Marko telah sampai di apartemennya. Setelah kejadian tadi dia merasa lelah dan langsung istirahat. Beberapa saat dia ingin memejamkan matanya, tapi dia tidak dapat tidur.
Marko mendengar ada suara ketukan pintu dilihatnya jam di dinding pukul 04.45 waktu London. "Siapa lagi yang datang dijam segini!" kesal Marko, dengan langkah gontai sambil menahan emosinya Marko turun dari ranjang.Sedangkan diluar pintu. Tok... tok... tok...tok. El terus mengetuk ngetuk pintu Marko, tanpa jeda selain ketukan pintu dia juga terus memencet bel apartemen Marko. Beruntung apartemen dilantai itu hanya ada 2 pintu sehingga tidak mengganggu yang lain. "Hai ... beruang kutub buka pintu." teriak El "Saya masih belum menyerah untuk minta kerjasama dengan Anda jadi tolong buka," sambung El masih dengan mengetuk pintu.Marko pun mengabaikan suara El yang sedang berteriak. Namun, semakin dia mengabaikan suara itu, makin membuat gendang telinganya tidak bisa mendengarnya lagi. "Berisik sekali gadis ini, minta dilakban mulutnya," hardik Marko kemudian membuka pintu. Ceklek... Suara pintu dibuka."Ikh ... Dasar beruang kutub. Aku cuma minta kerjasama dengan kau dan meminta data dari kau biar kerjaanku cepat selesai, aku..." ucap El terhenti dan masih memejamkan matanya.Marko yang melihat El hanya bisa mengumpat, "Apa wanita ini bodoh?bisa-bisanya tidur sambil berjalan dan teriak-teriak." Melihat pintu apartemen milik El terbuka lebar, Marko mendorong tubuh El menggiringnya masuk ke dalam. Setelah El masuk Marko langsung menutup pintunya. Marko kembali ke apartemennya sendiri dan melanjutkan istrahatnya yang tertunda. Dia berharap wanita itu tidak menggangu tidurnya yang hanya tersisa beberapa jam karena sebentar lagi dia masuk dinas pagi.El yang tadi sudah masuk dalam apartemennya tertidur disamping rak sepatu masih dengan mengigau. "Sabar ... sabar ... Sabar," El pun kini mendengkur dengan suara kecil.****Jam pun sudah menunjukkan waktu untuk bekerja, setelah sampai di rumah sakit El berpikir untuk meminta kakanya untuk membantu. "Aku harus nunggu kak Alberto nih!" El mondar mandir seperti tidak ada kerjaan karena menunggu Alberto. Sedangkan yang ditunggu masih membahas tentang operasi yang akan dilakukannya nanti siang bersama profesor Ma."Jadi bagaimana? jenis operasi apa yang harus kita lakukan?" tanya profesor Ma yangs masih memperhatikan hasil CT scan, pasien Bu Alexa. "Jika kita melakukan operasi ini akan sangat berbahaya, takutnya tubuhnya tidak akan menerima. karena umurnya yang sudah tua dan kerusakan pada paru-parunya sudah sangat parah." jelas Alberto"Jadi?" "Sepertinya kita akan menyerah karena memang sudah waktunya dia dipanggil." "Ucapan, omong kosong apa itu! jangan jadi dokter tak berguna," bentak profesor Ma. Marko pun masuk dalam pertemuan itu, dia berusaha melihat sekilas hasil CT scan. Dia sebagai penengah sedangkan dokter yang masih magang lainnya hanya mampu diam mendengarkan perdebatan profesor dan Alberto. "Apa yang dikatakan dokter Alberto itu benar adanya. Tapi jika profesor tetap ingin melakukan operasi saya sarankan untuk melakukan pencakokan. Namun, itu sangat beresiko." jelas Marko, dengan gaya dinginnya. Marko menjelaskan kondisi pasien secara detail. Dokter magang terlihat sangat kagum dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Marko hingga membuat profesor Ma merasa iri. 30 menit pertemuan itu berlangsung kini dokter magang diberikan tugas untuk memberikan info pada keluarga pasien sedangkan profesor Ma dan Marko akan melakukan operasi. Alberto kembali ke ruangannya dengan kesal, opininya tidak berguna. Saat tiba di ruangannya dia melihat adek sepupunya kini sudah menunggunya. "Apa yang kau lakukan di sini? aku sedang tidak ingin menerima tamu," ketus Alberto sambil membuka pintu. Meskipun dilarang El tetap mengikuti Alberto masuk kedalam ruangannya. "Kak, kenapa sepertinya kesal seperti itu?" tanya El."Aku kesal gara-gara dokter Al sama profesor Ma, mereka tidak menghargaiku opiniku." "Memang Opini Kakak seperti apa? sampai tak dihargai?"Alberto kini menjelaskan duduk permasalahannya. El yang mendengarkan cerita Alberto dibuat tertawa. "Kak, memang benar Kakak itu dokter macam apa! belum bertindak sudah pasrah." "Sudah ketawanya sekarang kau keluar sana dan kerja yang benar." "Tunggu Kak. Aku butuh bantuanmu aku meminta data pasien atas nama pak Jhon, yang berkaitan dengan kasus disini cuma beruang kutub yang menjelma sebagai dokter itu dan dia tidak mau bekerjasama. Aku dengar kakak dekat dengannya, bicaralah pada dokter kutub itu untuk bekerjasama denganku. Aku pengen cepat selesaikan masalah ini." jelas El tanpa jedaKini ganti Alberto yang tertawa dengan renyah mendengar penjelasan dari adik sepupunya itu. "Oh, jadi semalam kamu minta nomor wechatnya untuk itu. Kakak kira kamu terpesona ketampanannya dan ingin menggodanya." ledek Alberto yang kini mendapatkan pukulan dari El.Satu tonjokan mendarat di dada bidang milik Alberto. "Kakak jangan tertawa lagi, masalah nomor itu aku sangat kesal hanya beberapa jam, aku mengirim pesan padanya. WeChat aku di blokir," ucap El dengan memanyunkan bibir mungilnya. "Haha ... Apa kau bilang? sekejam itu dia padamu setelah dia tidak jadi menjemputmu di bandara?" "Apa Kakak bilang? Jadi dia yang Kakak minta tolong buat menjemput ku?""Iya!" jawab Alberto masih dengan tawanya karena sepupunya terlihat tidak tahan dengan sahabatnya itu. "Kau ... sudah berapa cara untuk memintanya kerjasama denganmu El?" "Sudah banyak Kak. Sampai bikin mie instan aja aku lakukan, tapi akhirnya mie instannya masuk perutku sendiri karena terlalu lama menunggunya." "Baiklah nanti Kakak bantu, tapi Kakak gak jamin bisa membujuknya. Tahu sendiri dia beruang kutub," ucap Alberto sambil meledek El.Setelah berbicara dengan Alberto. El keluar dari ruangannya beberapa langkah dia menelusuri lorong rumah sakit kini El melihat Marko yang dengan tegap dan cool berjalan dari arah berlawanan. Niat hati El ingin menyapa Marko namun semua sia - sia. Marko tak memperdulikannya. El mengepalkan tangannya bermaksud ingin menghampiri Marko, tapi sayang sudah ada dokter Shina yang kini berjalan berdampingan dengannya.Kini El berjalan didekat parkiran rumah sakit, matanya tertuju pada seseorang yang tak asing. Dia memperhatikan orang itu ternyata bapak Jhon sedang berbicara pada seseorang. "Pak, percaya padaku ini obat bagus semua penyakit akan sembuh setelah meminum obat ini. jadi bapak tidak usah melakukan operasi yang bisa merenggut nyawa bapak," ucap laki-laki berbaju hitam."Benar itu? Saya sangat mau dengan obat itu karena saya tidak mau dioperasi saya takut," jawab pak Jhon memastikan pendengarannya."Benar Pak. Saya tidak berbohong jika, Bapak tidak percaya! silahkan bapak coba, tapi ingat jangan sampai ketahuan dengan dokter atau perawat." "Baiklah saya akan coba, tapi berapa harganya?""Untuk saat ini masih gratis, Bapak coba dulu. Kalau cocok nanti bapak baru bayar. Harga tidak jadi masalahkan pak, asal tidak dioperasi dan Bapak bisa sembuh," Pria itu meyakinkan pak Jhon. Setelah pak Jhon menerima obat itu dia langsung memasukkan kedalam kantong dan laki-laki berbaju hitam itu langsung masuk kedalam mobil meninggalkan pak Jhon. El yang sedari tadi melihat hanya bisa menaruh rasa curiga.Marko mengepalkan tangannya sebagai tumpukan rasa kecewa. Sepertinya benar. jika orang berkata, wanita akan melemahkan mu, karena ia diciptakan untuk menjadi salah satu rusukmu."Beruang kutub, tidakkah kau kasihan padaku? Kau tahu aku sudah tidak mempunyai ayah untukku sebagai tepat berlindung?" Bunyi kicauan El."Aku ketakutan, apalagi dunia mafia itu. Kenapa rasa yang sudah ku simpan rapat muncul kembali?" sambungnya. Air matanya keluar begitu saja membasahi pipi mulusnya.Marko bersikap layaknya lelaki sejati mengusung air mata itu, lalu menenangkannya.Sekilas El menatap wajah Marko, tapi dalam pandangan El dia bukan Marko melainkan ayahnya. El menatap wajah yang selama ini ia rindukan, meskipun diluar El terlihat sangat membenci ayahnya. Namun, dalam lubuk hati terdalamnya ia sangat mencintai dan merindukan sosok itu.Marko terbalik menatap El. Ia pun bersiaga kalau a
Pendengaran El dipertajam. Derap langkah itu semakin mendekat, lulut El melemas seketika. El meringkuk menahan rasa ketakutannya, ia berjongkok sambil memegang lutut, merapalkan seribu doa keselamatan. Tiba-tiba tubuh El melayang di udara, tangan kekar bersuhu dibawah normal itu membawa El masuk kedalam ruangan. "Buka matamu," ucapnya setelah menurunkan tubuh El di sofa. "Beruang kutub, kau membuatku takut." desis El yang masih terlihat gemetar. "Lain kali, jika ada kejadian seperti itu, hubungi polisi. Bukannya berpasrah seorang diri." Marko memberikan nasehat untuk El. "Aku terlalu takut. Bayangan waktu di gedung tua itu, masih menghantuiku." "Aku kira kau baik-baik saja. Beberapa hari ini aku lihat kau sudah tidak mempersalahkan hal itu." "Entahlah." El mengangkat kedua pundaknya. "Kau harus bisa jaga diri." "Iya. Ngomon
Duarrrr...El dan Reta terkejut bukan main. Ia pun menoleh ke sisi timbulnya suara tersebut. Suara tawa anak kecil terdengar sangat nyaring, seperti meledek mereka berdua."Kakak kaget ya?" tanya anak itu tanpa ada rasa bersalah setelah meletuskan satu balon."Hai kau, Nak. Jangan sampai tubuh mu aku jadikan steak." ancam Reta yang geram dengan anak kecil itu.Sementara El, terdiam tak berkata apapun. Ingatannya kembali berputar kejadian beberapa hari yang lalu. Suara letusan balon itu, sama dengan suara senjata api yang ingin membuatnya pergi dari dunia ini."Awas, kau!" Reta sudah ingin berajak dari tempat duduknya, tapi anak kecil itu segera lari ke arah orang tuanya."Reta, sudah." cegah El."Tapi dia benar-benar nakal. Aku gemas dengannya.""Biarkan saja. Kau lanjutkan makan mu. Aku ingin kembali ke kantor." pamit El pada Reta.&
Hari semakin siang, Sinar matahari sudah berada di atas langit. Tumpukan-tumpukan kertas tergeletak begitu saja di atas meja El. Hari pertama bekerja di best lawyer tidak ada yang spesial selain banyak mulut yang terus membicarakan namanya. "El! Tolong foto copy berkas ini," perintah Alexa dengan meletakkan setumpuk berkas di meja El. Ya inilah pekerjaan yang El lakukan sejak pagi tadi. Setelah mendaftarkan sidik jari dan membuat kartu tanda pengenal. "Baik, Bu." "Tunggu sebentar, El." "Ya, Bu. "Kau lakukan nanti saja. Istirahat makan dulu!" "Terimakasih, Bu. Dengan langkah gontai El pergi dari ruangan itu untuk makan siang. Karena belum mendapatkan teman, El berniat untuk menghubungi sahabatnya Reta. ****Reta tengah sibuk melayani para pelanggannya. Karena sekarang dia sedang mengadakan promo dan tepat saat itu juga, Alberto datan
Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s
Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s