Share

6. Pertengkaran

Satria masih memandangi Amara hingga sosok gadis itu lenyap dari balik pintu ruang perpustakaan. Amara, sosok yang sedikit mencuri perhatian Satria. Awalnya dia biasa saja, hingga Amara datang ke café tempat dia bekerja. Gadis itu datang dengan wajah murung, seakan dunianya runtuh seketika.

Satria yang pernah menjuarai kejuaraan barista, sempat heran karena kopi buatannya tidak disentuh oleh Amara. Awalnya dia pikir takarannya salah, atau tidak cocok di lidah pelanggannya. Namun setelah lama memperhatikan gadis itu hanya sedang sibuk memegangi laptop dan handphonenya, seakan mencari sesuatu yang tak kunjung ditemui.

Lelaki itu dibuat lebih penasaran saat melihat logo kampusnya. Ternyata pelanggan itu teman satu kampus. Mungkin dengan mengobrol dia bisa mengetahui mengapa kopinya seakan tidak habis diminum gadis itu. Setelah lama mengobrol tak disangka Amara asik diajak berbicara dan berdiskusi. Pikirannya luas membuat Satria terkesan.

Hari ini nampaknya mereka bertemu lagi. Meskipun sebentar Satria menikmati kebersamaan tersebut. Dia memang menyukai gadis yang wawasannya luas, tidak hanya fokus pada penampilan namun juga kecerdasan.

Sayangnya Amara harus pergi dengan cepat saat itu. Satria pun sudah menduga, jika tidak mungkin gadis semenarik Amara tidak memiliki kekasih. Dengan begitu mungkin inilah saatnya Satria mundur, karena seorang lelaki ksatria tidak akan mencuri milik orang lain.

“Ka!” sapa suara dari belakang.

Satria menoleh, ternyata Diana. Mantan kekasihnya yang pupus enam bulan yang lalu. Diana berusia satu tahun dibawahnya. Dia juga junior angkatan di jurusannya.

“Halo Di!” balas Satria.

“Kakak lagi apa? Boleh aku duduk di sini?” tanya Diana sambil menunjuk kursi yang tadinya ditempati Amara.

“Silahkan!” ucap Satria.

Diana duduk di depan Satria. Tangannya sibuk membawa Laptop dan buku-buku tebal hasil penelitian alumni. Dijejerkannya buku tersebut di meja. Rupanya Diana sedang mengerjakan tugas akhir atau mungkin tugas kuliah.

Diana terus menerus mencuri-curi pandang kepada Satria. Seakan dirinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi tertahan. Satria sadar akan hal itu, tetapi dia memilih untuk mengabaikan.

“Ka, apa gabisa kita balik lagi?” tanya Diana pada akhirnya.

Satria menoleh, sedikit menghembuskan nafas lelah. Kemudian dia tersenyum kepada Diana. “Bukannya kamu yang memilih untuk meninggalkan aku dengan teman satu perjalanan KKN-mu?”

***

Amara masih menunggu jawaban Bima. Akhirnya setelah sekian lama tertahankan, dia bisa mengatakan apa yang ada di benaknya. Dia harus mengetahui siapakah Gita hari ini juga.

“Itukah yang membuat kamu bete hari ini?” tanya Bima.

“Bim…!” Amara sedikit meninggikan suara.

“Itu juga yang membuat kamu ga membalas satu chatpun dari aku hari ini?” tanya Bima lagi.

“Aku pengen tau  Bim, itu aja!” Ucap Amara.

“Dewasa dong Ra, cuman karena foto satu cewe tingkah kamu jadi menyebalkan seperti ini?” Ejek Bima.

Amara sedikit naik pitam, bisa-bisanya Bima berbicara seperti itu kepada dirinya. Haruskah saat ini juga dia mengatakan semuanya? Mengatakan jika dia memiliki sosial media Bima yang berisi chat mencurigakan.

“kamu tau aku punya banyak teman perempuan, biasanya juga kamu tidak mempermasalahkan!” tambah Bima lagi.

“Bima!” bentak Amara pada akhirnya, “Susah bagi kamu buat menyebutkan itu siapa?”

Bima terdiam dibentak Amara. Terlihat raut wajahnya yang mulai kesal dan marah. Pemandangan tersebut tentu saja membuat Amara sedikit bergetar. Tetapi sudah terlambat untuk mengulang itu semua. Bima sudah terlanjur marah.

“Amara, aku ga menyangka kamu setidak dewasa ini, sampai membuat alasan tugas dan kesiangan untuk mengabaikan komunikasi dari aku hanya karena foto di binstagram!” ucap Bima.

Pupil Amara bergetar, dia ikut emosi mendengarnya. “Jadi kamu menyangka aku bohong? Aku benar-benar bangun terlambat dan memiliki banyak tugas hari ini!” ucap Amara.

“Sudahlah! Kita pulang sekarang! Aku gamau marah ke kamu lebih dari ini!” ucap Bima sambil melangkah pergi.

Amara menahan lengan Bima, “kamu sendiri susah menyebutkan dia siapa? Tetapi balas marah?  Yang ga dewasa itu siapa!”

Nada Amara yang semakin meninggi membuat pengunjung Secangkir Kopi memperhatikan mereka berdua. Bima yang sadar akan situasi tersebut menarik lengan Amara keluar dari café.

“Saya minta maaf atas keributan ini. silahkan dilanjutkan kembali hidangannya!” ucap Bima sebelum keluar dari ruangan.

***

Amara menangis di balik bantal. Meskipun Bima mengantarkannya hingga depan gang, namun sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara satu dengan yang lain. Hingga Amara turun dari mobil pun, Bima langsung menancapkan gas berbalik untuk pulang. Hal itu membuat hati Amara sakit.

Sedikit penyesalan hadir dalam kepala Amara. Penyesalan karena dia membuat Bima marah. Entah karena Gita ataupun entah karena keingintahuannya yang berlebih. Apakah keterlaluan sikap Amara sehingga membuat Bima marah?

Rasa takut juga menghantui Amara. Dia takut kehilangan Bima. Sebelumnya mereka tidak pernah bertengkar seperti ini, tidak pernah juga ada seseorang hadir mengganggu kepala Amara. Bima memang benar, dia memiliki banyak teman perempuan, namun keseluruhan selalu dikenalkan kepada Amara. Baru kali ini Bima seakan ingin menutup jejaknya.

Gita, nama dan wajah gadis itu selalu muncul dalam pikiran Amara. Harusah dia melanjutkan investigasinya? Ataukah dia menyerah karena tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya?

***

Satria melaju bersama sepeda motor kesayangannya. Sepeda motor tipe lama yang sudah menemaninya sejak SMA menjadi teman untuk menghibur dirinya. Diana, wanita yang sudah bersamaanya beberapa tahun. Dia sangat menyayangi gadis itu. Mereka pertama kali berkenalan sejak Diana menuliskan surat cinta saat ospek dulu.

Satria yang berwajah tampan banyak mendapatkan surat cinta sebagai syarat tugas ospek jurusan dahulu. Namun Diana berhasil mencuri perhatiannya karena dialah yang diminta membacakan di seluruh angkatan. Dengan wajah tersipu malu, dia membacakan surat cinta untuk Satria. Meskipun surat itu hanya sebagai bentuk penugasan, namun berhasil membuat Satria mengenal Diana lebih dekat.

Namun cinta mereka kandas beberapa bulan lalu. Saat Satria akhirnya mengetahui jika Diana menjalin hubungan diam dengan teman KKN-nya. KKN merupakan salah satu mata kuliah wajib di kampusnya, tak di sangka Diana menghianatinya. Mungkin karena Diana satu rumah selama tiga bulan dengan selingkuhannya tersebut. Tetapi seharusnya dia lebih menjaga dirinya sendiri.

Motor Satria akhirnya memasuki pagar kediaman mewah di salah satu kota Bandung. Diparkirnya motor tersebut, kemudian dia berjalan ke pintu depan rumah. Mendorong pintu tersebut dan melangkah masuk. Atmosfer nyaman mulai memasuki benak Satria. Sejujurnya dia tinggal di kosan dekat kampus, namun hari ini ibunya meminta untuk pulang sebentar.

Satria menaiki tangga menuju lantai dua. Dimasukinya kamar yang sudah menemaninya hingga tahun lalu. Kamar satria penuh dengan buku-buku. Buku filsafat, sejarah, kontroversi bahkan manga semua ada di kamar satria. Di dinding dekat meja belajarnya terdapat peta dunia yang dipenuhi foto dan tulisan penelitiannya. Kamar Satria tergolong rapi meskipun banyak buku menumpuk di sana.

Beberapa menit di sana, dia sadar ada yang memperhatikannya. Ditolehkan wajahnya ke belakang, terlihat sosok gadis SMA berdiri di sana. Matanya sedikit berkaca-kaca, raut senyum cantik terukir pula di wajahnya. Tanpa basa basi Satria langsung menuju ke arahnya. Tangan Satria yang besar langsung menepuk-nepuk kepala gadis itu.

“kenapa belum tidur Gita? Sudah malam loh ini!”

Rainfall

Jangan lupa untuk mengklik tanda + agar novel ini masuk ke ibrary ya Tuliskan juga komentar kamu setelah membaca novel ini

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Winda
Aku tuh suka sama cerita Romance, nah ini salah satunya salam dari "Kulakukan Demi Keluarga Season 2"
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status