Share

The Arc: Elenio
The Arc: Elenio
Author: Sianida

Prologue

Akan ada badai besar.

Hazkiel bisa merasakannya dari angin yang bertiup, dingin dan kuat, dan dari awan mendung yang bergulung-gulung di langit, membuat penjuru negara ini diliputi kegelapan.

Orang biasa akan mengira bahwa fenomena ini terjadi semata-mata karena cuaca buruk. Tapi tidak. Semua ini karena makhluk itu.

"Tuan Putri! Kita harus segera!" Suara lelaki yang familiar muncul dari belakang Hazkiel, membuatnya dan sang Putri menoleh.

Pertama kali Hazkiel mendengar panggilan itu, ia merasa geli. Karena yang dipanggil Putri itu jauh lebih muda darinya, dan sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang putri.

Tapi setelah semua yang mereka jalani bersama, Hazkiel tak pernah lagi menganggap sang Putri sebagai lelucon.

"Hazkiel, ingat pesanku."

Hazkiel hanya bisa mengangguk.

Dia ingin sekali mengatakan supaya mereka mencoba cara lain. Ingin mengatakan bahwa semua tak perlu berakhir di sini.

Ingin mengatakan bahwa Hazkiel tak bisa melewati hari setelah ini tanpa dirinya.

Tapi itu hanya suara keegoisannya. Ada negara yang tengah dipertaruhkan dan bukan waktunya untuk mementingkan diri sendiri.

Sang Putri menoleh padanya, matanya yang selalu tajam saat bertempur, melembut untuk sesaat. Mata Hazkiel melebar tatkala melihat air menetes dari sepasang mata yang sering mencuri pandang padanya setiap kali mereka menghabiskan malam bersama, menatap jajaran bintang yang dia bilang adalah rumahnya.

Sekarang atau tidak akan pernah. Bisik hati kecil Hazkiel. Masa bodoh dengan egoisme, masa bodoh dengan kehancuran negara ini. Bagi Hazkiel hanya wanita ini saja yang paling penting.

“Lanaya, aku—“

"Sebenarnya aku ingin kita selalu bersama."

Hazkiel terperanjat. Mengapa Lanaya mengucapkannya sekarang? Kata-katanya hanya membuat pertahanan emosi Hazkiel runtuh.

Lanaya mulai berlari menjauh, setelah mengucapkan kalimat perpisahan yang akan menghantui Hazkiel seumur hidupnya. Hazkiel mengulurkan tangannya, mencoba mengejar. Ia hendak meraih Lanaya, namun terhenti oleh sebuah sinar yang amat terang membutakan matanya.

Suara guntur dan kilatan petir menggelegar di angkasa, bersamaan dengan sebuah ledakan besar.

"LANAYA!!!"

Hazkiel terlempar ke belakang oleh kekuatan itu. Ia tahu seharusnya ia tadi menyingkir, tapi ia tidak bisa. Hazkiel ingin memeluk Lanaya. Hal yang selama ini ingin ia lakukan namun tak pernah terwujud.

Tapi sekarang, itu sudah tidak mungkin.

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status