Share

2.Keinginan Zeroun

     Ruang tamu berubah menjadi seperti tempat perang, bukan perang senjata melainkan perang emosi. Axelle beranjak berdiri, berkacak pinggang mengucapkan sumpah serapah terhadap sang ayah. Sopan santun yang selama ini ia junjung tinggi seolah menghilang bersama luapan emosi memuncak. Dia merasa ketika sang ayah telah melebihi batas dalam mengurusi kehidupannya. Mirza berlari mendekat, dia memeluk sang papa dari belakang agar tidak menyerang sang kakek.

      "Hei, Pak Tua," pekik Axelle menekankan kata 'pak tua'. "Kau sudah tidak waras, kah? Bagaimana mungkin aku menikah secara resmi dengan gadis belia? Freya adalah istriku satu-satunya yang aku cintai," cerocos Axelle.

      "Kalian hanya menikah siri, ingat?" cemooh Zeroun. "Dasar anak durhaka! Tidak bisakah kau, menuruti keinginan terakhir ayahmu yang telah renta ini?" dengus Zeroun kesal. Dia beringsut membenarkan letak duduknya.

    "Aku tidak mau, Freya adalah istriku satu-satunya!" kata Axelle tegas. "Ayah, kenapa tega sekali? Aku sudah menjadi orang tua juga Ayah, sampai kapan hidupku akan Ayah kekang?" imbuhnya.

    Stela menatap sayu keluarga sahabatnya tersebut. Ada rasa kasihan, selama ini gadis tersebut selalu merasa iri pada Mirza. Hidup berkecukupan, latar belakang yang sangat menjanjikan. Akan tetapi, siapa sangka jika hidup orang kaya terkadang tidak seberuntung dirinya. Dia kemudian menoleh ke arah kakek Zeroun. Lelaki tersebut terlihat mencoba tenang. Tidak seperti dirinya yang masih syok. Bagaimana bisa dirinya ikut terlibat pada pusaran perselisihan keluarga. Ingin dia berlari tapi tak bisa, tak akan terlihat sopan pastinya, dan tidak pandai kabur juga. Stela menatap Mirza cukup lama, hingga sahabatnya tanpa sengaja menoleh ke arahnya.

     "Bagaimana kalau kita sudahi sampai di sini saja. Dan Mirza mohon, tolong jangan sangkut pautkan Stela pada masalah keluarga kita!" pinta Mirza.

    "Maaf Nak, tekadku sudah bulat. Aku menginginkan gadis muda ini menjadi menantu keluarga Zeroun," kata lelaki tua tersebut.

    "Mungkin kakek bisa menikahkan Stela dengan saya saja," celetuk Mirza.

     "Please, Mirza, jangan menambah masalah Nak," kata Freya mengingatkan anaknya, wanita yang masih terlihat sexy tersebut bangkit, dan menggandeng sang suami beserta anaknya untuk duduk di sofa. Stela melongo mirip keledai, tak mampu berkomentar. Gadis tersebut terdiam membisu, antara bingung dan pening.

    "Aku pulang," kata Zeroun. Lelaki tua tersebut bangkit dari duduknya dan berbalik menatap Stela. "Kalian bawa gadis ini pulang ke rumah utama!" perintah Zeroun pada anak buahnya.

    Seorang lelaki yang mengenakan setelan jas masuk ke dalam ruang tamu. "Mari silahkan ikut saya, Nona," ucap lelaki tersebut sopan.

    "Eh, tunggu-tunggu, kenapa saya mau di bawa pergi?" kata Stela mendelik. Ketika tangan berotot sang bodyguard menarik tangan Stela yang tak kunjung jalan.

     "Lepaskan Stela, kakek, tolong jangan lakukan hal ini," keluh Mirza. "Jangan libatkan dia," imbuhnya.

    "Maaf Nak, tapi aku tetap akan menikahkan Axelle dengan Stela," ujar Zeroun berkata tanpa menoleh.

    "Tidak! Tolong lepaskan saya, kemana kalian akan membawaku?" tanya Stela meronta-ronta.

     Punggung Zeroun yang berjalan lurus keluar pintu rumah nampak mengecil, dan menghilang di tikungan, menuju tempat mobil berada. Axelle masih menatap punggung tua sang ayah. Ada rasa marah, heran tak percaya. Ayah yang semasa kecilnya begitu ia agungkan, tak menyangka akan berlaku menekannya selalu.

    "Bagaimana ini Papa? Stela tak akan kenapa-kenapa, kan?" tanya Mirza khawatir.

     "Tak apa Mirza, Stela pasti akan baik-baik saja. Nanti kita jemput sahabatmu itu" jawab Axelle.

     "Lantas, apa yang akan Papa lakukan sekarang?" Mirza kembali bertanya.

     "Entahlah, Nak," ujar Axelle singkat. Lelaki tersebut meraup wajah tampannya dengan kedua tangan.

    "Sayang, kenapa kamu tidak turuti keinginan Ayah kamu, untuk menikahi Stela?" kata Freya memecah keheningan sesaat tersebut. Mirza dan Axelle kompak menoleh, menatap nanar wanita tersebut.

    "Mama!" pekik Mirza.

    "Bagaimana kamu bisa berpikiran demikian, Sayang?" ucap Axelle tak percaya.

   "Kau hanya perlu menikahinya saja, setelah Mirza berhasil mendapat tempat di keluarga Zeroun, kau bisa menceraikan Stela. Lagi pula dia gadis lugu, menurutku dia akan sangat mudah diatur. Kita beri saja dia uang nantinya," jelas Freya.

    "Sayang, aku tau, kamu pasti sangat frustrasi. Pernikahan yang hanya bisa dilakukan secara siri. Dan tentang status anak kita di keluargaku maaf, Sayang. Aku memberimu beban berat yang harus kau pikul," keluh Axelle. Dia memeluk tubuh sexy sang istri.

     "Aku tidak yakin Stela akan menerima rencana ini," ejek Mirza. "Tolong, lah Mama, Papa, jangan libatkan Stela," mohon Mirza.

    "Mama jua sebenarnya tidak ingin Sayang. Akan tetapi harus bagaimana lagi?" keluh Freya memasang wajah memelas.

   "Kepalaku pusing, aku akan mandi, menjernihkan kepala," keluh Axelle. Lelaki tersebut bangkit, meninggalkan istri dan anaknya.

*****

     Stela menilik jam di dinding, telah menunjukan pukul delapan malam. Dia saat ini sedang berbaring di kasur empuk. Sebuah kamar luas nan mewah tertata rapi. Lemari pakaian bercat keemasan seirama dengan warna cat tempat tidur. Tak pernah terbayangkan di hati gadis tersebut akan merebahkan tubuhnya di tempat semewah itu. Dia masih ingat jelas, sore tadi, saat baru pertama sampai, banyak asisten rumah tangga menyambut kedatangannya, menyiapkan makan, tempat tidur dan pakaian. Gadis itu menghela napas berat. Hari ini adalah hari yang sangat berat dan membingungkan.

      Tok..tok...tok! Ketukan pintu kamar membuat Stela bangkit dari berbaring. Derit pintu terdengar ketika Stela membukanya.

      "Tuan besar menyuruh Nona untuk turun," ucap seorang lelaki paruh baya tersebut. Dia sangat terlihat rapi dalam balutan set jas yang menutup tubuh tinggi, kurusnya.

   "Baik, Pak," jawab Stela.

    Rambut panjang yang tergerai, menari-nari seiring langkah kaki Stela. Gadis tersebut semakin cantik dalam balutan dres yukensi setinggi lutut, warna biru motif bunga kuning. Matanya langsung tertuju pada sosok lelaki berusia empat puluh tahun, duduk menghadap Zeroun. Wajahnya masih terlihat tampan rupawan setampan Mirza. Perpaduan anak dan ayah dengan ketampanan yang membuat, wanita jatuh cinta pada pandangan pertama.

     "Silahkan duduk Nak," ujar Zeroun menoleh ke arah Stela. Gadis tersebut manut saja tanpa komentar. Dia duduk di sofa berdekatan dengan sang kakek. "Jadi bagaimana Axelle, masih mau menolak keinginanku?" ejek Zeroun.

      "Tidak Ayah, aku akan mengikuti permintaan Ayah. Aku bersedia menikah dengan Stela," ujar Axelle. 

Stela langsung syok seketika, dia merasa ketakutan tak terkira. 'Apa yang sebenarnya terjadi?' keluh Stela dalam hati. Dia sedikit terkejut mendengar Zeroun tertawa.

     "Baiklah, aku akan persiapkan semuanya besok. Dengar Nak, suatu hari nanti kau pasti akan berterima kasih padaku," kelakar Zeroun.

     "Aku melakukan ini demi Mirza," tegas Axelle.

    "Kenapa kalian membuat keputusan sendiri tanpa mendengar keputusan dan keinginanku?" keluh Stela. Kali ini gadis tersebut mendelik, bulir-bulir air mata menggenang siap meleleh.

Bersambung.......

       

Komen (11)
goodnovel comment avatar
shaa mia
kenapa harus stella menikah sama ayahnya mirza ? why ?!
goodnovel comment avatar
KarRa
saking cintanya sama Freya Kka😅😂
goodnovel comment avatar
KarRa
semoga terhibur Kak😊🙏
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status