Jelita, sahabatku.
Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali.
Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.
Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.
Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.
Lo tahukan siap
Hujan deras di malam hari membuatsiapa pun akan merasa kedinginan. Apalagi ditambah kondisi ac dalam kamar yang menyala dengan suhu rendah. Namun, semua itu tidak berlaku bagi remaja tampan yang kini tengah terlentang di atas ranjang king sizenya. Ia sangat gelisah dalam tidur. Banyak buliran peluh yang menghiasi dahinya saat ini.“Tidaaaak!” teriaknya kencang.Deru napas yang tak beraturanterdengar begitu jelas. Pemuda remaja itu menatap ke arah jam dinding di kamarnya. Ia kemudian mengembuskan napas kasar sambil berdecak kesal.“Shit! Masih jam dua pagi,” dumelnya.Pemuda remaja itu adalah Matheo Demonte Azekiel, anak pertama dari pasanganMelviano Azekiel dan Kaila Mahestri. Matheo ini memiliki darah blasteran California—Indonesia. Wajahnya yang bule membuat remaja seusianya sering kagum saat melihat parasnya yang tampan. Ia sering disapa dengan panggilan Matheo. Tapi, itu tidak berlaku b
Sekolah Nusa Bangsa.Setelah liburan panjang kenaikan kelas. Kini sudah saatnya semua para siswa kembali ke rutinitas seperti biasanya. Menuntut ilmu pelajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru.Pagi ini, sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan upacara bendera merah putih seperti biasa yang mereka lakukan setiap hari senin. Seluruh siswa kini sedang menikmati pengibaran bendera merah putih dengan khitmat.Brug!Salah satu siswa terjatuh di saat pengibaran bendera merah putih dilakukan. Dengan cepat anggota palang merah remaja langsung membopong siswa tersebut menuju ke arah ruang kesehatan sekolah.Mereka langsung membaringkan siswa itu dan segera mengendurkan dasi serta membuka sepatunya.“Bikin teh hangat, cepat!” titah Jelita tegas.“Baik, Kak.” Salah satu anggota palang merah remaja lainnya langsung menuruti apa yang diintruksikan oleh Jelita. Mereka segera membuat teh hanga
Wanita yang tengah menjerit kencang itu adalah Shelka. Dia, Shelka Amanda Pradipta. Wanita yang memiliki obsessi besar untuk mendekati seorang Matheo Demonte Azekiel."Sumpah demi apa, tadi Matheo?Matheo kakaknya Clarisa itu, kan?” Shelka tengah menepuk-nepuk pipinya sendiri. Ia merasa seperti habis bertemuDewa Yunani yang tampannya tiada tara itu. Tanpa Shelka sadari, ia sudah terlalu lama berada di toilet. Alasan ke toilet sebetulnya untuk mencuci muka agar segar.Klek!“Eh, lo tadi anak yang pingsan saat upacara, kan?” tanya salah seorang siswa yang sama-sama memakai seragam SMP.“Emm ... iya.” Shelka meringis tak enak. Belum genap sehari menjadi siswa sekolah Nusa Bangsa sudah terkenal aja. Mana terkenal karena pingsan pula. Sial!“Kenalin, gue Vita.” Vita mengulurkan tangannya.“Shelka.”Mereka sama-sama tersenyum, tanpa sadar mereka tertawa terbahak tanpa tahu apa
“Matheo!”Jelita merasa tak asing dengan orang yang tengah berjalan ke arahnya. Jelita pun memperhatikan seksama. Benar, kan tidak asing. Cewek itu yang tadi ditangani di ruang kesehatan sekolah.“Lo kenal sama dia, Mat?”“Enggak.”Kini Shelka sudah berdiri di depan motor Matheo. Ia menampilkan senyum yang begitu manis. “Kak Matheo,” katanya.“Ada apa?”Shelka diam membisu. Kini ia merutuki dirinya yang kelepasan memanggil Matheo. Giliran sudah di depan orangnya malahan bingung sendiri. “Gapapa, Kak. Cuma mau bilang hati-hati.”Matheo hanya menggelengkan kepalanya saja. Tak ingin membuang waktu percuma, Matheo langsung menarik gasnya. Matheo segera melajukkan motornya melewati Shelka.Jelita menengok sekilas ke arah Matheo. Dapat Jelita lihat tatapan kesedihan yang dipancarkan oleh adik kelasnya itu. “Mat,” panggi
Matheo benar-benar sangat merutuki teman laknatnya itu. Gara-gara dia saat ini dirinya terjebak dengan Shelka di kondisi yang sangat akward.“Kak Matheo, mau minum?” tanya Shelka mencoba bersikap ramah tamah.Matheo hanya melirik sekilas tanpa menjawab pertanyaan Shelka sedikit pun. Ia langsung mengeluarkan ponselnya. Mengecek ada pesan masuk atau tidak. Padahal, tanpa dicek pun Matheo akan merasa ada getaran atau tidak pada ponselnya.Matheo berdecak. “Ren, gue balik, ya.”“Ya elah, baru juga duduk. Temenin Shelka dulu, lah. Nggak kasihan apa lo anak orang dicuekin begitu.” Rendi terus asyik bermain playstationnya tanpa mau menatap Matheo yang sudah sangat terlihat bosan. “Duduk dulu, lah.”“Gue ada urusan penting. Waktu gue nggak mau terbuang percuma seperti ini.” Matheo langsung bangkit dari tempat duduknya. Tanpa sadar tangan mungil Shelka sudah
SMA Nusa Bangsa.Pagi ini Matheo sudah berada di sekolahnya. Lebih tepatnya ia sudah ada di dalam kelas.“Mat, tumben lo udah sampai duluan,” sindir Rendi.Matheo berdecak kesal menatap wajah Rendi yang tengah tersenyum menatapnya. “Semua gara-gara lo. Rasanya ingin gue hajar wajah lo, Ren.”“Kenapa sih?” tanya Rendi pura-pura tak paham. “Cerita dong, Bro.”“Cewek itu telepon gue semalam.”“Maksud lo, Shelka?” tanya Rendi yang tidak percaya. Bagi Rendi pribadi, tak ada wanita yang mampu mendekati Matheo. Kalian tahu sendiri lah sikap Matheo yang ketus, dingin, dan tak bersahabat dengan kaum perempuan. Teman-teman Jelita saja suka pada lari ngibrit kalau ada Matheo. “Woy, malahan diam aja.”“Ya, siapa lagi.”“Hahaha, gila sih. Hebat lho dia. Bagi gue lo harus banyak bersyukur karena dia sangat gig
Matheo tak menjawab pertanyaan dari Jelita. Matheo lebih menatap pergerakan seorang Shelka yang berjalan masuk dan menghampiri ke arahnya.“Gimana nasi gorengnya, enak?”Matheo masih diam. Ia justru menoleh menatap ke arah Jelita yang tengah tersenyum menatapnya.“Gue, ke kantin dulu, ya,” bisik Jelita pelan sambil tersenyum serta mengedipkan salah satu matanya.Matheo berdeham pelan, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.“Lo ngapain ke sini, sih?”“Mau ketemu sama Kakak.”Matheo berdecak pelan. “Tapi kedatangan lo ke sini bikin gosip baru tahu nggak sih.”Shelka yang paham sikap dingin Matheo hanya diam sambil tersenyum manis. “Gapapa, aku suka kalau digosipin sama Kak Matheo.”“Gue yang nggak suka. Dan, gue belum makan nasi gorengnya.”Terdapat raut kecewa di wajah Shelka. Namun, dengan cepat Shelka segera menampilk
“Hai, Mom,” sapa Matheo. Matheo langsung cipika cipiki kepada Kaila. Ia segera berjalan ke arah dalam rumah menuju ke kamarnya. Saat melewati ruang keluarga ternyata sudah ada Clarisa tengah cekikikan sendiri menatap layar ponselnya. Pokoknya adiknya itu sudah mirip orang nggak waras.“Kak Mamat, sini deh,” teriak Clarisa yang membuat Matheo terkejut sendiri.“Apa?”“Kak, sini.”Matheo mau nggak mau jalan menghampiri Clarisa. Clarisa menunjukkan layar ponsel ke arahnya. Dahi Matheo mengerut bingung, ia tak paham dengan tindakan Clarisa itu.“Belikan bando ini, ya,” pinta Clarisa dengan senyum manisnya yang sulit Matheo tolak.Matheo menghela napas kasar, ternyata dirinya dipanggil hanya untuk membelikan sebuah bando. Matheo udah mengira akan diberikan nomor cewek secantik Song Hye Kyo, tahunya ada udang dibalik bakwan.“Iya.”“Asik!” seru Claris