Takdir terus membawa El untuk bertemu dengan Marko. Pagi ini terasa sangat indah di kota London. Hari ini El sudah mulai magang di rumah sakit Victoria. Dia sangat keren menggunakan jas berwana putih seperti dokter.
Atasannya yang bernama David membawanya berkeliling, memperkenalkan seluk beluk rumah sakit padanya dan memberitahu tentang tugas-tugasnya. Selama magang di rumah sakit Victoria. Salah satu tugasnya membantu rumah sakit menyelesaikan konflik perselisihan dengan pasien dan kebetulan sekarang sedang ada masalah yang merepotkan.Atasan menunjuk arah didepannya, terlihat seorang dokter yang tampan yang sangat dia kenal. Namun, ketampanannya tertutup oleh hawa dingin yang dipancarkan oleh sang dokter. Seakan membekukan siapa saja yang menghadapinya. "Dokter, sudah saya bilang saya tidak mau dioperasi dan tolong dokter kembalikan uang yang sudah saya bayarkan," ucap sang Pasien."Jika Anda tidak dioperasi. Saya jamin usia Anda akan bertahan hanya sampai 1 minggu atau bahkan kurang." jawabnya"Omong kosong apa ini, lihat keadaan saya. Saya sehat tidak seperti orang yang sedang sakit. Anda jangan menipu saya." "Terserah! jika Anda tidak ingin melihat putri Anda sampai dia menikah!""Brengsek kau dokter gila." umpat pasien, tapi tidak dihiraukan oleh dokter. "Pak. Saya sarankan Anda tidak usah mempermalukan diri Anda sendiri. Jika Anda sudah berubah pikiran segera hubungi saya. Panggil saya dokter Al, saya akan segera menangani Anda," ucap Marko lalu pergi ke kamar pasien yang lain.El yang melihat kejadian itu sedikit emosi kenapa seorang dokter tidak bisa menggunakan kata-kata yang ramah pada pasien, segitu keraskah lidahnya?"Dokter Marko Rifaldo Salamo. Biasa dipanggil dokter Al. Dia adalah dokter spesialis bedah umum. Dia seperti itu karena setiap hasil diagnosanya tidak pernah salah dan setiap operasi yang dipegangnya selalu berhasil. Selain dokter yang berkompeten, dia juga satu - satunya cucu pemilik rumah sakit ini," jelas sang atasan yang cukup menjawab pertanyaan yang ada di otak El.El mengangguk dengan apa yang sudah dijelaskan atasannya itu. "Jika masalah ini ingin secepatnya beres kamu temui dokter Al, minta rangkuman catatan medis pasien agar kamu lebih mudah mengambil tindakan," lanjut David."Baik atasan. Saya akan bekerja sekuat kemampuan saya, agar masalah ini secepatnya bisa teratasi," ucap El dengan semangat. Waktu saat ini sudah siang, El baru saja tiba di ruangan Marko. Namun, dia tidak menemukan Marko. "Apa dia belum kembali?" tanya El pada diri sendiri.El pun keluar dari ruangan Marko dia melihat-lihat papan organisasi struktur di dinding, dilihat foto sangat familiar di matanya. Ya, foto itu adalah Alberto kakak sepupu El. "Ternyata dia ganteng juga pakai baju seperti ini." gumam El Dari kejauhan Marko melangkahkan kakinya yang jenjang menuju ruangannya, tanpa memperdulikan El yang sedari tadi menunggunya. Marko langsung masuk dalam ruangan. El yang merasa tidak dianggap dia langsung membuka pintu dan masuk keruangan Marko. "Apa Anda tidak lihat saya sudah menunggu Anda?" Marko hanya menatap tajam El yang tiba-tiba masuk begitu saja, "Anda keluar dari ruangan saya, jika anda ingin bertemu silahkan gunakan kesopanan Anda," ucap Marko. Dengan menghela nafas panjang El langsung keluar dan menutup pintu kembali. "Sabar El demi cita-cita hadapi beruang kutub itu," ucap El lalu menarik nafas dalam-dalam kemudian mengetuk pintu. Setelah mendengar kata silahkan masuk, El membuka pintu lalu mendekat ke arah Marko. El langsung memperkenalkan diri dan to the point dengan tujuannya bertemu dengan Marko. "Kerjaan saya banyak dan saya tidak punya waktu melayani Anda," ucap Marko sambil memeriksa rekam medis pasien."Tapi masalah dengan bapak Jhon ini menyangkut rumah sakit ini dok, jadi saya mohon kerjasamanya." bujuk El "Di sana pintu masih terbuka dan Anda silahkan pergi! waktu makan siang saya habis terbuang karena Anda." hardik Marko "Tapi saya masih ingin konsultasi masalah ini." tegas El "Waktu konsultasi saya hanya dengan orang sakit. Anda yang sehat silahkan pergi atau saya yang akan pergi!" ancam Marko Dengan kesal El pergi meninggalkan ruangan Marko, lalu dia berpikir untuk menjadi pasien agar bisa bertemu Marko kembali. Jam sore saat Marko bertugas kembali di ruang pemeriksaan. Dia sudah mulai disibukan dengan beberapa pasien. Dan ini pasien terakhirnya. Marko tak menyangka jika yang menjadi pasiennya wanita yang menemuinya di ruangan tadi. Walau Marko tahu dengan jelas apa tujuan wanita itu, dia tetap menganggap El sebagai pasien. "Jadi apa yang menjadi kelurahan Anda sekarang?" tanya Marko sambil bersiap - siap mengetik jawaban dari pertanyaannya untuk direkap dalam rekam medis. "Saya sehat dan saya tidak sakit. Saya ke sini ingin meminta kerjasama Anda." jawab El dengan penuh penekanan. "Jadi Anda tidak sakit? Sudah saya bilang jangan membuang-buang waktu saya. Jika Anda tidak sakit, silahkan keluar dari ruangan saya." usir Marko "Tidak akan pernah dan tidak akan mungkin. Saya sudah mengeluarkan banyak uang, untuk mendaftar sebagai pasien Anda," Ucap El yang tanpa takut."Baiklah. Silahkan Anda berbicara." Beberapa menit Marko mendengarkan El yang mulai mengoceh, setelah itu Marko memanggil perawat yang mendampinginya. "Resep untuk wanita ini dan dia adalah pasien terakhir. Saya sudah selesai praktek," ucap Marko lalu meninggalkan tempat praktek. Untuk yang kesekian kalinya El merasa diacuhkan Marko, lalu dia meniup poni rambutnya. El kini berada di atap gedung rumah sakit dia berteriak sekencang-kencangnya meluapkan kekesalannya. Seorang perawat menghampirinya."Jangan berteriak nanti semua pasien yang koma akan bangun dan mereka akan cepat sembuh. Nanti aku tidak ada kerjaan," ucap perawat."Apa rumah sakit ini mempunyai karyawan yang sudah gila semua?" tanya El "Tidak! rumah sakit ini memiliki karyawan yang berkompeten." "Sudahlah jangan kesal lagi. Dokter Al memang begitu di sini yang bisa dekat dengan dia hanya dokter Alberto dan dokter Shina. Namun, dibalik sifatnya yang dingin, sombong, dan masih banyak minusnya! dia adalah dokter yang baik, dia selalu perduli dengan pasiennya meskipun sikapnya salah." jelas Perawat."Benarkah itu?" "Iya seperti padamu dia memberikan waktu untukmu, padahal kamu jelas-jelas sehat, dan meresepkan obat anti gila itu." "Apa kau bilang?" "Bercanda," ucap Perawat sambil memberikan minuman pada El. "Apa kau orang baru di sini? sepertinya aku baru melihatmu?" tanya perawat.Iya aku baru tadi pagi bertugas di sini. Di departemen urusan umum. Namaku cukup panjang jadi, cukup kamu panggil aku El," jawab El lalu memperkenalkan diri.
"Baiklah selamat datang di rumah sakit Victoria.""Terima kasih."Sambil menatap gedung-gedung yang kini setara dengan tempatnya berada. El, merencanakan sesuatu. "Lihat saja kau beruang kutub. Oke! di rumah sakit aku tidak bisa membujuk kau tapi di apartemen akan ku buat kau mau bekerjasama," batin El.Marko mengepalkan tangannya sebagai tumpukan rasa kecewa. Sepertinya benar. jika orang berkata, wanita akan melemahkan mu, karena ia diciptakan untuk menjadi salah satu rusukmu."Beruang kutub, tidakkah kau kasihan padaku? Kau tahu aku sudah tidak mempunyai ayah untukku sebagai tepat berlindung?" Bunyi kicauan El."Aku ketakutan, apalagi dunia mafia itu. Kenapa rasa yang sudah ku simpan rapat muncul kembali?" sambungnya. Air matanya keluar begitu saja membasahi pipi mulusnya.Marko bersikap layaknya lelaki sejati mengusung air mata itu, lalu menenangkannya.Sekilas El menatap wajah Marko, tapi dalam pandangan El dia bukan Marko melainkan ayahnya. El menatap wajah yang selama ini ia rindukan, meskipun diluar El terlihat sangat membenci ayahnya. Namun, dalam lubuk hati terdalamnya ia sangat mencintai dan merindukan sosok itu.Marko terbalik menatap El. Ia pun bersiaga kalau a
Pendengaran El dipertajam. Derap langkah itu semakin mendekat, lulut El melemas seketika. El meringkuk menahan rasa ketakutannya, ia berjongkok sambil memegang lutut, merapalkan seribu doa keselamatan. Tiba-tiba tubuh El melayang di udara, tangan kekar bersuhu dibawah normal itu membawa El masuk kedalam ruangan. "Buka matamu," ucapnya setelah menurunkan tubuh El di sofa. "Beruang kutub, kau membuatku takut." desis El yang masih terlihat gemetar. "Lain kali, jika ada kejadian seperti itu, hubungi polisi. Bukannya berpasrah seorang diri." Marko memberikan nasehat untuk El. "Aku terlalu takut. Bayangan waktu di gedung tua itu, masih menghantuiku." "Aku kira kau baik-baik saja. Beberapa hari ini aku lihat kau sudah tidak mempersalahkan hal itu." "Entahlah." El mengangkat kedua pundaknya. "Kau harus bisa jaga diri." "Iya. Ngomon
Duarrrr...El dan Reta terkejut bukan main. Ia pun menoleh ke sisi timbulnya suara tersebut. Suara tawa anak kecil terdengar sangat nyaring, seperti meledek mereka berdua."Kakak kaget ya?" tanya anak itu tanpa ada rasa bersalah setelah meletuskan satu balon."Hai kau, Nak. Jangan sampai tubuh mu aku jadikan steak." ancam Reta yang geram dengan anak kecil itu.Sementara El, terdiam tak berkata apapun. Ingatannya kembali berputar kejadian beberapa hari yang lalu. Suara letusan balon itu, sama dengan suara senjata api yang ingin membuatnya pergi dari dunia ini."Awas, kau!" Reta sudah ingin berajak dari tempat duduknya, tapi anak kecil itu segera lari ke arah orang tuanya."Reta, sudah." cegah El."Tapi dia benar-benar nakal. Aku gemas dengannya.""Biarkan saja. Kau lanjutkan makan mu. Aku ingin kembali ke kantor." pamit El pada Reta.&
Hari semakin siang, Sinar matahari sudah berada di atas langit. Tumpukan-tumpukan kertas tergeletak begitu saja di atas meja El. Hari pertama bekerja di best lawyer tidak ada yang spesial selain banyak mulut yang terus membicarakan namanya. "El! Tolong foto copy berkas ini," perintah Alexa dengan meletakkan setumpuk berkas di meja El. Ya inilah pekerjaan yang El lakukan sejak pagi tadi. Setelah mendaftarkan sidik jari dan membuat kartu tanda pengenal. "Baik, Bu." "Tunggu sebentar, El." "Ya, Bu. "Kau lakukan nanti saja. Istirahat makan dulu!" "Terimakasih, Bu. Dengan langkah gontai El pergi dari ruangan itu untuk makan siang. Karena belum mendapatkan teman, El berniat untuk menghubungi sahabatnya Reta. ****Reta tengah sibuk melayani para pelanggannya. Karena sekarang dia sedang mengadakan promo dan tepat saat itu juga, Alberto datan
Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s
Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s