Keana berpikir keras, bagaimana membawa makhluk ini ke rumahnya apalagi manusia setengah ikan ini tidak dapat berjalan. Haruskah ku gendong? Keana menggelengkan kepalanya, mana mungkin tubuh besar itu bisa digendong olehnya. Tubuhnya kecil, jauh sekali dengan tubuh besar makhluk yang Keana tebak sekitar 185 cm itu.
Akhirnya Keana memutuskan memapahnya saja, ia mendekat lalu membantunya berdiri, agak sulit karena beberapa kali pria itu terjatuh, ya lebih baik di panggil 'Pria' dari pada 'Makhluk' mengingat ia sudah seperti manusia.
Setelah berhasil membuat pria itu berdiri, Keana cukup terkejut, ternyata pria itu benar-benar tinggi, ia hanya sebatas bahunya dan itu membuat sulit untuk membawanya pulang. Ditambah dengan bobot berat pria itu.
"Argh! Susah!" Keana jadi jengkel sendiri, tubuhnya terlalu pendek untuk menopang pria itu. Sedangkan pria itu hanya menatap Keana polos dengan mulut tertutup, tidak menampakan taringnya tadi. Keana mendudukkan pria itu ke batu karang di samping karang besar tadi.
Keana berpikir lagi. "Tunggu sebentar," kata Keana ketika ia ingat sesuatu. lalu ia berlari menjauh.
Keana mencari benda yang dapat membawa pria itu tanpa harus kesusahan. Mata Keana bergerak liar ke sekitarnya hingga matanya berbinar saat melihat sebuah gerobak. Langsung saja Keana mendekatinya, ada banyak sampah di dalamnya namun tidak masalah, Keana bisa membuangnya di tong sampah.
~~~~
"Tadaa!" Dengan penuh semangat Keana menunjukan benda yang akan membawa pria ini kerumahnya, dengan gerobak ini pasti akan lebih memudahkannya.
Sedangkan pria itu hanya menatap gadis berambut coklat itu dengan pandangan datar, menanti-nanti apa yang akan gadis itu lakukan kepadanya. Keana mendekat, kemudian membantu pria itu untuk naik ke dalamnya, setelah itu keana menarik gerobak itu, sebelumnya ia telah menutup gerobak itu dengan terpal bekas yang ditemukannya. Bahaya jika ada yang melihatnya membawa pria dengan kondisi seperti ini.
Setelah susah payah mendorong gerobak, akhirnya Keana tiba juga di gang masuk rumahnya, gang kecil yang tidak bisa dilewati oleh mobil. Memang, rumah Keana letaknya agak terpencil berjarak jauh dengan rumah tetangga lainnya.
Keana kembali mendorongnya, keringat sudah membasahi tubuhnya. Ia merasa haus juga ingin mandi. Kemana yakin, tubuhnya juga pasti bau sekali.
"Akhirnya ...." Keana tiba di rumahnya, lalu menaikan gerobak itu hingga teras, tanpa mengeluarkan pria yang diambilnya dari pantai tadi Keana langsung tidur terlentang di sana. Mengatur nafas, barulah Keana bangkit untuk mengeluarkannya.
Keana mendekati gerobak itu kemudian membuka terpal yang menutupi. "Umh, kau berat sekali," gerutu Keana. Ia memapah pria itu lalu mengeluarkan kunci dari tas kecilnya, kemudian membuka pintu.
Keana masuk kemudian mendudukkan pria itu ke atas kursi yang ada di ruang tamu, lalu ia ikut duduk di sebelahnya. Lagi-lagi Keana mengatur napasnya.
"Aaa." Keana mendelik mendengar suara pria itu. "Apalagi? Tunggu sebentar, aku lelah!" kata Keana, ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Betapa lelahnya.
Keana bangkit lalu menoleh melihat keadaan pria itu, seperti orang gila tampan. Keana menggelengkan kepalanya, tubuh pria itu penuh pasir yang menempel, ditambah dengan kuku dan rambut yang panjang belum lagi tanpa pakaian kecuali jaket yang Keana berikan tentunya. Sepertinya Keana harus membersihkan pria ini sebelum dirinya sendiri.
Keana menarik lengan kekar pria itu, lalu melingkarkan kepundaknya sendiri dan membantu pria itu ke kamar mandi. Ya ia akan memandikan pria ini. Entah apa yang Keana pikiran, mulai dari membawanya pulang hingga berencana untuk memandikannya.
Keana mendudukkan pria itu ke sebuah kursi yang telah ia letakan sebelumnya. Ia berencana memotong rambut pria ini. Keana keluar dari kamar mandi untuk mengambil gunting dan beberapa benda yang diperlukan.
Mengangkat gunting. "Rambutmu harus dipotong," kata Keana seraya ia bersiap mengguntingnya namun tangannya di cekal oleh pria itu, disusul dengan geraman seperti yang pernah keana dengar sebelumnya.
Keana agak panik, geraman itu berarti pria itu marah atau kesal. Keana mencoba melepaskan cekalan itu, tapi manusia setengah ikan itu terlalu kuat. Keana meringis, ia tidak mau dicakar lagi. Rasanya sakit.
Keana berpikir cara membuatnya tenang, tidak ada pilihan lain, Keana mengusap kepala pria itu lembut, sangat lembut hingga pria itu berhenti menggeram. Pria itu juga menutup matanya hingga cekalannya terlepas.
Gadis dengan warna mata yang senada dengan rambutnya itu menghela nafas lega, kemudian ia mengusap pergelangan tangannya. Lalu berjongkok di hadapan pria itu.
"Tenang saja, aku hanya ingin membersihkanmu," ujar Keana lembut. Keana juga tersenyum meyakinkan. Ia hanya ingin merapikan rambut hitam milik manusia setengah ikan itu.
Tidak menemukan perlawanan membuat Keana mulai memotong rambut sepunggung milik pria itu, rambut pria itu sepertinya telah pernah dipotong tapi tidak beraturan. Setelah selesai Keana juga memotong kuku milik pria itu, Keana takut nanti kuku itu melukainya lagi. Kembali ada perlawananan tapi Keana sudah tahu cara menenangkannya.
"Sekarang waktunya mandi!" Keana berujar ceria yang hanya di balas oleh tatapan polos dari pria itu. Keana mendekat lalu menutupi tubuh pria itu dengan kain yang telah di siapkan, ia membuka jaket miliknya yang melingkar di pinggang pria itu. Keana malu sendiri jika harus melihat pria itu tanpa busana, dan menutup pria itu dengan kain adalah solusi tepat. Tidak keseluruhan, Keana hanya menutupnya dari pinggang hingga paha pria itu.
Keana menarik pria itu agar masuk ke dalam bathub yang telah Keana isi penuh. Keana berbalik mengambil sabun, namun raungan kesakitan kembali mengejutkan Keana. Lantas Keana berbalik melihat pria itu. Sabun yang di pegang Keana terjatuh.
"Argh!"
Yang lebih mengejutkan Keana, kaki pria itu kembali menyatu dengan sendirinya, patahan tulang mulai terdengar. Keana menatap ngeri melihat bagaimana kulit itu menyatu dan membentuk seperti ekor ikan, sisik-sisik mulai muncul dengan sendirinya.
Deburan suara ombak menjadi latar belakang suara perpisahan mereka, Arthur kini telah berada di dalam air, tubuhnya juga sudah menjadi setengah bukan lagi. Di daratan sana Jack dan Angelina memandang mereka berdua dari jauh, membiarkan Keana mengucapkan perpisahannya dengan Arthur. Hari juga telah menjadi gelap dan di pantai ini sangat sepi satu-satunya penerangan adalah bulan purnama yang bersinar terang di atas sana."Keana ...."Keana menghapus air matanya, ia benci ini. Keana selalu membenci perpisahan, perpisahan selalu meninggalkan luka di hatinya dan butuh waktu untuk sembuh, perpisahan selalu meninggalkan lubang di hatinya. Baru beberapa bulan yang lalu ia merasa hatinya penuh sekarang Keana harus kembali merasakan hatinya remuk kembali."Arthur, kau harus kembali. Pergilah yang jauh, jangan sampai ada manusia yang menemukanmu!" Air mata Keana semakin bercucuran ketika ia mengatakan itu, hatinya menolak perpisahan
"Keana, sebaiknya kau di belakang saja, ketika aku melawan mereka kau carilah cara untuk membebaskan Arthur, oke?" Jack mengambil sebuah batang besi yang berada di dekatnya, ia cukup heran mengapa di ruangan ini terdapat banyak besi yang rata-rata sepanjang 1 meter itu .Keana khawatir dengan Jack. "Jack, kau yakin?" tanya Keana. Jack akan melawan dua orang gila di depannya, jika Angelina tahu pasti Angelina akan melarang Jack melakukan itu.Jack tersenyum pada Keana, jenis senyuman yang menenangkan. "Tenang saja, aku masih muda. Melawan orang tua seperti mereka tidak masalah buatku." Jack maju dan Keana tidak dapat mencegah Jack ketika pria itu memulai serangnya.Erwin dan Jeff juga begitu, mereka langsung menuju Jack dengan berlari, tidak lupa besi yang mereka bawa. Dan pertarungan antara mereka pun tidak dapat dielakkan."Matilah!"Sementara itu, Keana lewat di tepi, ia menuju Arthur yang terikat di dalam sebuah kotak. Setengah badan Arthur bera
"Sial, bagaimana ini terjadi?!" Jeff hanya bisa mengumpat ketika laboratorium miliknya diterobos begitu saja oleh beberapa orang-orang yang tidak diketahui siapa dan apa tujuan mereka. Sekarang mereka semua berada di depannya, beberapa dari mereka berpakaian baju hitam dengan lambang seperti berasal dari suatu organisasi."Siapa kalian? Apa kalian berasal dari pemerintahan?" teriak Jeff. Orang-orang itu tidak mendengarkan, mereka malah masuk dan menerobos melewati Jeff dan Erwin yang mencoba menahannya. "Sialan, jangan masuk ke sana. Kalian tidak ada hak untuk melakukan ini!" Erwin menahan salah satu orang yang melewati mereka begitu saja.Orang yang menerobos itu, Detektif Han menatap Jeff dengan pandangan datarnya. "Dan kalian tidak bisa melakukan percobaan ilegal seperti itu terhadap Arthur, sekarang kami akan mengambil Arthur itu kembali."Jeff terkejut, maupun dengan Erwin. "Sial, bagaimana mungkin ...." Jeff tidak tahu bagaimana mereka mengetahui ini, d
Arlan beserta para bawahannya telah diserahkan ke kantor polisi beserta beberapa barang bukti. Gadis yang diculik itu juga dijadikan sebagai saksi dan dimintai keterangan, meski sedikit trauma tapi ia bisa mengatasinya. Sekarang tinggallah Keana yang harus segera mencari keberadaan Arthur."Dari data yang diperoleh memang benar, jika Arlan memiliki ayah yang dulunya adalah seorang ilmuwan. Tapi sekarang ia sudah tidak aktif lagi melakukan penelitian karena dulu ia pernah melakukan penelitian ilegal dan ia dipenjara selama beberapa tahun. Pria itu bernama Jeff Adison."Detektif Han membacakan data yang ia dapatkan dari pihak kepolisian, mudah sekali berurusan jika kau memiliki orang dalam. Dalam waktu secepat itu ia sudah memiliki data lengkap tentang Jeff Adison berserta alamatnya."Tapi kita tidak tahu dimana ia menyembunyikan Arthur."Keana tidak menyangka akan sesulit ini, Arthur memang tidak cocok ada di daratan. Setitik rasa penyesalan menyerang Kean
Arlan menatap waspada pada Detektif Han yang tiba-tiba saja telah ada di markasnya ini, ia tidak tahu bagaimana Detektif ini bisa berada di sini, tapi ia yakin dirinya pasti telah diawasi selatan beberapa hari hingga Detektif Han itu mengetahui markasnya. Tidak hanya itu Keana juga datang dan berdiri di sana."Arlan, apakah kau yang menculik Arthur?" Keana mendekat kepada Arlan dan langsung menodongnya dengan pertanyaan itu.Sekarang semua sudah jelas, pembunuh Emilia sudah diketahui dan semua bukti dan tuduhan itu mengarah kepada Arlan yang kini sedang berdiri di depan pintu masuk markas. Di belakangnya ada 5 orang yang Jack tahu adalah orang yang menyerangnya dengan Arthur, sekarang mereka juga memakai masker dan Jack masih ingat dengan mata mereka semua.Arlan menatap Keana datar. "Tidak," jawabnya singkat.Kedatangan Detektif Han tidak sendiri, ia bersama dengan beberapa bawahannya, Jack juga datang tapi tidak dengan Angelina. Angelina katanya ada uru
Begitu mengkonfirmasi jika Arlan adalah orang yang melakukan penculikan, Detektif Han langsung melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap Arlan dan anak buahnya. Diam-diam Detektif Han mengikuti dan memata-matai Arlan Adison. Butuh dua hari hingga akhirnya Detektif Han menemukan sesuatu yang mengejutkannya."Itu adalah tempat semacam markas, tidak tahu apa yang ia lakukan di sana karena dari luar sana itu hanya terlihat seperti rumah biasa. Kami juga menemukan beberapa pria berpakaian serba hitam keluar masuk di sana, sepertinya mereka adalah orang yang terlibat mengingat ia memiliki akses untuk itu."Detektif Han memperlihatkan sebuah Vidio yang telah ia sambungan terhadap proyektor agar semuanya bisa melihatnya dengan jelas. Ia memang telah memasang kamera di sekitar markas Arlan itu dan benar, mereka melihat Arlan keluar masuk dalam beberapa waktu di sana.Keana menatap itu dengan pandangan gelisah. "Jadi, apa mungkin A