Share

Part 02

Richard membawa Sheryl ke tempat jajanan festival di pinggir kota. Suasana ramai dengan pengunjung yang berlalu lalang dan beberapa stand jajanan tertata di bagian-bagiannya masing-masing.

Richard membuka jas dan menggulung lengan kemejanya serta mengganti sepatu pantofelnya menjadi sepatu sneakers.

"Ayo... aku sudah lapar," ajak Richard.

"Kenapa kau mengajakku ke sini?" tanya Sheryl, enggan keluar dari mobil.

"Kau memakai pakaian santai seperti ini, aku harus mengajakmu kemana? Hutan?!" Richard bertanya balik.

"Aku tak meminta untuk diajak makan. Aku hanya ingin pistolku kembali! Jadi jangan membuatku membuang waktu untuk makan denganmu!" tukas Sheryl.

"Hah... perutku semakin lapar setiap kali kau mengoceh!" runtuk Richard.

Dia keluar dari mobil meninggalkan Sheryl yang masih enggan untuk keluar.

Richard memutari mobilnya, dan mengetuk kaca jendela di samping Sheryl.

"Kau yakin tak ingin keluar?" tanya Richard.

"Sebelum kau mengembalikan pistolku, aku tak akan keluar!" ancam Sheryl.

"Baiklah... semoga kau bisa bernapas di dalam mobil," ujar Richard.

Baru saja Richard berbalik, tabrakan tubuh dan pukulan ringan di kepala dari belakang membuatnya hampir terjatuh.

Sheryl keluar dan lari melewati Richard sambil menoyor kepala Richard karena terlalu kesal dengan tingkah pria itu.

"Hei! Dasar wanita jadi-jadian!" bentak Richard.

Dia mengejar Sheryl berjalan santai tanpa dosa telah menoyor kepala Richard.

Richard menoel pundak kiri Sheryl. Membuat wanita itu menoleh ke kiri. Namun Richard memunculkan kepalanya tepat di kanan Sheryl. Begitu dekat hingga saat wanita itu menoleh, tanpa sengaja bibir Sheryl menabrak pipi Richard.

Pria itu melarikan diri, melangkah lebih cepat dari Sheryl, sebelum mendapat balasan lain.

"Hei!" teriak Sheryl hendak protes.

"Satu sama!" seru Richard sempat berbalik dan mengedipkan sebelah matanya.

Sheryl memutar bola matanya jengah, hah... kenapa ada pria seperti dia?! Siapa yang mengutukku untuk bertemu dengan pria cerewet dan konyol seperti dia?! Sheryl menggerutu.

Menatap punggung tegap Richard yang berjalan gagah di depannya, dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

Sebenarnya dia tampan, dan memiliki tubuh yang bagus. Hanya saja tingkahnya membuat semuanya menjadi minus, batin Sheryl.

"Cih! Apa yang kupikirkan?! Jika dia tahu aku sempat memujinya, aku yakin dengan sombongnya dia akan meninggikan dirinya sendiri," gumam Sheryl kembali menggerutu.

Richard terlihat berhenti di depan truk kontainer penjual makanan, dia sedang memilih menu yang hendak dia pesan. Sheryl tiba di samping pria itu, mendengarkan celotehan Richard yang memesan makanannya.

"Jangan pakai bawang bombai dan cabai," ujar Richard kepada penjual kebab.

"Kau harus ingat, aku tak suka bawang bombai dan cabai," tutur Richard, Sheryl hanya berdecak malas.

"Kau ingin makan apa?" tanya Richard.

"Hah! Sudah kubilang aku tak ingin makan-"

"Tolong buatkan dua porsi," potong Richard. Dia sendiri gerah mendengar penolakkan dari gadis tangguh itu.

Richard memilih tempat duduk menghadap ke lautan. Terdapat banyak lampu kecil yang saling terkait dengan tiang lampu penerangan di sana.

Sheryl kembali mengikutinya dan masih berkeras untuk meminta pistolnya kembali.

"Tolong... berikan saja pistolku! Aku sudah cukup lelah hari ini. Bahkan aku belum sempat tidur setelah turun dari pesawat!" gerutu Sheryl.

Richard menepuk-nepuk bahunya sambil tersenyum menggoda. Sheryl mengerutkan keningnya seolah bertanya, 'apa yang pria ini lakukan?!'. Namun tak sempat terucap, Richard sudah kembali berujar.

"Aku memiliki bahu yang cukup lebar. Jika kau ingin tidur, aku siap meminjamkannya," tawar Richard menaik turunkan alisnya dengan senyum menyeringai.

Sheryl melongo tak percaya sambil mengalihkan tatapannya ke sembarang arah seraya berdecak.

"Hah... ya ampun! Apa kau terlalu banyak menonton film drama?! Sungguh menggelikan! Kuberitahu padamu... jangan bertingkah seolah aku ingin melakukan kegiatan manis menggelikan seperti itu!" tukas Sheryl.

Richard tak dapat menahan tawanya lagi. Sheryl sungguh tipe wanita yang dia inginkan. Tak menyukai hal-hal yang berbau romantis dan manis.

"Apa ada yang lucu dari ucapanku?!"

"Tak ada... justru perkataanmu tadi membuatku semakin yakin untuk mendapatkanmu," ujar Richard.

Dia meletakkan kedua sikunya ke atas meja, untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Sheryl lalu berbisik, "kau sungguh membuatku semakin tertarik denganmu." Sebuah senyum menyeringai tercetak di ujung bibir Richard.

"Oh ya?! Sayangnya aku tak akan tertarik dengan pria konyol sepertimu! Cepat selesaikan makan malammu agar aku bisa mendapatkan pistolku kembali!" tukas Sheryl menjauhkan diri dari Richard.

"Well... kita lihat saja, siapa yang akan tergila-gila nantinya," ujar Richard dengan yakin.

"Heh! Jangan bermimpi!" tukas Sheryl.

"By the way... aku tak membawa pistolmu, jadi mung—" Ucapan Richard terhenti saat wanita di sampingnya itu berdiri dengan kasar dan menatapnya kesal.

"Hei kau mau kemana?!"

"Pulang! Kau sungguh membuang waktumu! Mengikutimu namun ternyata kau tak membawanya," bentak Sheryl kesal.

Dirinya sungguh seperti orang bodoh yang mengikuti Richard tanpa mendapatkan kembali pistolnya.

Richard menyusul setelah mendapatkan dua kebabnya, dia meraih tangan Sheryl dari belakang dan memaksa Sheryl untuk menerima kebab yang dibelinya.

"Makan dan kuantar kau pulang!" titah Richard tak ingin dibantah.

Sheryl berhenti sejenak menatap tajam Richard.

"Dasar tukang memerintah!" rutuk Sherly, "hah... ya ampun! Kenapa dia begitu menyebalkan!" Sheryl menggerutu, sambil menghentak-hentakkan kakinya lalu menggigit kebab itu dengan kasar seolah Richard adalah sebuah kebab.

***

Pagi harinya....

Sheryl bangun lebih pagi dan segera mandi untuk pergi ke markas tempatnya bekerja sebagai agent rahasia. Dia dan kakaknya -Shello- menjalani hidup dengan keras semenjak kematian kedua orang tuanya.

Dia memilih berendam sejenak sambil mendengarkan musik dan membaca majalah berita. Hingga dirinya terlalu asik menikmati waktunya, tak menyadari suara pintu yang terbuka dan dimasuki oleh seorang pria.

Pria itu membawa sebuah bola karet yang ditemukan di koridor apartemen Sheryl. Dan membawanya ke tempat Sheryl karena tak melihat orang lain yang berada di koridor tersebut.

Dia mulai berbaring di atas ranjang, sambil melemparkan bola karet tersebut ke tembok. Lalu menangkapnya. Dilakukannya berkali-kali untuk membangunkan pemilik tempat yang mungkin tertidur di dalam bathup.

-

Sheryl yang akhirnya mulai merasa dingin, hendak menyudahi kegiatan malasnya itu. Dia beranjak dari bathup dan mematikan musik di earphone, lalu meletakkannya di dekat wastafel. Namun... suara pantulan sebuah benda terdengar. Dia mengerutkan keningnya curiga.

Siapa yang memasuki kamarku? batinnya bertanya.

Lantas dia memakai handuk untuk menutupi tubuhnya dan keluar dari kamar mandi. Dia mengambil pistol ditempat tersembunyi untuk berjaga-jaga.

Sheryl keluar dari kamar mandi dan melihat apa yang terjadi di luar kamar mandinya. Dia hendak menembakkan senjatanya kepada seorang penyusup. Namun dihentikan niatnya karena melihat penyusup tersebut adalah orang yang sama. Yang kemarin mengganggu waktunya.

"Hei... kau sudah selesai berendam?" tanya pria itu yang tak lain adalah Richard. Pria itu masih asik melemparkan bola karet tersebut ke dinding.

"Kau sungguh seperti penyusup! Aku akan mengganti pin pintuku nanti!" ketus Sheryl.

Richard hanya terkekeh... karena berapa kali Sheryl menggantinya, Richard akan tetap tahu berapa pin pintu apartemennya. Dia memiliki caranya sendiri.

"Untuk apa kau ke sini?! Dan apa yang kau lakukan?!" tanya Sheryl.

Dia sendiri masih enggan beranjak untuk mendekat. Mengingat keadaannya yang hanya melilitkan handuk untuk menutupi tubuh polosnya.

"Aku merindukanmu, jadi aku ke sini. Dan... Apa kau tak lihat? Aku sedang melempar bola ke dinding?" tanya Richard.

Dia menoleh menghentikan kegiatan melempar bola ke dinding. Lalu dia tersenyum seakan memiliki ide gila untuk mendapatkan sesuatu yang menguntungkannya.

"Ya aku tahu! Tapi jangan dilempar ke dinding, kau bisa mengotori dinding kamarku! Lagipula darimana kau mendapatkan bola itu?!" sergah Sheryl mulai kesal.

Karena Richard kembali melempari bola ke dinding.

"Kalau begitu tangkap ini!" seru Richard secara mendadak.

Sontak membuat Sheryl mengangkat tangannya untuk menangkap bola tersebut dan handuk yang melilit di tubuh Sheryl terlepas dan .... Yah! Richard mendapatkan apa yang dia mau.

"Wow...!" seru Richard menatap tubuh Sheryl tanpa kedip.

Sheryl yang tersadar langsung melemparkan kembali bola karet itu ke arah Richard. Lalu memakai handuknya kembali.

Namun Richard dengan sengaja menghindari lemparan bola dari Sheryl dan....

Suara prang! begitu gaduh memenuhi ruang kamar itu.

Sebuah bingkai foto terjatuh dari nakas akibat bola tersebut.

Richard dan Sheryl menoleh ke arah yang sama. Lalu keduanya sama-sama mendekat untuk melihat bingkai yang pecah berserakan di lantai.

Richard mengerutkan keningnya saat melihat sebuah foto yang menampakkan wajah ayahnya bersama dua orang yang tak dikenalnya sama sekali.

Sheryl merebutnya dengan kasar.

"Pergi! Sebelum aku sungguh marah padamu!" hardik Sheryl.

Dia berusaha menahan suaranya yang terdengar marah. Sheryl melangkah menuju kamar mandi dan menutup rapat pintu tersebut.

Richard mendekati kamar mandi karena rasa penasarannya terhadap foto tersebut.

Kenapa Sheryl mempunyai foto ayahnya?

"Sheryl... siapa orang yang ada di foto itu?! Apa kau mengenal ayahku?!" tanya Richard dari balik pintu kamar mandi.

Sheryl ikut terkejut dengan ungkapan Richard. Lantas dia bergegas memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi.

"Dia ayahmu?" tanya Sheryl menunjuk pria yang berdiri di tengah antara ibu dan ayahnya.

"Ya... apa kau mengenalnya?" tanya Richard.

"Dia sahabat ayah dan ibuku," jawab Sheryl.

"Mereka saling mengenal?" tanya Richard.

"Mereka bahkan sudah seperti saudara," jawab Sheryl.

Dia lalu menyingkirkan tubuh Richard dan menuju ke arah lemari pakaiannya. Mengambil baju santainya untuk dikenakan di tubuhnya.

"Keluarlah dulu dari sini, aku akan ceritakan setelah memakai baju," pinta Sheryl.

"Aku sudah melihat semuanya barusan. Jadi...." Ucapan Richard terhenti karena sebuah tatapan tajam menyenter ke arahnya.

"Okay... matamu sungguh tajam. Dan aku menyukainya," ujar Richard.

Berjalan melewati Sheryl, menatap manik mata biru itu. Namun tangannya yang jahil, sempat menarik tali bathrobe yang dikenakan Sheryl.

Hingga terbuka dan Richard kembali menggunakan kesempatan itu untuk mengintip dada bulat milik Sheryl yang putih dan mulus.

Jika saja Sheryl bukan wanita tangguh. Richard akan berani menyentuhnya dengan sengaja. Namun... Richard malah lari setelah melakukan kegilaannya itu.

"Yes!! Jackpot!" seru Richard sambil berlari keluar kamar.

"Dasar berengsek!" tukas Sheryl kesal.

"Hah! Ya ampun... aku akan membalasnya nanti! Sialan... Dia sudah menang banyak! Dasar licik!" keluh Sheryl merutuki Richard.

Richard terkekeh mendengar keluhan Sheryl yang terdengar dari balik pintu kamar.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status