Share

Bab 4

Keana membelalakkan matanya, ini sungguh luar biasa, melihat bagaimana pria ini dari manusia berubah menjadi setengah ikan. Keana yang tadinya menjauh mendekat ke bathub. Keana menatap ekor milik pria itu, sangat indah dengan warna hitam pekat yang mengkilat. Saat Keana ingin menyentuhnya, pria itu menggeram.

"Apakah sakit?" tanya Keana lembut, pria itu mulai tenang saat keana mengusap pelan ekornya. Keana dapat merasakan betapa licinnya ekor tersebut. Sadar dari rasa takjubnya, Keana buru-buru berdiri.

 "Aku akan membersihkanmu," kata Keana, ia mulai menyabuni tubuh Pria itu, kain yang menutupinya telah Keana singkirkan. Dari kepala hingga ekor telah Keana sabunkan, hanya tinggal membilasnya. Tapi Keana berhati-hati pada bagian yang terluka, luka itu seperti goresan panjang.

"Bagaimana cara agar kamu jadi manusia lagi?" tanya Keana disela bilasannya. Pria itu masih di dalam bathub.

"Aa ...." Keana tetawa mendengar balasan pria itu.

"Nah, selesai," kata Keana. Ia membuka tutup saluran pembuangan air yang ada di dalam bathub, dan air pun berkurang hingga akhirnya habis.

"Arghh." 

"Astaga!"

~~~

Keana berdiri, di depannya pria itu tadi sukses membuatnya jantungan lagi karena transformasi ekornya menjadi kaki. Astaga ini tidak seperti cerita duyung yang sering dibaca atau ditontonnya bukan? Akan menjadi ekor ketika terkena air dan menjadi kaki saat di daratan? Keana memegang kepalanya, ia pusing juga mengantuk. Sudah hampir tengah malam dan wajar saja Keana lelah. Apa lagi hal tidak normal yang ia lihat.

Kini mereka berada di ruang tamu, untung saja orang lain tidak datang mendengar teriakan pria ini. Pria itu telah diberinyanya pakaian mendiang ayahnya, agak sempit memang tapi mau bagaimana lagi? Lagi-lagi Keana mendengus saat ingat bagaimana ia memakaikan pakaian untuk pria ini. Keana juga telah mengobati luka yang memanjang di kakinya itu.

Keana sebenarnya cukup terkejut, pria ini tidak dapat bicara Keana pikir ia dapat bicara atau setidaknya mengerti bahasa manusia. Tapi ternyata tidak, Keana terlalu banyak menonton film sepertinya. 

"Kau tidur di sini, aku mau mandi dulu," kata Keana. Di ruang tamu ini ia sudah membentangkan kasur angin untuk tidur pria itu, semua didorong oleh rasa kemanusiaannya walau pria di depannya ini bukan manusia.

Setelah membantu pria itu berbaring, Keana pergi ke kamarnya bersiap untuk mandi. Di rumah Keana hanya ada satu kamar, karena ini adalah rumah yang di belinya setelah menjual rumah mendiang orang tuanya.

 Pandangan pria itu mengikuti Keana, ia masih menatap punggung Keana yang menghilang di balik pintu. Perlahan ia merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya, rasanya seperti ada sesuatu yang mendorong kedua matanya untuk tertutup dan tak lama kemudian ia telelap.

Keana keluar dari kamar mandi, lalu melihat kearah tamu, pria itu tertidur pulas, wajahnya terlihat sangat polos, dari postur tubuhnya dan wajah Keana menebak usia pria tua beberapa tahun darinya.

"Kau dari laut mana sebenarnya? Apa kau benar-benar makhluk mitologi atau makhluk percobaan?" Keana bertanya walau ia tahu tidak akan mendapatkan jawaban. 

"Kau juga tidak punya nama." Keana mendekati pria yang tertidur telentang itu lalu duduk di sisinya. Kemana memperhatikan wajah tampan pria itu.

Tangan Keana terangkat memegangi dagunya. "Apa aku harus memberimu nama?" Keana berfikir nama yang cocok untuknya.

"Nathan? Jack?" Keana menggeleng kenapa juga harus memberi nama sahabatnya itu. "Sergio." Keana terkekeh. Apaan itu, Keana sudah seperti memberi nama seorang anak saja . 

Keana pun pergi ke kamarnya dan tidur, ini sudah tengah malam lewat dan ia sangat lelah, Keana merebahkan diri diatas ranjangnya dan terlelap.

"Mungkin aku akan memberikannya nama besok hari." 

~~~

Brakk

Keana terlonjak mendengar keributan di luar kamarnya, ini sudah jam 7 pagi dan Keana terlambat untuk bangun. Buru-buru Keana keluar kamarnya dan melihat apa yang terjadi.

Pria itu tengah mencoba berjalan, itulah setidaknya yang ditangkap oleh penglihatan Keana, karena pria itu berpegangan pada kursi tamu. Melihatnya Keana langsung mendekati pria itu dan membantunya untuk duduk. Ah, Keana hidupmu tidak akan lagi sama dengan kehadiran makhluk yang bukan manusia.

Keana berdiri seraya berkacak pinggang. "Tunggu sebentar, aku akan buat sarapan." ucap Keana. Sepertinya ia tidak akan bekerja untuk hari ini.

Keana memakan telur gulung yang telah dibuatnya, sama halnya dengan pria yang duduk berhadapan dengannya ini juga makan dengan lahap dengan menggunakan kedua tangannya, melihatnya Keana hanya bisa maklum.

"Arthur." Keana bersuara membuat pria di depannya menatap Keana.

"Mulai sekarang namamu Arthur, ya," kata Keana. Ia kembali memberikan senyum manisnya. Arthur tercengang untuk sesaat, tapi, ia kembali melanjutkan makannya.

 Teringan sesuatu Keana mengambil ponselnya. "Sepertinya aku tidak akan bekerja, aku harus menghubungi Jack." Keana mencari kontak Jack lalu menelepon sahabatnya itu.

"Ya, Halo."

"...."

"Jack, aku izin hari ini tidak bekerja ....

Tidak, aku tidak sakit, hanya saja aku ada urusan." 

"...."

"Iya, terima kasih, Jack."

Keana menyimpan ponselnya lalu kembali melanjutkan sarapan yang tertunda. Meja makan yang biasanya hanya diisi oleh dirinya seorang kini sudah ada yang menemani, memikirkannya membuat Keana merasa cukup senang.

"Oh iya, Arthur kau disini hanya sampai luka di kakimu sembuh,ya. Setelah itu aku akan mengembalikanmu ke laut," cetus Keana. Menurutnya pria ini harus kembali ke lautan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status