Share

First Sight

Author: Sianida
last update Last Updated: 2021-03-22 17:47:40

Gemma bangun saat matahari sudah menggantung tinggi di langit dan membuat hawa di dalam loteng menjadi sangat panas.

Walaupun Gemma sudah membuka lebar-lebar jendela sebelum ia tidur, angin sepoi-sepoi yang masuk dari situ tak lagi mampu meredakan rasa gerah yang membuat Gemma banjir keringat.

Gemma bangun dan duduk sejenak di atas kasur. Ia memandang berkeliling loteng yang kini menjadi kamarnya. Ruangan berukuran tiga kali lima meter dengan atap miring yang rendah. Untungnya Gemma memiliki badan yang mungil sehingga ruangan ini tidak terasa sesak untuknya.

Sebuah lemari berisi baju-baju yang kebanyakan Gemma peroleh dari pasar loak, berdiri kokoh di sudut. Meja rias yang diatasnya berserakan alat rias seadanya. Sebuah rak buku yang penuh dengan buku-buku yang Gemma ambil dari perpustakaan. Ia sudah membaca sebagian besar buku di situ dan sudah waktunya ia mengganti koleksinya.

Gemma membawa beberapa buku yang sanggup ia bawa, kemudian turun melalui tangga putar yang mengantarnya ke ruangan kecil di belakang meja administrasi.

"Selamat pagi."

Sebuah suara lembut yang sudah akrab di telinga Gemma menyapanya saat Gemma sampai di ruang utama perpustakaan.

Gemma mengerenyit.

"Siang maksudmu,” sahut Gemma, sembari meletakkan buku-buku yang ia bawa ke meja pengembalian buku. Biasanya Gemma tidak suka disindir seperti itu. Tapi ini adalah Purity, wanita paruh baya penjaga perpustakaan yang tidak punya maksud menyinggungnya.

Purity tersenyum. Senyuman yang membuat Gemma tak bisa untuk tidak membalasnya.

Bagi Gemma, Purity adalah malaikat yang dingin namun berhati emas. Bagaimana tidak, ia mengizinkan Gemma tinggal di sini tanpa membayar sewa, dan hanya dengan satu persyaratan: Gemma tidak diperbolehkan membawa temannya menginap. Yang mana hal itu tidak masalah, karena Gemma memang tidak punya teman yang bisa diajak menginap.

Gemma duduk di kursi yang berseberangan dengan Purity, lalu menaikkan satu kakinya ke kursi.

"Gemma,” tegur Purity, pelan tapi mematikan.

Gemma meringis, dengan cepat menurunkan kakinya sembari melihat berkeliling kalau-kalau ada pengunjung yang memergoki kelakuannya tadi.

Perpustakaan siang ini lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena hari ini adalah hari minggu. Gemma sudah mengenal hampir semua pengunjung perpustakaan, karena yang datang selalu itu-itu saja. Gemma sampai hafal tipe bacaan seperti apa yang disukai masing-masing pengunjung.

Maka dari itu Gemma menelengkan kepala sembari bertanya-tanya saat melihat seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Siapa dia?" tanya Gemma pada Purity, yang hanya menengadah sebentar untuk melihat siapa yang Gemma maksud.

"Pengunjung baru. Baru tadi dia datang dan mendaftar jadi anggota,” jawab Purity, yang sedang sibuk dengan pekerjaannya memasang sampul plastik pada buku-buku yang baru datang.

Gemma berlama-lama menatap pria itu. Rambut hitam pendek yang agak berantakan tidak cocok dengan pakaiannya yang sangat rapi. Sebuah kemeja flanel yang dimasukkan ke dalam celana jins. Dia memakai ikat pinggang yang jelek, dan kacamata perseginya itu sangat aneh terpasang di wajahnya.

Sepertinya pria itu sadar kalau Gemma tengah mengamatinya. Dia menoleh, dan pandangan mereka bertumbukan.

Gemma bukanlah wanita yang suka mencuri-curi pandang dan merasa malu saat terpergok mengamati seseorang. Dia biasa saja jika ternyata orang yang sedang dia amati balik menatapnya.

Tapi entah kenapa, saat mata Gemma bertemu mata lelaki itu, Gemma merasakan wajahnya memanas.

Mungkin karena dia tak menyangka lelaki berpakaian aneh itu punya wajah yang tampan.

Gemma masih menatapnya untuk sesaat, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan. Dia mencoba mengatur napas, dan berpura-pura memperhatikan apa yang sedang Purity kerjakan.

"Selamat siang. Kau bekerja di sini?"

Gemma nyaris melompat dari tempatnya duduk. Ia tak menyangka lelaki itu akan mendatanginya dan mengajaknya bicara.

Gemma mendongak sedikit untuk bisa memandang mata lelaki itu lagi. Memang benar, lelaki ini punya mata yang indah.

"Ya. Ada apa?" tanya Gemma, berusaha terdengar santai.

Lelaki itu hanya memandangi Gemma dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Gemma belum mengganti bajunya semalam, dan ia juga belum mandi. Gemma hanya menyisir rambutnya dengan tangan sebelum turun ke sini.

"Rasanya aku tidak asing denganmu,” kata lelaki itu, setelah puas menilai penampilan Gemma.

Gemma mengangkat sebelah alisnya. Apa lelaki ini penggemarnya? Jika ia suka datang ke tempat hiburan malam ilegal yang ada di Ayria, seharusnya ia tahu Gemma. Gemma pernah tampil di hampir semua tempat itu.

Gemma tak bisa menanyakannya secara terbuka di sini. Pertama karena aktivitasnya adalah hal yang melanggar hukum, dan karena alasan yang pertama itu, muncul alasan kedua. Ia tak tahu pasti siapa lawan bicaranya sekarang. Bisa saja mereka dari pemerintah.

"Tapi aku asing denganmu. Jadi kau pasti salah orang,” sangkal Gemma. Ia meletakkan kedua tangannya di atas meja dan mencoba tersenyum ramah.

Lelaki itu menatapnya sebentar.

"Sepertinya begitu,” katanya. Mungkin dia sudah menyerah untuk menggali ingatannya tentang apakah dia mengenal Gemma atau tidak.

Lelaki itu menuju ke meja peminjaman buku, dan dengan sigap Purity melayaninya.

Gemma tak lagi memandanginya, karena suasananya sudah canggung. Ia berdiri dan memutuskan untuk mandi saat ada yang berteriak.

"Kau!"

Gemma menoleh cepat, mengira lelaki itu memanggilnya lagi. Tapi bukan. Ada dua orang pria yang baru datang. Mereka berdiri di depan pintu masuk dengan wajah marah.

"Ternyata benar kau tinggal di sini!"

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Arc: Elenio   Gemma and Nero - This Is Wrong

    “Men—menjalin hubungan?” Gemma tergagap. “Apa maksudmu?”Baru saja Gemma hendak mengatakan pada Nero untuk melupakan apa yang terjadi di antara mereka berdua. Apalagi setelah Gemma tahu bahwa Nero selama ini bertugas untuk mengawasinya, dan dia mengetahui segala gerak-gerik dan kebiasaan Gemma.Dan setelah apa yang Jo katakan, soal Gemma yang tak mungkin menjalin hubungan dengan siapapun… memulainya sekarang terdengar seperti ide yang buruk.“Kau tidak mengerti?” Ada ketidakpercayaan dalam cara Nero memberikan pertanyaan.Ya, tentu saja dia tidak percaya. Gemma bukanlah anak kecil yang tidak mengerti maksud pertanyaan Nero.“Bukan begitu…,” tukas Gemma. “Aku mengerti.” Gemma memejamkan mata untuk sejenak sembari menghirup udara dalam-dalam.Saat dia melakukannya, dia bisa mendengar suara dari dalam kepalanya. Entah suara miliknya sendiri atau milik Lanaya.Ini salah.“Lalu, apa jawabanmu?”Gemma membuka mata, mengerjap, lalu menatap Nero. “Haruskah aku menjawabnya sekarang?”“Aku yaki

  • The Arc: Elenio   Gemma and Nero - Would You?

    Latar belakang waktu untuk chapter ini adalah setelah kejadian teror di Fiend (Chapter: Act of Patience) dan sebelum Gemma berlatih bersama Pelayan (Chapter: Mind Over Matter).---Gemma tidak tahu apa yang dia lakukan di sini.Saat Jo mengajaknya pergi tadi, Gemma pikir Jo membawanya ke tempat makan atau mengajaknya menyelidiki sesuatu. Dia hanya mengatakan soal melakukan kunjungan sebelum kembali ke Meubena, dan Gemma tidak menyangka bahwa kunjungan yang Jo maksud adalah pergi ke panti asuhan Saint Anna.Ini adalah rumah Sarah dan Nero.Cara Gemma memandang Nero terasa berbeda sekarang, setelah apa yang mereka lalui. Alarm yang memekikkan bahwa hubungan mereka bukanlah sesuatu yang tepat masih saja berbunyi, ditambah dengan keberadaan Lanaya di tubuhnya, Gemma tidak bisa bertindak sesuka hati.Setidaknya, dia tidak mungkin bisa mencium siapapun sekarang. Gemma membayangkan Lanaya akan mengeluarkan dengus jijik jika ia mendapati Gemma melakukannya.Namun Gemma tak bisa menghindari at

  • The Arc: Elenio   Gemma and Nero - Let's Talk About Date Another Time

    Suara kaca selebar tiga meter yang menghantam tanah seolah menghentikan waktu untuk sementara.Gemma dan Nero membeku di tempat mereka berdiri, saling berpandangan dengan mata terbelalak. Ciuman mereka terhenti, pun dengan pikiran apapun yang tadi sempat merayapi benak mereka dan membuat pandangan mereka berkabut.Semua terjadi dalam hitungan detik, namun setiap momen terasa begitu lambat.Saat draconian-draconian yang terbang di sekitar menara berhenti dan berbalik arah. Raungan, kepakan sayap, dan berpasang-pasang mata berwarna merah yang kini mengarah kepada Gemma dan Nero.“Lari!” teriak Nero.Gemma mengambil inisiatif sepersekian detik sebelum Nero memberi perintah. Dia berlari ke arah tangga, tetapi berhenti dan memberi jalan pada Nero karena Gemma tak tahu kemana mereka harus berlari.Tak ada satupun dari mereka yang membawa senjata khusus, dan meskipun Gemma baru mengetahui kemarin kalau dia tak akan mati saat terkena cakar Draconian, bukan berarti Gemma akan melawan mereka be

  • The Arc: Elenio   Gemma and Nero - Can We Date Sometime

    “Siapa sangka pria itu adalah pacar dari wanita yang tadi menggodamu.”“Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu padahal dia punya kekasih.”Gemma mengangguk, mengamini perkataan Nero. Mereka segera meninggalkan arena begitu masalah dengan pria gila itu terselesaikan.Ternyata setelah Gemma membawa Nero pergi dari hadapan wanita bernama Angel itu, dia menelepon kekasihnya dan mengatakan bahwa Gemma telah menyakitinya. Pacarnya langsung datang ke arena laser tag dan memaksa untuk ikut di dalam permainan.Kesalahpahaman terselesaikan saat Nero meminta pengelola menunjukkan rekaman cctv sesaat setelah pengarahan selesai dilaksanakan. Di situ terlihat jelas bahwa Angel yang mendekati Gemma dan Nero terlebih dulu dan Gemma tidak melakukan apapun padanya.“Seharusnya tadi kau meminta ganti rugi,” gumam Nero.“Aku tidak mau urusannya menjadi panjang.” Seolah Gemma belum banyak masalah saja.Kemudian Nero menengok ke arah Gemma yang berjalan di sampingnya. “Maaf. Kita jadi gagal memenangkan ko

  • The Arc: Elenio   Gemma and Nero - We're Not Dating

    Setelah melakukan pendaftaran, Gemma menerima sebuah rompi dengan lampu berbentuk segi lima di bagian dada. Dia mengenakan rompi itu, lalu mengikat rambutnya dengan karet yang ia bawa di pergelangan tangannya. Nero menyerahkan sebuah pistol laser berwarna hitam dengan seutas tali sepanjang lengan. Dia memasangkan kait di ujung tali itu ke kait yang ada di bagian depan rompi Gemma. “Peraturannya sederhana. Arahkan pistolmu ke bagian depan lawan, ke arah lampu di rompi,” Nero menjelaskan sambil menunjuk lampu segi lima di rompi Gemma yang kini berpendar dalam warna biru laut. Lampu itu terbagi menjadi lima bagian. “Jika semua lampu ini mati, itu berarti kau kalah dan harus keluar dari permainan.” Kemudian Nero menunjuk ke arah pintu yang letaknya berlawanan dengan pintu masuk. Pintu itu terbuka lebar, dan Gemma bisa melihat hamparan tanah lapang dengan pepohonan tinggi yang tumbuh dalam jarak beberapa meter antara satu sama lain. “Kita akan melakukan permainan outdoor. Tim yang berhasi

  • The Arc: Elenio   Gemma and Nero - Still Not a Date

    Pemberhentian pertama mereka adalah restoran yang biasa Gemma kunjungi bersama Jo. Restoran ini selalu penuh pada jam makan siang, dan kebanyakan pengunjungnya adalah mahasiswa serta pekerja kantoran yang tengah mengambil jam istirahat.Gemma hanya bisa menggerutu dalam hati saat berpasang-pasang mata memandang lapar ke arah Nero, seolah dia adalah hidangan utama di tempat ini. Jika hal ini terjadi pada Jo, Gemma pasti akan mengomel dan memelototi gadis-gadis genit itu.“Kau mau duduk di mana?” tanya Nero. Mereka berhenti di tengah-tengah restoran dan menjadi pusat perhatian seperti pohon natal dengan lampu berkelap-kelip.Gemma memandang ke sekeliling dengan gusar sebelum mencengkeram lengan Nero dan mengajaknya ke jajaran bangku di luar restoran. “Di sini saja,” ucap Gemma, yang kemudian menyeret sebuah bangku di dekat mereka dan menyuruh Nero untuk duduk.Nero menyunggingkan senyum kecil di satu sudut bibirnya sebelum dia duduk dan senyuman itu tak kunjung hilang saat Gemma duduk d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status