Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca.
Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya!PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^Sebuah Honda Grand Astrea keluaran tahun 1991, melaju pelan memasuki area parkiran laboratorium dengan cat tosca muda, dan dipasangi plang bertuliskan Laboratorium Sisilia. Motor dengan body berwarna biru metalik, dipadu jok hitam berstiker Spongebob, diparkir rapi di deretan motor-motor keluaran terbaru. Si empunya motor pasti sangat merawat kuda besinya. Tampak dari bodi motor yang masih klimis, tanpa goresan maupun noda dosa baik sengaja maupun tidak. Entah noda tinta, noda cat, noda kotoran binatang, hingga noda jari. Nihil. Bahkan, bukan hanya motor saja yang legend dan terawat, tapi juga helm yang digunakan si pemilik. Helm standar mirip topi aviator pilot di film-film perang jadul, hadiah pembelian motor, menambah lengkapnya kejadulan motor itu. Si pemilik motor langsung melepaskan helm legend dan menenteng benda tersebut, sambil melangkah penuh percaya diri memasuki pintu kaca besar yang menyambut di depan gedung Laboratorium Sisilia. Sapaan hangat nan ceria dihamburkan pem
Sebuah ruangan bercat tembok putih bersih terlihat lengang oleh manusia. Hanya seorang pria tinggi sekitar 177 cm, berwajah oval, berkulit sawo matang, dengan perut sedikit buncit-walaupun tidak seperti perut para koruptor. Ups! Tidak lupa kacamata tebal karena matanya yang rabun jauh -2,25 dioptri.Pria itu sedang berdiri sambil menata rapi botol-botol berwarna cokelat gelap yang tiap dindingnya terdapat sepotong kertas informasi. Mengenakan jas putih panjang selutut, dan masker medis menutupi area hidung hingga dagu. Tidak lupa sarung tangan elastis menyembunyikan kulit jemari. Ia tampak serius melakukan aktivitasnya.Lantunan lagu milik penyanyi Indonesia maupun luar negeri dari handphone android keluaran lama, mengisi keheningan di ruangan itu. Sesekali lelaki itu ikut berdendang sember, demi menciptakan kegaduhan dalam kesunyian.Dialah Jacob Alfred, yang dipanggil Alf. Pemilik Astrea legend sekaligus pencetus semboyan saat bekerja, 'Walaupun mulut sedang bermasker bahkan susah na
Suasana di ruangan Ibu Nover begitu mencekam dan kelabu. Tampak Alf dan Willy duduk tegak, berdampingan, dengan tumit belakang saling tolak-menolak. Wajah mereka berdua tegang dihiasi keringat bercucuran tak hentinya. Padahal dalam ruangan ber—AC.Kengerian ini melebihi kengerian saat mereka masuk ke arena horor di taman bermain, atau nonton film psikopat pembunuh. Seolah aura membunuh di ruangan 3x4 meter ini, juga lebih hebat dari aura si Kunti di bawah pohon beringin samping laboratorium, yang biasa menggoda Willy. Dan kata Alf, itu karena mbak Kunti suka yang gempal-gempal, darahnya lebih banyak. Lah?!Mata mereka berdua sembunyi-sembunyi menatap sosok wanita di hadapan mereka. Tatapan balasan dari wanita berusia 30 tahun itu, bak samurai melesat hingga menembus jantung mereka, yang berdegup tak karuan sedari tadi. Bukan berdegup karena jatuh cinta, melainkan karena merasa sebentar lagi mereka akan mengucapkan salam perpisahan satu sama lain.Ibu Nover, pimpinan Laboratorium Sisili
Alf masih berusaha menstarter motor tuanya dengan susah payah. Peluh mulai bercucuran dari keningnya. Kacamatanya juga mulai buram. Dan sudah 10 menit Willy bertopang dagu, menunggu tebengan di motor Alf yang kebetulan satu kosan. Motor itu memang sering macet tanpa aba-aba terlebih dahulu, jangan diragukan lagi. Namanya juga motor tua. Alf dan Willy sudah banyak makan asam garam dengan motor legend ini, baik suka maupun duka. Tapi, tetap saja, karena sukanya dilalui bareng Willy, bukan sama cewek, jadi sebuah duka bagi Alf. Pengalaman paling terukir jelas dalam benak mereka berdua, saat mereka dalam perjalanan ke Laboratorium Sisilia, untuk interview kerja. Bayangkan saja, saat mereka keluar dari gerbang kos, mentari masih bersinar begitu terik sampai tidak terbersit bakal mendung apalagi turun hujan. Tapi, nahasnya, hanya jarak 100 meter dari laboratorium, alam berulah begitu juga s
Alf baru saja selesai mandi, saat handphone androidnya yang terbalut casing Naruto, berdering di atas nakas. Buru-buru ia meraih handphone itu, dan mendapati nama My Mom tertera di layar. Ujung bibir Alf terangkat, membentuk senyuman bahagia. Dengan hati riang gembira macam anak kecil diajak nonton karnaval, Alf langsung menggeser logo telepon berwarna hijau. "My mooommmmmm!" seru Alf sambil menghempaskan tubuh ke atas kasur berseprei mawar merah pemberian emak, yang diwanti-wanti harus digunakan, biar tidak perlu beli baru lagi. Emaknya Alf, yang dipanggil mom sama Alf, memang punya segudang seprei bunga-bungaan di rumah. Baik hasil berburu diskon di mall, ngutang di Mbak pedagang seprei keliling, atau hadiah ulang tahun dari adiknya, Tante Ismi, yang punya online shop jualan seprei. Ampun, dah! Hal ini yang selalu menjadi t
Alf sedang asyik memainkan game ular di handphone sambil rebahan, saat pintu kamar kosnya tiba-tiba diketuk dengan menggebu-gebu oleh seseorang. Dengan malas dan tanpa beranjak semili pun, Alf hanya berdecak kesal. Lebih asyik memainkan game ular gratisannya. "Alf! Kamu di dalem kan!" Teriakan Ibu Budi, karena anaknya bernama Budi, yang juga pemilik kosan sontak membuat Alf melompat dari rebahannya. "Iya, bu! Tunggu bentar, lagi ganti baju!" sahut Alf berbohong demi menyelamatkan diri. "Cepetan bukain pintunya! Ibu ada perlu, nih! Imijetli (maksudnya immediately)!" 'Ck! Gangguin orang lagi rebahan aja, nih! Lagian apes banget gue yang dihantui Ibu kosan, bukan si Willy aja!' Alf merutuki kesialannya dalam hati. Semua penghuni kos, mulai dari manusia sampai makhluk tak kasat mata, sudah tahu perangai Ibu Budi. Kalau ketahuan lagi re
"Belok kiri!" Willy yang sedang duduk di jok belakang, dengan hp berisi pesan suara Ibu Budi yang menempel di telinganya, memberi arahan pada Alf. "Abis ini ke mana!" tanya Alf setengah berteriak, tapi belum mendapat jawaban dari Willy, saking riuhnya jalanan dengan kendaraan meskipun sudah pukul 21.00. Ditambah lagi, Willy sedang konsentrasi penuh menyeleksi suara Ibu Budi dan Pak Budi di tengah suara kendaraan yang lalu lalang di sekitar mereka. Alf melepaskan tangan kirinya dari setang motor dan menepuk-nepuk kaki Willy, membuat Willy tersadar. "Apaan!" Willy memajukan kepalanya ke pundak kiri Alf. "Abis ini ke mana!" teriak Alf sambil menoleh sedikit ke arah Willy. "Katanya lurus aja sampai dapet kompleks perumahan!" jawab Willy yang disambut anggukan Alf. Motor tetap melaju dengan stabil di kecepatan 20 km/jam. Maklumlah, Alf ini sejenis pria langka. Saat sedang
Waktu menunjukkan pukul 07.59 saat Alf dan Willy mengisi absen elektronik mereka. Napas mereka ngos-ngosan, karena takut bakal terlambat. Bisa-bisa pagi mereka dihiasi dampratan dari Ibu Nover. "Briefing-nya belum dimulai kan?" tanya Alf pada Jessy, si resepsionis yang mukanya agak blasteran, sedang sibuk browsing tempat wisata. "Belum," jawab Jessy tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone, "Ibu Nover aja belum dateng, tuh!" Alf dan Willy bertatapan. "Serius?" Willy menimpali. Tangannya menghentak pinggiran meja resepsionis, karena tak percaya. Kali ini Jessy menatap mereka berdua dengan raut wajah mengandung kekesalan. Ia mengembuskan napas kasar. "Kalo gak percaya, langsung aja ke ruangannya buat ngecek!" decak Jessy sambil melotot, dan kembali melakukan aktivitas browsing-nya. Alf dan Willy secepat kilat melangkahkan kaki menuju