakan tidak percaya jika dia melihat El sahabatnya yang sedang berada di London. Tepat saat itu juga El keluar dari lift, Reta langsung menelponnya.

 

"Hai ... Gadis nakal dimana kau sekarang?" tanya Reta dari sambungan telepon.

El yang mendengar suara Reta sangat kencang, langsung menjauhkan benda pipih yang dipegang dari telinganya. Beberapa saat kemudian dia baru menjawab. "Aku tidak usah menjawab, kau pasti sudah tahu aku di mana. Mana mungkin kau telepon dengan suara keras begini kalau tidak tahu aku di mana!" 

Seketika itu Reta langsung menghampiri El. Kedua wanita itu sontak saling berangkulan erat saking kangennya pada satu sama lain.

"Reta, kenapa matamu memerah seperti itu?" tanya El.

"Aku habis memergoki pacarku sedang selingkuh dengan karyawan ku."

"Sudah jangan nangis. Air mata kau sangat mahal, buat seekor kelinci yang tak tahu mana wortel yang berkualitas." 

"Iya. Aku menangis gara-gara itu, bukan karena dia selingkuh. Setidaknya selingkuhan dia lebih dari aku, tapi ini malah karyawan ku. Sungguh laknat."

"Tidak baik mengumpat."

Reta mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu bertanya kembali pada El. "Jadi kenapa kamu bergentayangan di sini, jangan bilang kamu kabur dari Ibu?"

"Wanita pintar," jawab El sambil melihatkan giginya yang putih tertata rapi.

"What, Felysia Ines Lateshia!" Terpancar dari mata wanita itu untuk mengetahui alasan sahabatnya kabur. 

"Yes, Raflesia. Ibu menyuruhku untuk kuliah lagi ke Singapura untuk mengambil gelar sebagai sarjana ekonomi. Kau tahu aku susah payah kuliah di bidang hukum dan sudah mendapatkan gelar ku. Aku ingin menepati janjiku pada ayah untuk menjadi pengacara dan membela yang benar, meskipun aku membencinya." 

"Hai ... Jika kau ingin membela kebenaran jadilah superhero!" 

"Itu terlalu berat, aku tidak kuat." 

"Ya ... Ya. Sudah jangan kau keluarkan lagi kata-kata manis mu itu. Jadi sekarang kau tinggal di sini?" tanya Reta. 

"Iya. Kau tahu tetanggaku sangat dingin dan arogan! sungguh ingin aku kuliti lekaki itu," ucap El sambil mengingat kejadian di lift.

"Apa dia ganteng?"

"Otakmu ganteng saja. Percuma ganteng kalau dingin dan arogan." 

"Udah jangan marah - marah sekarang ikut aku, kita ke diskotik."

"Mau ngapain kita kesana?" 

"Mau baca buku," jawab Reta dengan ketusnya.

El langsung ditarik Reta masuk ke dalam mobil menuju diskotik. Pada saat bersamaan Marko kembali mengobati dadanya terlihat darah yang mulai mengalir dari bekas jahitan. Diambilnya kasa untuk membersihkan darah disekitar jahitan. Setelah itu dioleskan salep lalu ditutup kembali. 

Tidak lama ponsel Marko berbunyi. Dilihatnya panggilan dari orang kepercayaannya. "Bos sepertinya ada tanda-tanda siapa pembunuh orang tua bos," ucap laki-laki itu dari sebrang.

"Kau serius tidak salah lagi?" 

"Iya bos, ini gangster baru muncul sejak 20 tahun lalu, sekarang dia sedang terluka di diskotik A sedang membutuhkan pertolongan." 

"Baik, kau siapkan anak buah kita. Karena aku tidak bisa menghadapi sendiri. Berjaga-jaga diluar diskotik, aku segera kesana." perintah Marko.

Marko bersiap-siap membawa peralatan medis dan pistol yang dia sembunyikan di sepatu bootsnya. Tidak butuh waktu lama dengan mengendarai motor sport miliknya, kini Marko sudah berada di diskotik A seperti yang diinfokan anak buahnya yang bernama Rain. 

Rain yang melihat bosnya sudah datang bergegas menghampirinya seorang diri. Sedangkan anak buahnya disuruh untuk berpencar untuk berjaga - jaga. "Bos," sapa Rain.

"Bagaimana apa sudah kau periksa keadaan di dalam?" tanya Marko.

"Maaf belum bos, saya takut mereka akan pergi sebelum bos datang." jawab Rain

Baf yang tadi dipakai Marko kini dilepas dengan menggunakan kaos street dan celana jeans. Dia memasuki diskotik, untuk memeriksa berapa lawan yang akan dihadapinya, aman atau tidak. Selama 7 tahun dia selalu seperti ini agar tidak mudah dijebak oleh lawan. Ia berharap agar segera menemukan pembunuh orang tuanya.

Menurutnya jika transaksi pengobatan dilakukan bukan di markas mafia, itu akan sangat berbahaya. Untuk itu dia harus menyelidiki terlebih dahulu dengan siapa dia akan bertransaksi.

Benar saja setelah Marko masuk dan mengamati gerak gerik mafia yang tak lain saudara Brain. Gangster dari Blackbrain kini ingin menjebaknya. Adik brain ingin membalas kematian kakaknya dan anak buahnya yang sudah dibantai Marko. 

Marko ingin meninggalkan tempat itu. Namun, naas anak buah gangster Blackbrain melihatnya.

"Hai ... siapa kau?" teriaknya

Marko tidak ingin membuat keributan yang tidak penting. Prioritasnya bukan gangster Blackbrain. "Maaf Tuan. Saya hanya salah kamar," ucap Marko dengan berakting seperti orang mabuk, lalu meninggalkan tempat itu.

Anak buah Blackbrain tidak percaya lalu mengikuti Marko. Karena merasa terancam Marko berteriak - teriak seperti orang gila kembali ke ruang diskotik untuk minum. 

Sementara itu Reta dan El kini sudah duduk di meja dekat bertander, menikmati minuman hasil racikannya. Baru diminum setengah, gelas milik El itu langsung disambar Marko lalu diteguknya hingga tandas.

Reta yang melihat Marko seperti terhipnotis dengan ketampanannya. Jika bisa Reta gambarkan Marko seperti arti Hollywood tubuh yang kekar, wajah yang tegas namun terlihat ramah, rahang yang mengeras bentuk persegi, dan mata yang kecoklatan. El yang melihat sahabat seperti ikan yang akan segera mati menyadarkannya. 

"Hai ... Apa kau tahu dia adalah tetangga rumahku," bisik El menyadarkan Reta.

"Apa kau bilang? tapi dia sangat cocok denganmu. Tunggu sebentar jangan menyia-nyiakan kesempatan akan aku minta nomornya biar kau lebih mudah menghubunginya." 

Mendengar ucapan Reta, El menarik baju Reta, tapi tak dihiraukan Reta.

"Hai ... Tuan. Anda harus mengganti minuman yang sudah Tuan habiskan, ini dibuat khusus untuk kita para wanita cantik," ucap Reta. 

Marko yang sedari tadi mengamati anak buah Blackbrain yang mengikutinya sudah pergi. Kini dia tersadar saat mendengar ucapan Reta, "Baik, Nona. Berapa saya harus menggantinya?" tanya Marko, yang tak ingin berdebat.

"50 poundsterling," jawab Reta lalu mengambil hp milik El dan membuka aplikasi WeChat pay. Yang artinya Marko harus berteman terlebih dahulu dengan WeChat El. kemudian Reta melihatkan pada laki-laki itu agar berteman dan mengirim uangnya. 

"Tidak usah Nona. Saya akan membayar tunai." Marko memberikan uang tunai lalu meninggalkan Reta dan El. 

"Apa dia manusia purba, jaman sekarang masih memakai uang tunai?" tanya Reta. El hanya berdecak kesal melihat tingkah sahabatnya yang menurutnya sangat memalukan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status