—05—
Sheryl menggelengkan kepalanya sambil menekan pelipisnya yang terasa pusing. Memiliki kakak yang sedemikian unik dengan keahliannya yang gila. Lalu dia harus mencoba mengenalkannya kepada Richard yang konyol dan menyebalkan.
Bagaimana bisa menyatukan dua kepala yang bertolak belakang?
Sementara Sheryl sendiri merasa gerah dengan tingkah Richard yang menyebalkan.
"Untuk apa kau mondar mandir di sana? Lebih baik kau keluar dan tunggu dia di depan. Berpura-puralah bahwa kau juga belum menemuiku. Dan meminta bantuannya untuk melewati rintangan ini!" perintah Shello semakin membuat Sheryl geram.
Walau dia tetap menurutinya dengan tetap keluar dari ruang bawah tanah dan naik ke lantai atas untuk menyambut kedatangan Richard.
"Hah… ya ampun. Aku ini adik atau bawahannya? Bagaimana bisa dia menjadi semenyebalkan ini jika menyangkut dengan pria!" Sheryl meruntuk di sepanjang perjalanannya menuju ruangan yang tadi sempat menjadi pertarungan sengit antara dia dan Shello.
"Hah… sembari menunggu lebih baik aku bersantai sejenak. Sungguh tubuhku terasa remuk dan tak enak," gumam Sheryl.
Dia melemparkan tubuhnya di atas sofa empuk tempatnya tadi sempat berbaring. Merentangkan kedua tangannya ke atas dan meregangkan otot-ototnya.
Lalu dia terdiam sejenak menatap langit-langit rumah itu.
Apa benar yang dikatakan Shello? Setelah melakukan percintaan, sekujur tubuh akan terasa pegal? Sheryl membatin.
Bayangan akan ciumannya dengan Richard. Dimana awal dari percintaannya. Wajah Richard terlihat menunjukkan kemarahan yang sudah terpendam cukup lama.
Hingga ciuman berubah dan membawanya semakin larut membayangkan dirinya yang melepaskan kesucian kepada Richard.
Pria berengsek itu bahkan tak menyadari telah menembus dinding kesuciannya. Richard malah bermain kasar. Membuatnya cukup tersiksa walau berakhir dengan menikmati semuanya.
Sheryl menggelengkan kepalanya cepat dan menepuk wajahnya berkali-kali seolah menyadarkan dirinya untuk kembali berpikir sehat.
"Tidak! Tak boleh ada yang kedua! Cukup satu kali kau jatuh ke dalam jurang. Jangan menjadi keledai dungu yang jatuh ke lubang yang sama!" rapal Sheryl pada dirinya sendiri agar tak tertipu oleh Richard.
Suara bel pintu mengagetkannya dari rapalan yang sedang dia ucapkan. Sheryl yang sempat berjingkat beranjak dari duduk dan menuju pintu.
Membukakan pintu untuk pria yang sejak tadi menjadi bahan lamunannya.
"Kenapa kau la… ma sekali... Marco?" Sheryl mengeryit saat membuka pintu yang didapati bukanlah Richard.
Melainkan pria bertubuh tegap dan tinggi berdiri di depannya. Dengan ketampanan yang bisa dikatakan di atas rata-rata.
"Hai… Sheryl, long time no see you," sapa pria bernama lengkap Francesco El Marco. Yang akrab disapa Marco oleh Sheryl maupun Shello.
"Untuk apa kau ke sini?!" sergah Sheryl. Hendak menutup pintu rumah tersebut.
Namun pergerakkan Marco lebih dulu menahan pintu menggunakan kakinya, sebelum pintu tersebut tertutup.
Marco mendorong pintu tersebut, membuat Sheryl mundur secara otomatis.
Marco melangkah masuk dengan angkuh. Melihat keadaan sekitar yang terlihat masih sama saat dulu dia sempat menginap di sana.
"Lebih baik kau pergi secara baik-baik sebelum aku menembak kepalamu!" Sheryl menodongkan sebuah senjata api kepada Marco.
Marco mengangkat kedua tangannya ke udara, saat merasakan sebuah moncong pistol menempel di belakang kepalanya.
Dia terkekeh sambil berputar, berbalik menghadap si penodong pistol.
"Very interesting, Sheryl! Well… kita lihat apa kau bisa menembakku," tantang Marco.
"Jangan berpikir aku masih sama seperti dulu, El Marco! Kau adalah masa lalu terburuk yang sangat kusesali!" sergah Sheryl.
Marco terkekeh seolah mengejek. "Oh... Benarkah?"
"Ya! Jangan menantangku... Aku masih berusaha menahan peluruku karena aku masih menganggapmu teman. So… get out of my house, now!" desis Sheryl.
Marco yang tahu bahwa Sheryl tak akan melakukan tembakan kepadanya, berjalan semakin mendekat hingga Sheryl mundur teratur.
Sheryl merasa bodoh, harusnya ia bisa meluncurkan sebuah tembakan. Namun tak dilakukannya karena kejadian masa lalu dengan Marco begitu membekas di hati dan pikirannya.
"Silahkan tembak aku Sheryl," tantang Marco.
Sheryl menarik pelatuknya dan seketika…, suara tembakan membuat keduanya terkejut. Dari arah luar seseorang menembak dan menyerempet, bahu Marco. Hingga pria kelahiran Spanyol itu meringis memegangi bahunya yang tergores dilintasi sebuah peluru silver.
"Shit!" runtuk Marco dan hendak mengeluarkan pistol dari dalam jasnya. Namun Sheryl menghentikannya membuat Marco berlutut karena tulang keringnya di tendang Sheryl.
Sheryl melakukan hal tersebut saat melihat Richard di belakangnya berjalan mendekat ke arahnya. Dia tak ingin pria yang hendak dikenalkan kepada kakaknya menjadi terluka. Walau dia tahu Shello sudah pasti mengetahui seluruh identitas Richard.
"Siapa kau beraninya mengganggu my black swan?!" hardik Richard menarik Sheryl ke belakang tubuhnya.
"Heh! Justru aku yang harusnya bertanya. Siapa kau?!" Marco bertanya balik dengan suara berat menahan sakit.
"Aku kekasihnya!" jawab Richard.
Sheryl menepuk kepala Richard merasa kesal. Kedua pria itu sungguh membuatnya kesal dan menggagalkan rencananya yang ingin membawa Richard kepada Shello.
"Jangan sembarangan bicara! Dasar berengsek! Jika kalian ingin masuk ke rumah ini! Bersikaplah sopan!" tukas Sheryl menatap keduanya kesal.
"Yang tak sopan, si bajingan ini, Sher!" elak Marco.
"Hei aku hanya membantumu menebak si wajah kriminal ini!" Richard ikut menyahut membela diri.
"Dasar bajingan!" balas Marco.
"Kau yang bajingan!" balas Richard.
"Sudahlah kalian! Ikuti aku! Kalian harus menemui kakakku dulu!" Sheryl melerai meninggalkan dua pria menyebalkan itu.
Richard menatap tajam dan meremehkan Marco yang juga menatapnya demikian.
Richard mengulurkan tangannya kepada Marco. Namun saat Marco hendak meraih tangan itu… Richard menarik tangannya, membawa ke kepala… mengusap rambutnya seolah sedang merapikan rambutnya ke belakang.
Dia berjalan melewati Marco sambil bersiul seolah tak melakukan hal mengesalkan itu.
Marco meruntuk kesal dan mengumpati sumpah serapah kepadanya. Namun Richard acuh dan malah menyusul langkah Sheryl.
Meraih bahu wanita itu. Namun mendapat tepisan kasar dari Sheryl. Richard melepaskan tangannya ke udara sembari tersenyum menyebalkan saat melihat Sheryl menatapnya tajam.
Tangan Richard kembali turun ke bagian tubuh Sheryl menuju pinggang ramping wanita itu. Namun belum sempat terlaksana, dirinya sudah ditarik dan dijatuhkan oleh Sheryl dengan gerakan memutar dan memelintir tangan besar Richard.
Lalu menumbangkan tubuh Richard ke lantai, dan Menduduki tubuh itu. Kepalan tangan Sheryl terhenti tepat di depan wajah tampan Richard yang terkekeh.
"Wow… you're so sexy, black swan!" puji Richard menyeringai.
"Sekali lagi kau menyentuhku! Kupatahkan tanganmu!" Sheryl mengancam.
"Hei… kau tak lupa apa yang telah kita lakukan pagi ini bukan? Bercin…. Argh! Damn!" Richard mengumpat di tengah ucapannya yang belum selesai.
Sheryl menciumnya… namun bukan menggunakan bibir, melainkan dengan kepalan tangannya.
Sheryl mendekati wajah Richard dan berbisik, "jika kau membocorkan kejadian tadi pagi. Aku tak akan segan untuk membunuhmu!" Sheryl kembali mengancam.
Dia beranjak dari tubuh Richard meliriknya begitu tajam hingga akhirnya berlalu.
"Oh black swan… kau membuatku semakin jatuh cinta padamu lagi dan lagi!" teriak Richard.
Sheryl mengabaikan Richard, sementara Marco melewati Richard sambil menatap meremehkan Richard.
"Sheryl… apa dia sudah gila?" tanya Marco berjalan di samping Sheryl.
"Kurasa dia sudah gila sejak lahir," jawab Sheryl.
"Tidak… Aku gila karena kau Sheryl," sahut Richard berdiri dari baringnya.
"Hentikan ucapan bodohmu Richard! Cepatlah… Shello tak suka menunggu!" seru Sheryl.
"Oh… kakak ipar… i'm coming!!" Richard berseru dan acuh terhadap Marco dan Sheryl yang merasa pusing dengannya.
Sheryl membawa Richard dan Marco menuju ruang bawah tanah tempat Shello mengarahkan dirinya untuk membawa Richard ke sana.
Namun dengan adanya Marco yang dulu sempat menjadi pria yang disukai Sheryl, namun sayangnya Marco hanya menganggapnya sebagai adik. Dan malah menginginkan Shello.
Seperti sebuah karma… Shello menolak Marco mentah-mentah sebelum pria itu mengungkapkan perasaannya. Tepat dihari dan waktu yang sama saat Marco menolak Sheryl.
Shello memiliki pria lain yang dicintainya. Pria masa lalu yang mengajarkannya banyak hal. Namun sayang… pria tersebut menghilang bagaikan ditelan bumi.
Hal tersebut membuat Shello bersikap keras terhadap siapapun yang mendekatinya dan juga adiknya.
Maka dari itu dia ingin memberikan seorang Richard sebuah ujian. Sekalipun Shello sangat mengenal bagaimana kemampuan dari keturunan Dowson.
Tetap saja… Shello ingin melindungi adiknya dari pria yang mungkin akan melukai Sheryl. Karena hanya Sheryl satu-satunya keluarga yang dimilikinya saat ini.
"Shello ada di dalam… kita harus melewati rintangan ini untuk menemuinya," ungkap Sheryl.
Mereka telah tiba di lorong yg tadi ditunjukkan Shello kepada Sheryl.
"Rintangan apa? Tak ada yang berbahaya di sini, Sheryl," ujar Marco.
Dia hendak melangkah maju, namun sebuah apel yang diambil oleh Richard di meja makan yang sempat dilewatinya barusan, dilemparkan ke lorong jebakan tersebut.
Dan… hasilnya… Apel itu... menjadi hangus.
Marco terdiam kaku menatap apel tersebut, sementara Richard berdecak kesal karena terpaksa membuang apel yang baru dimakan-nya beberapa gigitan.
"Kau harus menggantikan apelku setelah ini, Marcus!" tukas Richard.
"Marco! Namaku Francesco El Marco!" Marco mempertegas namanya.
"Persetan dengan namamu! Aku tak peduli," ejek Richard. Dia mengalihkan tatapannya kepada Sheryl
"Apa hadiahnya jika aku berhasil menembus pertahanan itu, black swan?" tanya Richard tampak serius. Karena dia sangat menyukai sebuah tantangan.
"Jika kau berhasil… ku biarkan kau berkencan satu malam dengan adikku. Jika kau gagal… kau harus enyah dari kehidupannya!" terdengar suara Shello yang berbicara dari bagian ujung tempat itu.
Dia menggunakan pengeras suara yang terpasang di ruang bawah tanah tersebut.
"Baiklah… aku akan memenangkannya untukmu my black swan…," goda Richard. Dia menyeringai menoel dagu Sheryl.
Sheryl menepis tangan Richard dan menatap tajam. "Shello! Apa-apaan ini. Tadi kau tak mengatakan ini padaku?!" Sheryl melakukan protes karena memang bukan inilah tujuan awalnya membawa Richard kepada Shello.
"Hei… Kalian tunggu dulu. Shello… jika aku yang berhasil… bagaimana? Apa aku boleh berkencan denganmu?!" tanya Marco.
"Aku tak menyuruhmu untuk ikut!" jawab Shello.
"Tapi aku ingin ikut." Marco bersih keras.
"Terserah jika kau ingin mati," balas Shello.
"Baiklah… aku tak mau tahu. Jika aku berhasil menemuimu di ujung sana… aku ingin kita berkencan juga," tawar Marco.
"Hei bodoh! jangan memaksa calon kakak iparku!" lerai Richard.
"Kau jangan ikut campur bajingan tengik!" balas Marco.
"Kau—"
"Enough!!" bentak Sheryl.
"Kalian berdua tak berhak menentukan… biarkan Shello yang menentukan!" timpal Sheryl.
"Good girl, Sheryl… well… aku menerima tawaranmu Marco. Tapi ingat… jika kau gagal, kau harus enyah dari kehidupanku. Dan jangan menggangguku ataupun adikku lagi!" tawar Shello.
"Baiklah… deal!" jawab Marco.
"Shello… kau yakin? Aku membawa Richard ke sini untuk—"
"Kita lihat saja hasilnya Sheryl. Kau tunggulah di sudut itu. Biarkan mereka yang mencoba menaklukan lorong jebakanku," potong Shello.
Telapak tangan Sheryl mengepal menahan kesal.
"Kalian berdua… Richard dan Marco… bersiaplah!" perintah Shello.
"Ah tunggu dulu, Shello!" seru Sheryl menghentikan.
"Apa lagi Sheryl?!" sergah Shello kesal.
"Aku ingin memberi semangat," kata Sheryl meringis.
"Oh… kau manis sekali black swan…," ujar Richard percaya diri.
Sheryl mengerutkan keningnya sembari memberikan tatapan tajam.
"Bukan untukmu!" seru Sheryl. Mendekati Marco lalu memperhatikan luka gores Marco.
"Ini sudah baik-baik saja?" tanya Sheryl.
"I'm fine, Sheryl… tak perlu mencemaskanku!" jawab Marco. Merasa tersanjung pada gadis yang sudah dianggap seperti adiknya.
Sheryl mengecup pipi Marco, "menangkan ini… Agar aku terbebas dari kencan sialan yang dikatakan kakakku," pinta Sheryl tersenyum begitu manis.
"Hei Sheryl hentikan tingkahmu! Kau membuatku kesal! Aku yang memperjuangkanmu, bukan dia!" bentak Richard kesal.
Bisa-bisanya Sheryl melakukan hal manis kepada pria lain di hadapannya. Sungguh menjatuhkan harga diri seorang Dowson.
"Heh… sory dude… kau bukan seleranya!" ejek Marco.
"Kau—"
"Hei kalian sudah selesai?! Karena aku mulai muak mendengar keributan kalian. Sheryl… jangan melakukan hal curang! Walau aku menyukai hal yang kau lakukan tadi," tutur Shello. Dia mengerti apa yang dilakukan Sheryl memiliki tujuan lain.
"Thank you my sister… aku hanya berusaha yang terbaik," jawab Sheryl.
"Okay, kalian siap?"
Selagi Shello memberikan aba-aba. Sheryl menatap Richard yang menatapnya kesal.
Sheryl tersenyum manis seakan senang saat rencananya membuat Richard cemburu, berhasil. Dia tahu cara kerja keturunan Dowson yang jauh lebih baik saat sedang marah. Karena Sheryl sangat mengharapkan kemenangan untuk Richard.
Sialan! kau sungguh membuatku marah Sheryl. Lihat saja, aku akan memenangkan ini! Dan aku tak akan melepaskanmu. Aku akan membawamu masuk ke dalam lingkaran iblisku, kau tak akan bisa keluar walau hanya selangkah! Richard membatin mengucapkan sumpah serapahnya dengan tekad yang sangat kuat.
**
Richard dan Marco mulai melangkahkan kakinya menginjak bagian lorong jebakan tersebut. Keduanya berusaha untuk tiba lebih dulu agar memenangkan tantangan dari Shello.Pertarungan tak dapat terhindari. Keduanya berusaha menahan lawannya agar tidak tiba lebih dulu.Mereka saling mengadu keahlian memukul dan meninju wajah dan bagian tubuh lainnya. Saat keduanya mencapai titik tengah dengan aman. Tanpa menjatuhkan sebuah benda yang akan mengaktifkan tanda bahaya dan mengeluarkan laser mematikan.Hingga Marco yang sangat ingin menang, mengeluarkan sebuah belati dari balik jaketnya. Dia menodongkannya kepada Richard.Richard menepisnya hingga belati tersebut terlepas dari tangan Marco. Beruntung Richard begitu cepat menangkap belati tersebut. Dan membuat pria asal London itu menyeringai.Richard mulai menyerang menggunakan belati Marco hingga sebuah goresan tersampir di lengan Marco."Rasakan itu bodoh!" cerca Richard."Dasar bajingan tengik!" bal
Sheryl menahan pergerakkan Richard yang hendak menanyakan langsung apa yang dikatakan Shello tentang Dowson yang sulit dia temukan.Sheryl menggeleng, "aku akan menanyakannya pada Marco nanti. Percuma jika kau bertanya sekarang kepada Shello… dia tak akan memberitahumu," bisik Sheryl."Kalian sedang apa?!" tanya Shello tiba-tiba muncul di hadapan Richard dan Sheryl. Dia memicingkan matanya menyelidik.Membuat keduanya terkejut dan menjadi salah tingkah."Aku… sedang merayu adikmu!" jawab Richard ringan. Sambil menoel dagu Sheryl dan menyeringai tipis.Shello menatap tajam Richard."Di sini bukan tempat untuk berbuat mesum! Berhenti menggodanya! Dan kau Sheryl…." tatapan Shello beralih kepada Sheryl, "jangan menjadi murah karena dia seorang Dowson. Kau tak tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mematahkan hatimu!" tukas Shello dan berlalu meninggalkan tatapan tajam menusuk kepada Richard.Richard menarik lengan Shello, menatapnya dengan selidi
Sheryl memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Bukan hanya sekali Shello tidak melibatkannya dalam misi. Membuat Sheryl merasa bahwa Shello tak memercayainya.Sheryl membanting tubuhnya ke atas ranjang besar di kamarnya. Dia menggunakan lengannya untuk menutup matanya. Dia memikirkan dirinya yang menjadi aneh."Mungkinkah aku hanya kesal karena Shello kembali tak mengajakku dalam misi?" Sheryl menggumam sambil menatap langit-langit kamarnya.Atau aku cemburu karena Shello akan menggunakan Richard sebagai kekasih sandiwaranya untuk membuat Leonard keluar?batinnya bertanya.Namun sedetik kemudian Sheryl menggeleng dan menepuk-menepuk keningnya. Merasa menjadi orang bodoh yang berpikir bahwa dirinya mulai menjadi melankolis karena seorang Richard.Sheryl beranjak dari baringnya hendak menuju kamar mandi. Namun sekilas matanya menangkap bingkai kecil di dekat rak serbaguna.Foto dirinya dengan Marco dan Shello bersama Leonard yang dipaksa
Shello berusaha untuk terlelap setelah melakukan diskusi singkat dengan Richard dan Sheryl. Namun semakin dia memaksakannya, semua itu malah semakin sulit untuk terlelap.Dia gusar dan takut jika rencananya kali ini kembali gagal. Lantas dia terbangun dari baringnya. Sebuah kilat dan angin kencang membuat tirai di pintu balkonnya beterbangan. Sekilas terdapat sebuah siluet tubuh yang sangat dihafalnya."Leon!" desis Shello. Beranjak dari ranjang, berlari menuju balkon kamarnya. Namun bayangan itu seketika hilang.Shello melihat ke bawah dan tak menemukan siapapun yang berlari atau bersembunyi di bawah sana.Shello tersadar akan kebodohannya yang mungkin sedang berhalusinasi akan kehadiran seorang Leonard Dowson.Dia berbalik kembali ke kamarnya dengan lunglai. Sedikit menoleh sebelum dia benar-benar menutup pintunya."Kau sungguh bodoh Shello! Mengharapkan dia kembali!" gumamnya meruntuk.Lalu dia kembali menuju ranjangnya untuk tidur, setel
Richard keluar dari kamar Sheryl dalam keadaan kesal. Hatinya merutuk menyalahkan keanehan dari sikap Sheryl.Richard memilih menceburkan dirinya ke kolam renang yang berada di atap rumah itu. Dia tak peduli jika Shello menganggapnya tamu tak tahu malu dan tak tahu diri karena memakai fasilitas di rumah itu seenaknya.Richard menceburkan dirinya lalu mulai berenang ke ujung dan kembali lagi ke tepi dalam satu tarikan napas. Matanya menatap tajam saat dia melihat Shello memasuki area kolam renang."Kau di sini rupanya?!" Shello menyapa dengan melipat kedua tangan di depan dada.Dengan pakaian serba hitam dan terlihat begitu sempurna melekat di tubuh rampingnya, dengan jaket kulit dan sepatubootseperti milik Sheryl."Aku sedang kesal dengan adikmu. Jadi aku ke sini… Ada apa?" tanya Richard.Dia keluar dari kolam dan mengambil handuk di kursi panjang. Melilitkannya di pinggang, lalu berjalan mendekati Shello.
Terdiam sejenak… Richard mengerjapkan matanya menatap Sheryl yang memilih menunduk karena tak ingin menunjukkan air matanya kepada Richard."Black Swan… look at me! And say again,"pinta Richard. Mengangkat dagu Sheryl untuk menatapnya.Richard mengusap air mata yang mengalir dipipi Sheryl. Tersenyum dan menunggu Sheryl kembali mengucapkan pernyataannya."I love you," cicit Sheryl kembali menunduk tak berani menatap mata Richard.Richard mendekati wajah Sheryl. "What do you say, Black Swan? I can't hear you,"desis Richard. Lalu menyeringai, seakan tak puas jika tak mendengarnya dengan jelas.Sementara Sheryl yang mudah marah, secara tiba-tiba mendongak dan menatapnyalangRichard yang menyeringai. Seolah tahu dirinya sedang dikerjai oleh Richard."Aku mencintaimu! Kau puas?! Kenapa kau suka sekali menggodaku! sungguh menyebalkan!" sergah Sheryl. Berbalik badan berni
Di perjalanan menuju ke kota, Shello terlihat sibuk melihat gps yang dipasang di mobil Sheryl. Setelah membuat adiknya marah, dia takut Sheryl pergi jauh keluar dari German."Kau membentaknya, dan sekarang kau mengkhawatirkannya!" sindir Richard."Bukan hal yang aneh itu terjadi pada adik dan kakak. Jadi menyetir sajalah dengan benar," balas Shello ketus."Hah! Ya ampun... kau bicara seolah sedang menyuruh supirmu! Sebenarnya kau ingin kemana?" tanya Richard sedikit kesal."Terserah kau... anggaplah kau sedang mengajak seorang wanita berkencan. Jadi lakukan hobymu itu!" tukas Shello menatap Richard. Lalu meninggalkan lirikan tajam untuk kembali sibuk memperhatikan Sheryl yang mulai berhenti di sebuah tempat makan."Hah... kau memang menyebalkan!" balas Richard."Yes i am!" jawab Shello singkat tanpa menoleh."Sebenarnya kau tak perlu membentaknya begitu... Bagaimana jika yang dia katakan itu benar?" tanya Richard."Apa kau perc
Pagi yang cerah menyinari ruang kamar Sheryl. Silau dari cahaya itu menyelinap masuk memberikan hangat dan terang secara bersamaan.Sheryl bergerak dalam dekapan Richard. Pria itu sudah memandangi wajah cantik wanitanya selama setengah jam lamanya.Dia bertahan membiarkan lengannya menjadi bantal untuk Sheryl agar tidur dengan nyaman. Dan senyum yang tercetak saat ini menunjukan bahwa Richard menyukai kegiatan manis itu.Memandangi wajah Sheryl saat sedang tidur sungguh menenangkan hati dan pikirannya yang sejak semalam begitu kalut memikirkan hal buruk terjadi pada wanita itu.Sheryl tersenyum dan tersipu malu saat tatapan teduh yang tengah Richard lakukan saat ini membuatnya salah tingkah. Matanya baru saja terbuka dan pemandangan teduh itu menyambutnya sedemikian indah.Bolehkah kedua insan yang sedang jatuh cinta ini menghentikan waktu tepat saat ini juga? Atau setidaknya biarkan mereka menikmati masa indah disaat sebuah cinta baru saja ter