Karina tersenyum tak enak hati pada para tamunya, merasakan malu akibat perkataan putrinya. Shayra membuatnya naik pitam bernafas kasar, kemudian karena tak tahan Karina menarik anaknya dari sana serta membawanya menjauh setelah pamit sebentar.Ia memaksa Shayra mengikuti langkahnya dan menuju dapur.
Terlebih dahulu Karina berjaga-jaga memastikan keadaan aman tidak akan ada yang mendengar ucapan yang akan diberikannya kepada Shayra.
"Apa-apaan kamu, Shayra! Menolak lamaran Adien laki-lali mapan, banyak uang serta dapat menjamin kamu hidup mapan dan mempertanggung jawabkan kebahagianmu. Apa kamu botoh, tolol dan sedang tidak bisa menggunakan pikiranmu? Hahh!!" Omelnya marah memperingatkan putri satu-satunya itu.
"Tapi dia it--"
"Apa!!" Bentak Mamanya memotong kalimat Shayra yang belum selesai. "Tidak usah beralasan, Mama malas dengar. Mama nggak mau tahu pokoknya kamu terima lamaran Adien."
"Tida
Setelah acara lamaran resmi keluarga Adien padanya yang berlangsung dirumahnya. Shayra yang tidak mampu menolak dan dengan paksaan Shayra menyetujuinya.Akan tetapi bukan Shayra Anindya namanya jika begitu mudahnya pasrah, karena kenyataannya tidaklah sesimpel itu. Dipaksa menikah bukanlah kisah hidup seorang Shayra Anindya.Setidaknya apapun hasilnya suatu saat nanti, Shayra akan berjuang sekuat tenanganya, menolak Adien yang teramat gigih ingin menikahinya.Lisa seorang penyihir yang doyan mengancam memecatnya saja Shayra selalu lawan, apalagi sebuah rencana pernikahan yang menurutnya hanyalah akal-akalan Adien untuk balas dendam.Shayra percaya semua yang Adien lakukan hanyalah sebuah ajang balas dendamnya saja, untuk sebuah tamparan yang pernah Shayra layangkan ke pipinya. Tapi sayangnya harus tetap dalam mimpinya, karena Shayra takkan memberikan kesempatan Adien untuk menyakitinya.Mau seperti apapun dan bagaimanapun Adien berusaha menikahiny
"Ayolah, Mas Raga. Tolong aku, bantu aku ... hanya beberapa hari lalu setelahnya aku akan pergi." Shayra memohon penuh harap sambil menangkup kedua tangannya di depan dada.Sayang sekali itu tak meluluhkan hati pria yang bernama Raga. Pria yang merupakan teman kerja dan satu timnya di kantor, mengangkat bahunya tak perduli."Jangan merengek seperti ini, Shayra. Lebih baik kamu pulang temui calon suamimu pak Adien dan meminta maaflah." Raga menegaskan sekaligus menyarankan."Iya aku akan melakukannya, tapi untuk beberapa hari kedepan tolonglah, biarkan aku tinggal dirumahmu." Shayra membujuk sambil memelas penuh harap.Sebenarnya ia bisa saja ke hotel akan tetapi antek-antek Adien pasti akan mudah menemukannya. Lalu mereka melapor pada Adien dan masa depannya bisa terancam.Sahabat yang dimilikinya hanya Dinda dan orang kedua yang dipercayainya adalah Raga. Pria yang sudah dianggapnya seperti ka
'Jangan marah, jangan mengamuk dan bersabarlah Shayra! Ok tarik nafas lalu buang perlahan-lahan.' Shayra membatin berusaha menahan diri.Pria yang bernama Adien benar-benar mengujinya saat ini. Bagaimana mana tidak?Shayra tidak pernah menerima menerima lamarannya, tapi Adien dengan seenaknya membawanya ikut menyebar undangan penikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.Bukan cuma hal itu, masalah lain yang baru saja Shayra ketahui sungguh jahat membuatnya keningnya mengerut. Rasanya kepalanya mau meledak sangking membuat pening. Tak kala penjelasan Adien mengenai persiapan pernikahan mereka yang sudah hampir selesai dan mencapai sembilan puluh persen selesai.Gedung, gaun pernikahan, undangan, cincin dan sebagainya sudah selesai Adien persiapkan dan tinggal beberapa hal lagi yang belum.Sungguh pria itu ber
Percayalah walaupun Shayra sedang melakukan liburan berkelana ke luar kota untuk menikmati pantai, nyatanya Shayra hanya bergelung di kamar hotelnya.Shayra hanya tidur, makan dan tidur selama dua hari berturut-turut. Meski kabur dari acara pernikahannya adalah rencananya sendiri, nyatanya hal itu tetap saja membuat Shayra kepikiran. Perasaan Shayra tak enak dan mengkhawatirkan ibunya.Tapi apa boleh buat ia benar-bebar tidak mau menikah dengan seorang Adien.Pada saat bosan menghampiri barulah Shayra keluar kamar hotelnya. Gadis itu menuju pantai untuk merilekskan diri dan membuang kejenuhannya. Siang yang terik sepertinya sangat cocok untuk berjemur atau mungkin berenang.Shayra pun hendak membuka pakaiannya akan tetapi baru dua kancing bajunya yang terlepas, sesuatu terlempar keras kearahnya. Sontak Shayra menangkapnya dan ternyata itu adalah jas seorang pria.Shayra mengerut lantas melepas
Shayra menatap atap langit-langit kamar tempatnya berada dengan tatapan kosong. Wanita itu terdiam sambil duduk di tempat tidur menyandar pada kepala ranjang.Ada banyak alasan yang membuatnya merasa tidak hidup atau sekarang ingin mati saja.Beruntungnya akal sehat masih menguasainya, Shayra tidak menjadi gila setelah hal terburuk yang ia hindarkan kini kejadian dan sedang menimpanya.Beberapa saat kemudian Shayra mulai berpikir dan merutuk dalam hatinya. Ribuan umpatan yang tersimpan erat siap meledak untuk mencaci maki pria yang berbaring pulas jug nyenyak yang berada disampingnya.Ya pria itu adalah Adien Raffasyah Aldebaran memangnya siapa lagi?Beberapa saat lalu pria itu dengan tanpa perasaan merubah status Shayra dari gadis menjadi wanita. Shayra terluka, Shayra kecewa dan Shayra amat teramat terluka. Tapi memangnya mau bagaimana lagi, mau berteriakpun apa yang direnggut takkan bisa kem
Selang lima menit kemudian setelah Shayra menutup matanya, wanita itu tiba-tiba saja membuka kelopak mata dan melotot disertai raut wajah syok."Tunggu!" Celetuknya sambil menoleh menatap Adien dan mengulurkan telapak tangannya untuk merasakan suhu tubuh Adien."Kamu benar-benar sakit? Duh gimana ini ...," ratap Shayra tak percaya dilanda kebingungan.Wanita itu mengusap wajahnya kasar sambil mendengus kesal. Dia dan pria yang sakit disampingnya terjebak dalam kamar hotel berdua, Shayra kebingungan tak tahu harus melakukan apapun dan Shayra tak tahu cara keluar, juga tak tahu harus berbuat apa kepada Adien.Namun jelas saat ia bangkit rasa tak enak menyertai tubuhnya dan hal itu menyebabkan umpatan yang keluar dari mulutnya tak terelakkan."Brengs*k dan menyusahkan saja. Ch!! Mau gue tinggal tapi akutuh masih punya jiwa peri yang baik
Percaya atau tidak, Shayra dan Adien sungguh mengurung di dalam kamar selama dua hari. Entah apa alasan dibaliknya, padahal Adien sendiripun juga sudah membaik dua hari lalu. Pria itu dengan mudahnya mengenyahkan rasa sakit pada tubuhnya.Entahlah apa yang membuat Adien sudah seperti orang sakti saja, akan tetapi tubuhnya yang kokoh disertai dada bidang miliknya mungkin adalah alasan dibaliknya. Dari bentuk tersebut dapat diketahui bahwa Adien adalah pria yang suka olahraga dan itu juga yang membuat ia cepat sembuh, ditambah luka pada kepalanya yang didapatkannya dari Shayra telah diobati.Orang yang mengobatinya tidak lain adalah Shayra yang terpaksa melakukannya setelah Adien mengancamnya.Kini Adien menunjukkan kekuasaannya dihadapan Shayra, sedangkan Shayra sendiri tidak berdaya melawannya.Boleh jadi Shayra hebat dalam perang debat melawan Adien, tapi dalam hal kekuasaan, keuangan, kekuatan, serta hal lai
Shayra berjalan mengiring langkahnya dengan bersemangat. Setelah dua minggu berlalu sejak dia dan Adien menghabiskan waktu libur alias bulan madu sebelum menikah ala mereka, kini keduanya pulang.Turun dari pesawat tangan lancang Adien langsung saja mendarat dengan seenaknya di pinggang Shayra. Menyadari hal itu Shayra hanya menyipitkan matanya pertanda ia tak suka, namun ia tidak menepis ataupun protes.Shayra sudah terlalu lelah ia melakukan hal itu, menepis tangan Adien merupakan hal yang sia-sia dan menurut Shayra ujung-ujungnya hal itu hanya akan membuat Adien memaksakan kehendaknya.Bagian buruknya pria itu selalu muncul sebagai pemenang hampir dalam semua hal. Berdebat dengannya hanya akan mengakibatkan kepala Shayra menjadi pusing dan meladeninya akan mengakibatkan perasaan Shayra terombang-ambing ingin meledak.Intinya Shayra terhadap Adien, yasudahlah, biarkan pria itu melakukan apapun kemauannya. Te