Share

Dasar Buaya Kelas Kakap!

Memang cukup gila bagi Sinar. Bisa-bisanya ia malah merayu Bagaskara yang memang nyatanya penggila tubuh wanita. Sinar tahu kalau itu bukan masalah karena mereka masih berstatus suami istri. Tapi rasanya agak gimana gitu harus berhubungan dengan suaminya yang sudah berbagi ranjang dengan wanita lain. 

"Mas, aku mau nengokin anak-anak dulu. Nanti berangkat ke kantor barengan, mau?" ajak Sinar. Ia mengikuti cara Gebby untuk tidak membuat si kembar ke sekolah dengan Sariti. Bagaimanapun caranya, si kembar harus dijauhkan dari wanita gundik itu. Ia tahu kalau Sariti memang sedang berusaha mengambil hati Aurora dan Aksara. 


"Baiklah, kita udah lama juga gak berangkat kerja bareng meskipun beda kantor. Ngomong-ngomong kamu masih bekerja sebagai penata busana dan tema pemotretan kan, Sayang? Aku sering melihat namamu ada di bagian iklan yang dipajang di jalan raya besar," terang Bagas. 


Wah, ternyata suaminya masih tahu tentang pekerjaan Sinar di Victoria Management. "Masih, sekarang banyak banget artis junior yang bandel. Kayak gak mau ngikutin pemotretan sesuai baju yang sudah ditentukan. Kurang seksilah, kurang trendy lah! Tau ah, pusing mikirin mereka!"


Bagas tau kalau di Management tempat istrinya bekerja memang banyak artis muda yang pamornya cukup nyentrik dan jadi pusat perhatian. Mungkin jika seandainya Bagas bekerja di sana, ia akan betah berhadapan dengan banyak wanita cantik dan seksi. 


"Tapi nanti juga anterin anak-anak sekalian. Biar Sariti di rumah saja, udah lama gak ketemu bu gurunya si kembar, mau tahu perkembangan Aurora dan Angkasa di sekolah," ajak Sinar. 


Mendengar itu, Bagas terdiam cukup lama. Jelas lah, pasti pria itu merasa terganggu karena tak bisa berduaan dengan gundiknya sebelum pergi ke kantor. Bagas tak bisa melipir ke tempat sepi buat mojok dengan kekasih gelapnya. 


"Ba-baiklah, kamu keluar dulu gih. Si kembar pasti nunggu bundanya buat sarapan bareng," ucap Bagas. Terlihat sekali kalau pria itu memang tak ingin mengantarkan si kembar dengan adanya Sinar bersamanya. Ah, gagal sudah untuk mencicipi tubuh Sariti hari ini.

Sinar lebih dulu keluar setelah merapikan dasi suaminya. 


Bagas bekerja di perusahaan Farma Wijaya. Perusahaan yang memproduksi obat-obatan seperti obat herbal dan kosmetik dari rempah-rempah. Bagas sering memberikan rekomendasi pada istrinya untuk memakai kosmetik yang benar-benar bagus dan memberi efek cantik di wajah.

"Pagi, Aurora, Aksara. Maaf ya, tadi Bunda lagi sibuk sama Ayah. Kalian sedang makan apa?"


Aksara menatap bundanya dan memperlihatkan piringnya yang sudah terisi nasi dan udang yang sudah dibuang kulitnya. Sinar tahu kalau Aksara memang tak suka dengan kulit udang. 

"Bun, sebentar lagi ada acara di sekolah. Bunda datang ya sama Ayah?"


Sinar terpengarah dengan Aksara. Anak laki-lakinya memang jauh lebih dewasa dan tidak cedal seperti Aurora. Aksara lebih pendiam dan cenderung tidak suka berbicara dengan orang yang tidak dekat dengannya.

"Kapan, Sayang? Nanti Bunda sama Ayah mau ke sekolah kalian, sekalian lihat bagaimana anak-anak Bunda ngapain saja di sekolah. Sar, kamu jaga rumah ya? Nanti temenin bang Halimun ke tukang kayu buat bikin rak baru," titah Sinar. 

Sariti hanya mengangguk. Ia pasti sama kecewanya dengan Bagas karena tak bisa berduaan saat mengantarkan si kembar. Mampus kau gundik! Tahu diri sedikit lah!


"Mungkin dua bulan lagi, Bun. Aulola bakalan jadi princess!" seru putrinya dengan antusias.


Bagas sudah keluar dari kamar dan bergabung di meja makan. Pria itu sempat melirik ke arah Sariti yang memasang wajah muram. Pasti Sinar sudah bilang kalau mereka akan berangkat kerja bersama dan sekalian mengunjungi sekolah si kembar.

Dengan susah payah, Sariti akhirnya melenggang ke dapur dan meninggalkan keluarga yang membuatnya terus-menerus cemburu. Ia juga ingin makan di meja yang sama, bukan sendirian tanpa kepastian.


"Mas, nanti kalau kamu mau duluan setelah mengantarku ke sekolah anak-anak gak apa-apa. Takutnya kantor kamu gak bisa telat lagi, cabang baru kan seringnya gitu. Harus on time," ucap Sinar sambil mengusap bibirnya dengan tisu. 


Ia masih berbaik hati untuk memberikan waktu pada suaminya. Memberi pilihan untuk tetap stay di sekolah si kembar, langsung ke kantor atau putar arah dan berduaan dengan Sariti di rumah. 


Bagas hanya mengangguk saja dan fokus ke makanannya. Ia sedikit tersenyum dan menatap anak-anaknya yang sedang sibuk sendiri. 


Mereka berangkat ke sekolah si kembar terlebih dahulu. Ini memang hari Senin dan jadwal sekolah memang pagi hari, Sinar menggandeng Aurora dan Aksara menyapa teman-temannya dan juga beberapa guru. 


"Selamat pagi, Bu Fani. Maaf, jarang banget mampir ke sekolah anak-anak," Sinar menyalami guru Aurora dan Aksara. Anak-anaknya sudah terlebih dahulu ke kelas mereka dan bermain dengan teman-temannya.

"Iya, saya sampai pangkling loh sama Bu Sinar. Soalnya yang sering nganterin si kembar kan mbak Sariti, dia lagi sakit Bu kok gak datang?"


"Dia sibuk di rumah, saya juga datang sama suami saya. Mas, sini!" 

Bagas berjalan dan melempar senyum ke arah Bu Fani. Ia memang masih di sekolah dan sedang menimang-nimang untuk balik ke rumah atau blabas ke kantor. Karena sejak tadi Sariti terus-menerus menelepon, ia mungkin akan menyerah dan memilih meninggalkan Sinar. 

"Aku ke kantor dulu ya, nanti kamu ke kantormu naik taksi. Kalau pulang aku jemput. Ini ongkosnya," Bagas memberikan uang taksi juga memberikan opsi lain agar istrinya tak curiga sama sekali kenapa dirinya cepat-cepat hendak pergi. Tanpa diberitahu pun Sinar jelas paham ke mana suaminya pergi. Tentu saja untuk menemui kekasih gelapnya, si Sariti ular itu. 

"Hati-hati, Mas."


Melihat suaminya sudah masuk mobil dan meninggalkan halaman sekolah si kembar, Sinar langsung mengeluarkan ponselnya dan agak menjauh dari guru Fani.  "Halo, Gin. Sekarang kamu ikuti suamiku dan stay di depan rumahku. Apakah dia benar-benar pulang atau langsung ke kantor. Jangan lupa awasi juga pembantuku, oke?"


Sinar kembali mengobrol dengan bu Fani dan akhirnya memesan taksi. Kalau dulu ia sangat penasaran mengikuti ke mana saja Bagas dengan Sariti pergi, tapi kini Sinar sudah malas. Nambah sakit hati saja, mendingan juga nyuruh orang. Sama-sama sakit hati tapi tak terlalu terasa karena mendengarnya dari orang lain. 


***


Ternyata dugaan Sinar benar. Bagas, suami sah Sinar putar arah dan kembali ke rumahnya, Gina langsung lapor begitu melihat Bagas masuk ke rumah Sinar. 

Bagas beralasan kepada bang Halimun, tukang kebun rumah kalau ada sesuatu yang tertinggal. Bahkan dengan cerdiknya Bagas mengunci rumah dan memastikan kalau tukang kebunnya tak akan melihatnya bermesraan dengan pembantu rumah. Padahal banyak CCTV yang terpasang tanpa ada yang tahu.  


Di lihatnya Sariti yang sedang menonton tv dan bersantai sambil memakan cemilan. Sariti memang dibolehkan menikmati fasilitas rumah saat Sinar ada maupun tak ada. Wanita itu memanfaatkan waktu dengan menikmati kenyamanan di rumah besar majikannya. Terkadang Sariti berenang saat rumah majikannya sedang sepi. 

"Maaf lama, tadi aku harus mencari alasan agar bisa pergi dari sekolah anak-anak," Bagas dengan sengaja mengecup kening Sariti dan mengendus-ngendus ke area telinga wanita itu. Sariti langsung kaget dan kegelian, Bagas tahu betul bagaimana membuat wanita itu terangsang. 

"Gak apa-apa, Mas. Tapi kamu kan juga harus ke kantor? Kita bisa melakukannya nanti malam." 

Bagas tak mau tahu dan langsung menerobos ke daster kedodoran milik pembantunya. Pria itu dengan penuh nafsu membuat Sariti mendesah dan menikmati sentuhan kekasih gelapnya. 


"Mas, nanti malam jangan pakai pengaman ya?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Audwibill
Ah mantapp😅
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status