Memang cukup gila bagi Sinar. Bisa-bisanya ia malah merayu Bagaskara yang memang nyatanya penggila tubuh wanita. Sinar tahu kalau itu bukan masalah karena mereka masih berstatus suami istri. Tapi rasanya agak gimana gitu harus berhubungan dengan suaminya yang sudah berbagi ranjang dengan wanita lain.
"Mas, aku mau nengokin anak-anak dulu. Nanti berangkat ke kantor barengan, mau?" ajak Sinar. Ia mengikuti cara Gebby untuk tidak membuat si kembar ke sekolah dengan Sariti. Bagaimanapun caranya, si kembar harus dijauhkan dari wanita gundik itu. Ia tahu kalau Sariti memang sedang berusaha mengambil hati Aurora dan Aksara."Baiklah, kita udah lama juga gak berangkat kerja bareng meskipun beda kantor. Ngomong-ngomong kamu masih bekerja sebagai penata busana dan tema pemotretan kan, Sayang? Aku sering melihat namamu ada di bagian iklan yang dipajang di jalan raya besar," terang Bagas.
Wah, ternyata suaminya masih tahu tentang pekerjaan Sinar di Victoria Management. "Masih, sekarang banyak banget artis junior yang bandel. Kayak gak mau ngikutin pemotretan sesuai baju yang sudah ditentukan. Kurang seksilah, kurang trendy lah! Tau ah, pusing mikirin mereka!"
Bagas tau kalau di Management tempat istrinya bekerja memang banyak artis muda yang pamornya cukup nyentrik dan jadi pusat perhatian. Mungkin jika seandainya Bagas bekerja di sana, ia akan betah berhadapan dengan banyak wanita cantik dan seksi.
"Tapi nanti juga anterin anak-anak sekalian. Biar Sariti di rumah saja, udah lama gak ketemu bu gurunya si kembar, mau tahu perkembangan Aurora dan Angkasa di sekolah," ajak Sinar.
Mendengar itu, Bagas terdiam cukup lama. Jelas lah, pasti pria itu merasa terganggu karena tak bisa berduaan dengan gundiknya sebelum pergi ke kantor. Bagas tak bisa melipir ke tempat sepi buat mojok dengan kekasih gelapnya.
"Ba-baiklah, kamu keluar dulu gih. Si kembar pasti nunggu bundanya buat sarapan bareng," ucap Bagas. Terlihat sekali kalau pria itu memang tak ingin mengantarkan si kembar dengan adanya Sinar bersamanya. Ah, gagal sudah untuk mencicipi tubuh Sariti hari ini.
Sinar lebih dulu keluar setelah merapikan dasi suaminya.Bagas bekerja di perusahaan Farma Wijaya. Perusahaan yang memproduksi obat-obatan seperti obat herbal dan kosmetik dari rempah-rempah. Bagas sering memberikan rekomendasi pada istrinya untuk memakai kosmetik yang benar-benar bagus dan memberi efek cantik di wajah.
"Pagi, Aurora, Aksara. Maaf ya, tadi Bunda lagi sibuk sama Ayah. Kalian sedang makan apa?"Aksara menatap bundanya dan memperlihatkan piringnya yang sudah terisi nasi dan udang yang sudah dibuang kulitnya. Sinar tahu kalau Aksara memang tak suka dengan kulit udang.
"Bun, sebentar lagi ada acara di sekolah. Bunda datang ya sama Ayah?"Sinar terpengarah dengan Aksara. Anak laki-lakinya memang jauh lebih dewasa dan tidak cedal seperti Aurora. Aksara lebih pendiam dan cenderung tidak suka berbicara dengan orang yang tidak dekat dengannya.
"Kapan, Sayang? Nanti Bunda sama Ayah mau ke sekolah kalian, sekalian lihat bagaimana anak-anak Bunda ngapain saja di sekolah. Sar, kamu jaga rumah ya? Nanti temenin bang Halimun ke tukang kayu buat bikin rak baru," titah Sinar.
Sariti hanya mengangguk. Ia pasti sama kecewanya dengan Bagas karena tak bisa berduaan saat mengantarkan si kembar. Mampus kau gundik! Tahu diri sedikit lah!"Mungkin dua bulan lagi, Bun. Aulola bakalan jadi princess!" seru putrinya dengan antusias.
Bagas sudah keluar dari kamar dan bergabung di meja makan. Pria itu sempat melirik ke arah Sariti yang memasang wajah muram. Pasti Sinar sudah bilang kalau mereka akan berangkat kerja bersama dan sekalian mengunjungi sekolah si kembar.
Dengan susah payah, Sariti akhirnya melenggang ke dapur dan meninggalkan keluarga yang membuatnya terus-menerus cemburu. Ia juga ingin makan di meja yang sama, bukan sendirian tanpa kepastian."Mas, nanti kalau kamu mau duluan setelah mengantarku ke sekolah anak-anak gak apa-apa. Takutnya kantor kamu gak bisa telat lagi, cabang baru kan seringnya gitu. Harus on time," ucap Sinar sambil mengusap bibirnya dengan tisu.
Ia masih berbaik hati untuk memberikan waktu pada suaminya. Memberi pilihan untuk tetap stay di sekolah si kembar, langsung ke kantor atau putar arah dan berduaan dengan Sariti di rumah.
Bagas hanya mengangguk saja dan fokus ke makanannya. Ia sedikit tersenyum dan menatap anak-anaknya yang sedang sibuk sendiri.
Mereka berangkat ke sekolah si kembar terlebih dahulu. Ini memang hari Senin dan jadwal sekolah memang pagi hari, Sinar menggandeng Aurora dan Aksara menyapa teman-temannya dan juga beberapa guru.
"Selamat pagi, Bu Fani. Maaf, jarang banget mampir ke sekolah anak-anak," Sinar menyalami guru Aurora dan Aksara. Anak-anaknya sudah terlebih dahulu ke kelas mereka dan bermain dengan teman-temannya.
"Iya, saya sampai pangkling loh sama Bu Sinar. Soalnya yang sering nganterin si kembar kan mbak Sariti, dia lagi sakit Bu kok gak datang?""Dia sibuk di rumah, saya juga datang sama suami saya. Mas, sini!"
Bagas berjalan dan melempar senyum ke arah Bu Fani. Ia memang masih di sekolah dan sedang menimang-nimang untuk balik ke rumah atau blabas ke kantor. Karena sejak tadi Sariti terus-menerus menelepon, ia mungkin akan menyerah dan memilih meninggalkan Sinar. "Aku ke kantor dulu ya, nanti kamu ke kantormu naik taksi. Kalau pulang aku jemput. Ini ongkosnya," Bagas memberikan uang taksi juga memberikan opsi lain agar istrinya tak curiga sama sekali kenapa dirinya cepat-cepat hendak pergi. Tanpa diberitahu pun Sinar jelas paham ke mana suaminya pergi. Tentu saja untuk menemui kekasih gelapnya, si Sariti ular itu. "Hati-hati, Mas."Melihat suaminya sudah masuk mobil dan meninggalkan halaman sekolah si kembar, Sinar langsung mengeluarkan ponselnya dan agak menjauh dari guru Fani. "Halo, Gin. Sekarang kamu ikuti suamiku dan stay di depan rumahku. Apakah dia benar-benar pulang atau langsung ke kantor. Jangan lupa awasi juga pembantuku, oke?"
Sinar kembali mengobrol dengan bu Fani dan akhirnya memesan taksi. Kalau dulu ia sangat penasaran mengikuti ke mana saja Bagas dengan Sariti pergi, tapi kini Sinar sudah malas. Nambah sakit hati saja, mendingan juga nyuruh orang. Sama-sama sakit hati tapi tak terlalu terasa karena mendengarnya dari orang lain.
***
Ternyata dugaan Sinar benar. Bagas, suami sah Sinar putar arah dan kembali ke rumahnya, Gina langsung lapor begitu melihat Bagas masuk ke rumah Sinar.
Bagas beralasan kepada bang Halimun, tukang kebun rumah kalau ada sesuatu yang tertinggal. Bahkan dengan cerdiknya Bagas mengunci rumah dan memastikan kalau tukang kebunnya tak akan melihatnya bermesraan dengan pembantu rumah. Padahal banyak CCTV yang terpasang tanpa ada yang tahu.
Di lihatnya Sariti yang sedang menonton tv dan bersantai sambil memakan cemilan. Sariti memang dibolehkan menikmati fasilitas rumah saat Sinar ada maupun tak ada. Wanita itu memanfaatkan waktu dengan menikmati kenyamanan di rumah besar majikannya. Terkadang Sariti berenang saat rumah majikannya sedang sepi.
"Maaf lama, tadi aku harus mencari alasan agar bisa pergi dari sekolah anak-anak," Bagas dengan sengaja mengecup kening Sariti dan mengendus-ngendus ke area telinga wanita itu. Sariti langsung kaget dan kegelian, Bagas tahu betul bagaimana membuat wanita itu terangsang. "Gak apa-apa, Mas. Tapi kamu kan juga harus ke kantor? Kita bisa melakukannya nanti malam." Bagas tak mau tahu dan langsung menerobos ke daster kedodoran milik pembantunya. Pria itu dengan penuh nafsu membuat Sariti mendesah dan menikmati sentuhan kekasih gelapnya."Mas, nanti malam jangan pakai pengaman ya?"
Lagi dan lagi. Dugaan Sinar akurat seratus persen. Bagaskara, suaminya benar-benar putar arah dan melipir ke rumah. Apalagi kalau bukan untuk bercinta dengan gundik gatalnya, si Sariti yang sok polos itu."Kok bisa ya, lu betah gitu serumah sama mereka? Lu manusia bukan sih?" heran Gebby.Sinar mengangkat bahu. Ia sedang sibuk memilih kostum yang paling pantas untuk artisnya hari ini. Ada meet and great film Sebuah Analogi Cinta yang diperankan Anjani Killa dan Brian Arlen Mauten. Mereka memang artis yang sedang naik daun."Dikuat-kuatin, Geb. Sebenarnya kalau ditanya, gue pingin banget mutilasi mereka terus gue buang ke rawa-rawa. Tapi sebagai wanita yang lucu dan keren, seorang Sinar gak bakalan kalah. Gak apa-apa sekarang naik darah, yang penting besok mereka yang bakalan ngerasain sakaratul maut di depan keluarga!"Gebby merinding seketika. Ia tahu kalau temannya dari dulu memang tak suka dibohongi. Apalagi dibohongi atas nama pernikahan
Siapa yang menyangka kalau Sinar akan bertemu Arya secara kebetulan. Apalagi kini Gebby pamit lebih dahulu karena ditelpon oleh asisten artisnya. Gebby memang menjadi penata busana seperti Sinar, ia lebih memilih mengambil job Sinar sekarang dan membiarkan temannya pdkt. Bagas? Buang ke laut aja deh!"Aku gak enak deh kita berduaan gini, rasanya kayak sama aja ya sama Bagas dan pembantu kamu," Arya mulai tidak nyaman karena perginya Gebby. Keadaan mendadak jadi canggung, padahal tidak biasanya Arya merasa begitu."Maksudnya kita kayak orang selingkuh gitu, Mas Ar? Haha, ya enggaklah. Beda versi beda pandangan juga. Kalau ditanya ya tinggal bilang kebetulan ketemu, kamu juga sekarang jadi pengacaraku bukan?"Arya mengakui kalau Sinar terlalu santai dengan lingkungan di sekitarnya. Bahkan menurutnya, Sinar adalah wanita yang tegar dan tak terintimidasi dengan orang lain. Buktinya Gebby sejak tadi menyuruhnya melabrak Bagas dan Sariti, tapi Sinar tetap stay cool
Mendapat tamu istimewa, Aurora dan Aksara sangat antusias. Bahkan Sinar sudah menyiapkan kostum agar nanti mereka bisa berfoto dengan Brian."Nanti kamu nyuruh bang Halimin angkatin kursi di taman belakang. Jangan sampai pilih kursi yang jelek," Sinar masih terus mengecek taman yang sudah diubah menjadi ala-ala cafe. Dengan meja panjang juga lampu-lampu kuning agar terlihat aesthetic.10 menit lagi Anjani dan Brian akan datang, Gebby sedang bermain dengan si kembar di dekat ruang tamu. Mereka memang tak sabar menyambut paman Arthur si super hero. Sedangkan Bagas akan pulang setelah maghrib. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Aurora memekik sekencang-kencangnya dan berlari ke arah Brian. "Paman Arthur!"Anjani tersenyum dan berjongkok. Memperkenalkan diri di depan anak kembar Sinar. "Halo little girl and little boy, aku Anjani. Panggil Sista Ann ya,""Yes, Sista Ann!" kompak mereka."Kamu pasti Aksara, ganteng bang
Demi Tuhan!Bisa-bisanya si Bagas dan gundiknya tak tahu tempat dan situasi. Gebby bahkan tak habis pikir kalau mereka akan seberani itu. "Please, kirimin ke aku foto yang udah kamu ambil tadi, Ann. Jangan disebarin, kamu gak tahu apa-apa tentang kehidupan Sinar,"Gebby mengajak Anjani ke teras agar tak ada seorang pun yang mendengarkan pembicaraan mereka. "Ini bahaya kalau kamu ikut-ikutan. Karir kamu sedang bagus-bagusnya loh,""Tapi Mbak, aku sayang sama mbak Sinar. Aku yang baru ketemu si kembar aja langsung dekat dan juga sayang sama mereka," kilah Anjani. Gadis itu bersikukuh tak memberikan ponselnya kepada Gebby. Siapa tahu kalau Anjani yang mempostingnya akan langsung viral dan Sinar tak perlu bersusah payah membeberkan kebusukan suaminya.Gebby juga tetap bersikukuh menjelaskan untung-ruginya bagi Anjani kalau menggugah apa yang baru saja dilihatnya. Ia harus memberi penjelasan masuk akal agar artisnya tidak ngotot dan bikin ker
Satu hal yang paling diyakini oleh Sinar di dunia ini, keajaiban. Ya, ia harap akan menemukan keajaiban setelah badai berlalu. Strateginya selama ini akhirnya membuahkan hasil juga.Ia sudah memiliki data video, dokumen foto, rekaman, hasil dari sadap HP tersangka, saksi dari beberapa orang dan Sinar juga memiliki saksi lain seperti Anjani, Gebby dan juga Gina. Itu sudah lebih dari cukup bukan?Saat ini Sinar sedang menuju rumah Arya Sagara, pria yang sudah membantunya banyak hal dalam penyelidikan. Sayangnya Gebby tak bisa ikut lantaran ada kencan buta dengan barista idaman.Kenapa mendadak jadi nerveous gini sih menemui pria lajang?Sinar menepikan mobilnya persis di depan halaman rumah Arya. Ada motor di samping taman mini, ah motor itu motor yang pernah ia naiki saat dengan Arya beberapa hari yang lalu. "Assalamu'alaikum," ucapnya sambil memegangi tasnya. Ia mencoba melirik ke sekitar, siapa tahu Arya sedang berada di luar rumahny
Aksara menatap penuh ke arah Arya, pria jangkung yang turun dari motor besar itu membuatnya sedikit ketakutan. Baru pertama kali bocah dengan tas BoBoiBoy itu melihat teman bundanya."Dia teman Bunda, Ara. Kenalin namanya Om Arya," ucap Sinar sambil menuntun Aksara untuk bersalaman dengan Arya.Sedangkan Aurora hanya diam saja dan mengambil sesuatu dari saku tasnya, ternyata gadis kecil itu mengeluarkan permen karet yang ia dapatkan dari Lintang, temannya. "Om Arya, ini permen buat Om. Tapi Om juga harus panggil aku princees, tadi kan Om panggil kak Aksa pangeran,"Tingkah polos Aurora sontak membuat Arya langsung menyunggingkan senyum selebar-lebarnya. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan manis dari anak kecil. "Wah, terima kasih permennya, Princess Aurora. Kamu sangat imut seperti nama kamu,"Aurora langsung menghamburkan diri ke pelukan Arya. Gadis kecil itu memang mudah dekat dengan orang lain. Aurora saja sering diajak Bagas bertemu dengan te
Mendengar namanya dipanggil oleh Arya, Sinar langsung menoleh ke arah pria itu dengan tatapan penuh tanya, maksudnya apa?"Coba kamu tanya sama istriku, siapa tahu dia punya teman yang masih jomblo. Kamu itu harus punya pasangan, Ar, biar ada yang nemenin tidur. Iya kan, Yang?" Bagas menyentuh lengan Sinar dan membuat wanita itu hanya tersenyum kaku. Memangnya punya istri cuma dijadikan teman tidur doang, pikir Arya."Aku sih sebenarnya ada pandangan buat nikah, cuma sekarang itu lebih ke perbaikan diri aja. Siapa tahu nanti kalau aku sudah punya istri aku nggak bisa jaga diri dan jaga pandangan aku pada wanita lain. Jaman sekarang kan banyak tuh yang katanya cinta tapi ternyata mendua," terang Arya.Mendadak suasananya langsung hening seketika, Sinar ingin tertawa terpingkal-pingkalnya karena pria yang jadi pengacaranya tengah mengejek suaminya dan juga Sariti. Bagus Arya, kamu pintar juga jadi partner kerja.Akhirnya mereka sibuk dengan piki
Hari ini tepat semuanya akan berakhir. Sinar bahkan sudah menyiapkan beberapa tas yang berisi pakaian anak-anaknya. Ia pun juga sudah mengurusi segala hal seperti surat perceraian yang akan datang kepada Bagas setelah Sinar sampai di Jakarta.Bagas tak pernah tahu kalau ternyata istrinya memiliki segudang cara untuk membongkar kebusukannya bersama Sariti.Pagi-pagi sekali, wanita itu bangun lebih pagi dari biasanya dan bahkan menyiapkan sarapan. Sariti saja kaget majikannya sudah sibuk di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan menyapu halaman depan.Sinar sengaja melakukannya karena ingin memberikan waktu lebih lama kepada Bagas dan anak-anak seperti sarapan bersama dan mengobrol, membincangkan mengenai pentas seni yang dilakukan di sekolah PAUD si kembar."Pagi, Mas. Mandi dulu gih, terus kita sarapan bareng,"ajak Sinar.Ia melirik ke arah pembantunya. "Sar,bangunin si kembar juga ya, entar m