Keana membelalakkan matanya, ini sungguh luar biasa, melihat bagaimana pria ini dari manusia berubah menjadi setengah ikan. Keana yang tadinya menjauh mendekat ke bathub. Keana menatap ekor milik pria itu, sangat indah dengan warna hitam pekat yang mengkilat. Saat Keana ingin menyentuhnya, pria itu menggeram.
"Apakah sakit?" tanya Keana lembut, pria itu mulai tenang saat keana mengusap pelan ekornya. Keana dapat merasakan betapa licinnya ekor tersebut. Sadar dari rasa takjubnya, Keana buru-buru berdiri.
"Aku akan membersihkanmu," kata Keana, ia mulai menyabuni tubuh Pria itu, kain yang menutupinya telah Keana singkirkan. Dari kepala hingga ekor telah Keana sabunkan, hanya tinggal membilasnya. Tapi Keana berhati-hati pada bagian yang terluka, luka itu seperti goresan panjang.
"Bagaimana cara agar kamu jadi manusia lagi?" tanya Keana disela bilasannya. Pria itu masih di dalam bathub.
"Aa ...." Keana tetawa mendengar balasan pria itu.
"Nah, selesai," kata Keana. Ia membuka tutup saluran pembuangan air yang ada di dalam bathub, dan air pun berkurang hingga akhirnya habis.
"Arghh."
"Astaga!"
~~~
Keana berdiri, di depannya pria itu tadi sukses membuatnya jantungan lagi karena transformasi ekornya menjadi kaki. Astaga ini tidak seperti cerita duyung yang sering dibaca atau ditontonnya bukan? Akan menjadi ekor ketika terkena air dan menjadi kaki saat di daratan? Keana memegang kepalanya, ia pusing juga mengantuk. Sudah hampir tengah malam dan wajar saja Keana lelah. Apa lagi hal tidak normal yang ia lihat.
Kini mereka berada di ruang tamu, untung saja orang lain tidak datang mendengar teriakan pria ini. Pria itu telah diberinyanya pakaian mendiang ayahnya, agak sempit memang tapi mau bagaimana lagi? Lagi-lagi Keana mendengus saat ingat bagaimana ia memakaikan pakaian untuk pria ini. Keana juga telah mengobati luka yang memanjang di kakinya itu.
Keana sebenarnya cukup terkejut, pria ini tidak dapat bicara Keana pikir ia dapat bicara atau setidaknya mengerti bahasa manusia. Tapi ternyata tidak, Keana terlalu banyak menonton film sepertinya.
"Kau tidur di sini, aku mau mandi dulu," kata Keana. Di ruang tamu ini ia sudah membentangkan kasur angin untuk tidur pria itu, semua didorong oleh rasa kemanusiaannya walau pria di depannya ini bukan manusia.
Setelah membantu pria itu berbaring, Keana pergi ke kamarnya bersiap untuk mandi. Di rumah Keana hanya ada satu kamar, karena ini adalah rumah yang di belinya setelah menjual rumah mendiang orang tuanya.
Pandangan pria itu mengikuti Keana, ia masih menatap punggung Keana yang menghilang di balik pintu. Perlahan ia merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya, rasanya seperti ada sesuatu yang mendorong kedua matanya untuk tertutup dan tak lama kemudian ia telelap.
Keana keluar dari kamar mandi, lalu melihat kearah tamu, pria itu tertidur pulas, wajahnya terlihat sangat polos, dari postur tubuhnya dan wajah Keana menebak usia pria tua beberapa tahun darinya.
"Kau dari laut mana sebenarnya? Apa kau benar-benar makhluk mitologi atau makhluk percobaan?" Keana bertanya walau ia tahu tidak akan mendapatkan jawaban.
"Kau juga tidak punya nama." Keana mendekati pria yang tertidur telentang itu lalu duduk di sisinya. Kemana memperhatikan wajah tampan pria itu.
Tangan Keana terangkat memegangi dagunya. "Apa aku harus memberimu nama?" Keana berfikir nama yang cocok untuknya.
"Nathan? Jack?" Keana menggeleng kenapa juga harus memberi nama sahabatnya itu. "Sergio." Keana terkekeh. Apaan itu, Keana sudah seperti memberi nama seorang anak saja .
Keana pun pergi ke kamarnya dan tidur, ini sudah tengah malam lewat dan ia sangat lelah, Keana merebahkan diri diatas ranjangnya dan terlelap.
"Mungkin aku akan memberikannya nama besok hari."
~~~
Brakk
Keana terlonjak mendengar keributan di luar kamarnya, ini sudah jam 7 pagi dan Keana terlambat untuk bangun. Buru-buru Keana keluar kamarnya dan melihat apa yang terjadi.
Pria itu tengah mencoba berjalan, itulah setidaknya yang ditangkap oleh penglihatan Keana, karena pria itu berpegangan pada kursi tamu. Melihatnya Keana langsung mendekati pria itu dan membantunya untuk duduk. Ah, Keana hidupmu tidak akan lagi sama dengan kehadiran makhluk yang bukan manusia.
Keana berdiri seraya berkacak pinggang. "Tunggu sebentar, aku akan buat sarapan." ucap Keana. Sepertinya ia tidak akan bekerja untuk hari ini.
Keana memakan telur gulung yang telah dibuatnya, sama halnya dengan pria yang duduk berhadapan dengannya ini juga makan dengan lahap dengan menggunakan kedua tangannya, melihatnya Keana hanya bisa maklum.
"Arthur." Keana bersuara membuat pria di depannya menatap Keana.
"Mulai sekarang namamu Arthur, ya," kata Keana. Ia kembali memberikan senyum manisnya. Arthur tercengang untuk sesaat, tapi, ia kembali melanjutkan makannya.
Teringan sesuatu Keana mengambil ponselnya. "Sepertinya aku tidak akan bekerja, aku harus menghubungi Jack." Keana mencari kontak Jack lalu menelepon sahabatnya itu.
"Ya, Halo."
"....""Jack, aku izin hari ini tidak bekerja ....Tidak, aku tidak sakit, hanya saja aku ada urusan." "....""Iya, terima kasih, Jack."Keana menyimpan ponselnya lalu kembali melanjutkan sarapan yang tertunda. Meja makan yang biasanya hanya diisi oleh dirinya seorang kini sudah ada yang menemani, memikirkannya membuat Keana merasa cukup senang.
"Oh iya, Arthur kau disini hanya sampai luka di kakimu sembuh,ya. Setelah itu aku akan mengembalikanmu ke laut," cetus Keana. Menurutnya pria ini harus kembali ke lautan.
Keana dengan telaten mengobati luka yang ada di kaki Arthur, pria itu sesekali meringis saat Keana mengoleskan obat merah di kakinya, luka di kaki Arthur bentuknya memanjang di bagian betisnya, seperti terkena benda tajam. Namun tidak seperti tadi malam, luka ini terlihat sudah membaik. Setelah selesai, Keana membalutnya dengan perban."Ahh, bosan juga, ya," kata Keana. "Bagaimana kalau kau belajar berjalan saja?" tanya Keana antusias. Sepertinya ia harus mengajari Arthur berjalan, tidak mungkin juga ia harus mendorong Arthur memakai gerobak ketika ia mengembalikan pria itu ke laut.Keana berpikir sejenak. "Tapi, aku tidak yakin, kakimu masih sakit nanti saja, sekarang kau istirahat saja," kata Keana. Ia membiarkan Arthur duduk di kursi sedangkan ia pergi ke kamar. Mungkin ia akan mengajarinya nanti, yang penting Arthur akan beristirahat terlebih dahulu hingga kakinya sembuh.Jam menunjukan pukul 11 siang, Keana bergegas
Keana telah bersiap siap, sore ini juga ia akan mengembalikan Arthur ke laut. Jam di dinding menunjukan pukul 5 dan rencananya Keana akan pergi mengantar Arthur ke tempat di mana ia menemukannya pertama kali."Ayo," ajak Keana lalu ia menarik tangan Arthur keluar rumah. Sebelum pergi ia memastikan pintu rumahnya terkunci rapat, meski tidak ada benda berharga tapi rumah yang dibobol maling itu sangat tidak bagus. Mereka bisa saja membuat rumah Keana nanti berantakan."Aku akan mengantarmu ke tempat kita pertama kali bertemu, di sana tempatnya sepi, jadi akan akan aman." Arthur menoleh ketika Keana bersuara. "Oh, satu lagi, jangan lupakan aku,ya." Keana masih saja berceloteh walau tidak ditanggapi oleh Arthur. Pria itu hanya menatapnya.Arthur masih saja diam sambil memperhatikan Keana, seperti ada sesuatu yang membuatnya tetap terpaku untuk menatap gadis itu. Menatap paras cantik yang membuatny
Keana melongo, sedangkan Arthur telah melepaskan jabatan tangannya dengan Jack. Tapi buru-buru Keana menguasai diri. Tapi, sungguh, Arthur yang tiba-tiba berbicara itu sangat mengejutkannya. Semenjak tadi pria itu hanya diam, seperti tidak tahu apa-apa."Kalian sendiri kenapa ada di sini?" Jack bertanya kepada Keana. Sedikit curiga karena tidak biasanya Keana berjalan-jalan dengan seorang pria yang terlihat seperti 25 tahu ini."A-aku hanya ingin jalan-jalan, dan kebetulan aku bertemu dengan Arthur di sini," jelas Keana dengan kebohongannya, dalam hati ia meringis karena banyaknya kebohongannya hari ini. Maafkan aku, Jack."Benarkah? Bukan kencan?" Angelina bersidekap menatap pasangan di depannya, dengan cepat Keana melepaskan genggaman tangan Arthur."Tentu saja bukan!" bantah Keana."Okay, kalau begitu aku dan Angelina pergi dulu." Jack dan Angelina pun berlalu, meninggalkan Arthur d
"Aku akan bekerja, kau tunggu saja di rumah, aku juga sudah meninggalkan makan untuk makan siang mu nanti," ujar Keana seraya memakai sepatunya, tidak mungkin rasanya jika ia membawa Arthur ikut bersamanya nanti Jack pasti akan bertanya-tanya. Jack memang cerewet, tapi begitu peduli kepada. Sahabat pirangnya itu memang selalu begitu."Apakah tidak boleh ikut?" Arthur menatap Keana memohon. Ia ingin ikut dengan Keana.Keana menggeleng. "Tidak bisa, ini pakailah ponselku dari pada kau bosan dirumah." Keana menyodorkan ponselnya kepada Arthur. Arthur menerimanya tapi jelas sekali raut tidak rela di wajahnya."Tapi-""Di rumah saja, nanti aku usahakan cepat pulang," potong Keana. Arthur sudah seperti anak kecil saja ya g minta dibawa.Arthur menunduk, ada rasa tidak rela di dalam hatinya ketika Keana melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Arthur tidak ingin kesepian."Dah ...
TokTokTok"Arthur!" Keana mengetuk pintu depan rumahnya, namun tidak ada jawaban. Kembali Keana mengetuknya tapi sama saja. Tidak ada respon. Keana memutuskan untuk mendorong pintu yang tidak dikunci itu lalu masuk dalam rumah."Astaga!" Di atas lantai sana, Arthur sedang tidur dengan posisi tengkurap, Keana menggelengkan kepalanya lalu mendekati Arthur. Padahal ada kasur angin yang bisa digelar untuk tidur, tapi Arthur malah memilih untuk tidur di lantai."Hei, Arthur," panggil Keana pada Arthur yang tak kunjung bangun. Keana menggoyangkan bahu Arthur, pria ini harus bangun.Usaha Keana berhasil, Arthur perlahan membuka matanya, menguceknya lalu duduk. "Keana!" Arthur yang melihat Keana langsung saja menghambur memeluknya, hingga gadis itu terjungkal ke belakang dengan posisi Arthur yang menindihnya."Aduh, berat," protes Keana sembari mendorong dada Arthur yang menghimpitnya. Ap
"Keana, pria tadi siapa?" tanya Arthur begitu mereka telah sampai di rumah, saat ini jam menunjukan pukul 6 sore dengan langit yang tadinya berwarna biru telah berganti dengan warna oranye. Mereka cukup lama menghabiskan waktu.Keana menatap Arthur, ia bisa menangkap nada jengkel yang pria itu katakan. Meski tidak terlalu kentara. "Arlan? Dia hanya kenalan, tadi tidak sengaja aku bertemu denganya, kenapa?" Keana balik bertanya setelah menjelaskan siapa pria tadi.Arthur mengalihkan pandangannya, ia menatap dinding rumah. "Dia seperti orang jahat," komentar Arthur. Keana mengerinyit heran, kenapa Arthur bisa berfikiran seperti itu?"Jahat? Bagaimana kau bisa tahu?""Dia itu selalu mengajak Keana berbicara tidak hanya itu ia juga mencoba mendekati Keana, seolah-olah ingin merebut Keana dariku." Kalimat terakhir hanya mampu Arthur katakan hati.Keana terkekeh, kenapa Arthur aneh begini. A
"Jack, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ujar Keana. Saat ini ada yang harus ini bicarakan dan ini penting.Jack menaikan alisnya, kenapa Keana tidak langsung mengatakannya saja? "Apa?"Keana melirik sekitarnya, di sini terlalu ramai. "Bisakah kita bicara di ruanganmu saja?" pinta Keana."Baiklah." Mereka pergi ke ruangan Jack. "Jadi apa?" tanya Jack, ia duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Keana berdiri di depan.Keana terlihat agak ragu, gadis itu sesekali menghela nafas. "Aku ingin mengajukan pengurangan jam kerja, maksudku aku ingin bekerja sampai jam 3 dan kau boleh memotong gajiku." Keana menunduk dan meremas tangannya sendiri, Jack memang sahabatnya tapi tetap saja ia merasa tidak enak.Jack terdiam sama halnya dengan Keana yang berharap-harap cemas. "Baiklah, tapi apa alasannya?" Akhirnya Jack bersuara. Keana mengangkat wajahnya. Apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur jika
"Jack!"Keana terkejut begitu Jack datang dan memukul keras kepala Arthur dengan vas bunga hingga vas bunga itu pecah. Jack menghampiri Keana dan langsung menyingkirkan tubuh Arthur, mendorongnya hingga Arthur jatuh di lantai."Kau tidak apa-apa?" Jelas sekali raut cemas di wajah Jack, ia memindai tubuh Keana dari atas ke bawah. Jack membuka blazernya dan menutup bagian tubuh Keana yang terbuka.Jack merogoh ponselnya. "Aku akan lapor polisi." Jack mendial nomor polisi.Keana yang melihat itu panik. "Tunggu!" cegah Keana. Sebenarnya Keana merasa ada yang aneh, kenapa Arthur bisa melakukan ini. Arthur itu polos. Keana tahu itu.Jack menatap Keana. "Ada apa? Keana?" Jack heran, ini pelecehan dan pelaku harus dilaporkan. Kenapa Keana mencegahku."Ugh." Arthur mengusap kepalanya, lalu berdiri. Kepalanya sedikit terasa sakit kerena ia merasa terkejut luar biasa tadi. Ketika mel