Share

PENDEKATAN II

Penulis: Jezlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-29 16:12:18

Matheo benar-benar sangat merutuki teman laknatnya itu. Gara-gara dia saat ini dirinya terjebak dengan Shelka di kondisi yang sangat akward.

“Kak Matheo, mau minum?” tanya Shelka mencoba bersikap ramah tamah.

Matheo hanya melirik sekilas tanpa menjawab pertanyaan Shelka sedikit pun. Ia langsung mengeluarkan ponselnya. Mengecek ada pesan masuk atau tidak. Padahal, tanpa dicek pun Matheo akan merasa ada getaran atau tidak pada ponselnya.

Matheo berdecak. “Ren, gue balik, ya.”

“Ya elah, baru juga duduk. Temenin Shelka dulu, lah. Nggak kasihan apa lo anak orang dicuekin begitu.” Rendi terus asyik bermain playstationnya tanpa mau menatap Matheo yang sudah sangat terlihat bosan. “Duduk dulu, lah.”

“Gue ada urusan penting. Waktu gue nggak mau terbuang percuma seperti ini.” Matheo langsung bangkit dari tempat duduknya. Tanpa sadar tangan mungil Shelka sudah menarik lengan Matheo yang membuat Matheo menoleh ke arah Shelka. “Ada apa?” tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya.

“Boleh nebeng nggak? Soalnya sopir nggak bisa jemput.”

Matheo diam saja. Di satu sisi ia ingin menolak tapi sisi lainnya ia tak tega melihat wajah cewek yang sangat begitu memelas di hadapannya.

“Udahlah, Mat. Antarin aja, hitung-hitung lo nolong dia dapat pahala,” ceplos Rendi.

“Iya, Kak,” sambar Dita mendukung dengan anggukan kepalanya.

Matheo mendengkus kesal. “Ya udah cepetan.” Matheo langsung menarik tangannya dari pegangan Shelka. Ia berjalan cepat menuju ke arah depan rumah Rendi.

Berbeda dengan Rendi juga Dita yang langsung bertos ria. Kakak beradik itu sangat senang melihat Matheo mau mengantarkan Shelka. Jelas lah senang. Shelka mengiming-imingi akan mentraktir selama seminggu di kantin sekolah jika Rendi memberikan nomor telepon Matheo.

“Kak Rendi, Dita, gue balik duluan, ya, doain gue berhasil dapatin hati tuh es batu,” ujar Shelka yang pamit kepada orang yang membantu rencananya.

“Sip!” seru kakak beradik itu sangat kompak.

Shelka langsung berjalan menuju ke arah depan rumah Dita. Ia mencoba menahan kuluman senyumnya yang rasanya sulit sekali ia bendung.

Melihat Matheo yang sudah masuk ke mobil, Shelka langsung menyusul dengan gerakan cepat membuka pintu penumpang.

“Seat belt.”

Shelka langsung menarik seat beltnya. Wajahnya tak lupa menatap ke arah Matheo. Bagi Shelka, Matheo itu sosok laki-laki sempurna di matanya. Apalagi sikap jual mahal dia yang membuat Shelka semakin penasaran.

Nggak sia-sia gue sekolah ke Nusa Bangsa. Akhirnya orang yang gue kagumi sejak SMP bisa gue pandang dengan jarak yang begitu dekat seperti ini.

Rasanya saat ini Shelka ingin menjerit histeris. Shelka hanya bisa berbicara melalui hatinya yang tengah berbunga-bunga tak karuan.

“Rumah lo daerah mana?”

“Pe-pe-jaten.”

Matheo langsung menancapkan gasnya menuju ke arah Pejaten. Tak ada obrolan yang tercipta di antara keduanya. Baik Matheo maupun Shelka sama-sama terdiam. Padahal dalam lubuk hati Shelka ingin sekali berbincang-bincang dengan Matheo. Tapi, melihat sikap dingin Matheo membuat ia jadi takut sendiri.

“Ke arah mana?”

“Belok kiri terus rumah nomor 24.”

Matheo mengikuti apa yang dikatakan cewek di sampingnya itu. Setelah melihat nomor rumah yang sesuai, Matheo langsung berhenti di depannya.

Shelka menelan ludahnya gugup, ia menoleh ke arah Matheo yang masih saja menatap ke arah depan. “Kak, makasih banyak atas tumpangannya. Maaf sekali kalau merepotkan,” kata Shelka hati-hati.

“Udah cepetan turun!”

Mata Shelka langsung melotot tak percaya. Ia pikir akan dapat jawaban dengan ucapan manis dan lemah lembut, ternyata dapat kata-kata pengusiran.

Shelka langsung melepaskan seat belt dengan wajah masam. Ia menoleh kembali ke arah Matheo. Merasa akan percuma saja jika ia berbicara akhirnya Shelka keluar mobil. Matanya masih memandangi mobil Matheo yang masih belum jalan.

Matheo sendiri menurunkan kaca jendela mobil, ia menoleh ke arah Shelka. “Lain kali nggak usah ngeribetin gue lagi.” Bersamaan dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya, Matheo pun menancapkan gasnya dengan kencang yang membuat Shelka begitu terkejut.

“Apa tadi dia bilang? Nggak suka direbetin? Lagian gue nggak ngeribetin kok, gue cuma mau usaha buat mendekati orang yang gue sayang aja. Emang salah?” Shelka bermonolog sendiri.

Shelka menggelengkan kepala, sepertinya usaha untuk mendekati Matheo butuh perjuangan dan kerja keras lagi. Apalagi respon Matheo yang sangat tidak welcome kepadanya. Ah, sialan!

***

Kini setelah makan malam keluarga Matheo langsung masuk ke kamarnya. Hal yang ia lakukan saat ini adalah menatap langit-langit kamarnya sembari ingat kenangan bersama sang mantan kekasihnya itu.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk.”

Klek!

Clarisa masuk dengan wajah sangat gembira. Ia segera menutup kembali pintu kamar kakaknya itu. Clarisa langsung berlari dan membantingkan dirinya di samping Matheo.

“Kak.”

“Iya, Sha.”

“Aku mau nonton konser nih, tapi uangnya kurang.”

Kening Matheo langsung mengerut. “Konser BTS?”

“Iya, Kak. Tambahin, ya?” Clarisa langsung memiringkan posisi tubuhnya menghadap ke arah Matheo.

“Iya, emang kurang berapa?”

“Dikit kok, cuma sejutaan aja.”

“Hah, sejutaan? Kakak kira kurangnya dua ratus ribuan.”

“Kan, aku maunya nonton di depan, Kak.”

“Ya udah nanti Kakak tambahin.”

“Asik! Makasih banyak Kak Mamat,” ujar Clarisa yang langsung memeluk Matheo dengan sangat erat. Matheo yang merasa tercekik karena dipeluk erat pun langsung mencoba melepaskan diri.

“Sha, lepasin dong. Kamu mau meluk Kakak apa mau bunuh Kakak, sih.”

“Hehehe, maaf.” Clarisa langsung melepaskan pelukannya. Ia sangat senang sekali. Akhirnya impian untuk bertemu para oppa Korea akan segera terwujud. Selama ini Clarisa hanya bisa mengagumi para oppa dari youtube saja. “Im coming Jungkook,” teriak Clarisa.

“Berisik, Sha!”

“Aku lagi senang soalnya. Bentar lagi mau ketemu sama para pacarku, Kak.”

Matheo hanya menggelengkan kepalanya saja melihat adiknya suka sekali mengkhayal tentang para artis atau boyband Korea.

“Dah malam, Sha. Tidur sana. Jangan kebanyakan mengkhayal nanti gila.”

Clarisa berdecak kesal. “Kakak mah ngeselin. Namanya juga lagi senang.”

“Yaudah, ini sudah malam waktunya istirahat. Besok sekolah nanti kamu dibangunkan susah lagi.”

Clarisa cemberut dan merasa kesal. Ia langsung berjalan keluar kamar Matheo dengan kaki yang sengaja dihentak-hentakan agar Kakaknya itu paham kalau dirinya sedang mengambek.

Melihat kalau Clarisa sudah keluar dari kamarnya membuat Matheo bernapas lega. Clarisa memang sangat manja dengan dirinya. Apalagi hidupnya yang tak pernah keluar rumah. Pernah sih keluar, tapi dalam pengawasan ketat oleh Daddy Melviano. Entahlah, kenapa Daddy memperlakukan Clarisa seperti itu.

Matheo yang baru akan memposisikan diri untuk tidur namun terganggu dengan ponsel yang bergetar dan tak lama lampu indikator notifikasi menyala yang menandakan adanya pesan whatsapp masuk. Matheo sengaja tak langsung mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Ia diamkan selama kurang lebih sepuluh menitan.

Drrrt ... drrrt ...drrrt.

“Siapa sih?” Matheo merasa penasaran sendiri dengan orang yang mengirimi dirinya pesan whatsapp. Saat ia buka hanya ada chat dari nomor yang tak ia kenali. Kening Matheo mengerut dalam saat membaca pesan chat tersebut.

081611670xx : Pink

081611670xx : Hai

081611670xx : Helo

081611607xx : Malam

081611670xx : Yah, gak dibales.

Matheo yang melihat rentetan pesan itu hanya menggelengkan kepalanya saja. Bagi Matheo kalau mendapat pesan nomor tak dikenal mendingan tak usah direspon. Matheo langsung meletakan kembali ponselnya dan tak lupa untuk menon-aktifkan terlebih dulu. Baru saja akan memencet tombol non-aktif ponselnya langsung bergetar hebat. Matheo langsung berdecak kesal.

“Halo, siapa ini?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • METAMORFOSA   EPILOG

    Jelita, sahabatku.Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali. Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.Lo tahukan siap

  • METAMORFOSA   BYE MASA SMA

    Beberapa bulan kemudian.Setelah melewati banyak drama sekolah yang dimulai dari bolos jam pelajaran, nggak mengerjakan PR, hingga digembleng untuk materi tambahan selama semester dua. Bahkan tak lupa banyak pelajaran hidup yang bisa diambil di dalamnya. Mulai suka sama teman nggak berani tembak, suka sama teman tapi yang disukai udah pacaran sama orang lain, bahkan sudah sama-sama dekat tapi nggak jadian, ada juga yang saling suka hingga jadian seminggu, sebulan, setahun doang habis itu putus. Tak hanya soal cinta saja yang kita dapat semasa SMA. Ada banyak hal yang kita dapat. Kita mengerti artinya persahabatan, saling memahami antara teman sekelas, sebangku bahkan satu sekolah. Masa SMA digunakan sebagai ajang pencarian jati diri bahkan sering sekali hal yang dilarang justru membuat rasa penasaran yang menggebu-gebu hingga terkadang terdapat rasa penyesalan di kemudian hari. Semua itu kita dapat saat masa SMA. Masa di mana semua orang mengan

  • METAMORFOSA   MASA PUTIH ABU-ABU

    Dua minggu kemudian.Waktu liburan sekolah telah usai, kini semua anak-anak siswa SMA Nusa Bangsa kembali ke aktifitas seperti biasa. Menerima pelajaran dari Bapak/Ibu guru seperti biasanya. Namun, berbeda untuk anak-anak kelas 12 yang menerima jam tambahan hingga membuat pulang sedikit sore.Suasana kelas 12IPA1 kini sangatlah kondusif. Semua siswanya benar-benar tengah memperhatikan materi dengan begitu serius.Apalagi materi kali ini membahas ulang materi kelas sepuluh dan sebelas.Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah sore hari. Kini tiba saatnya kelas 12 mengakhiri jam tambahan pelajaran. Suara sorak-sorak siswa sangat menggema di setiap kelas ketika bel dibunyikan.“Horeee ... akhirnya balik juga, kepala udah mau botak begini,” seru Rendi yang mendapat pelototan dari Pak Kartono.Pak Kartono sendiri hanya bisa menghela napas lelah, ia memperhatikan anak didiknya yang sebentar lagi akan m

  • METAMORFOSA   PENERIMAAN RAPOR

    Dua minggu kemudian.Satu minggu sudah siswa SMA Nusa Bangsa melakukan ulangan semester, ditambah waktu seminggu untuk remidial bagi siswa yang belum memenuhi nilai KKM. Dan, tepat hari ini pula semua orangtua/wali murid menerima hasil rapor atas pembelajaran anaknya selama satu semester.“Udah lama nggak ketemu, Jeng Kaila,” sapa Marinka.“Iya Jeng, lama saya tidak ke butik.”Kini Marinka dan Kaila justru mengobrol sendiri tentang kehidupan orang dewasa. Marinka sedikit bercerita tentang butiknya yang sedikit sepi. Tak lupa juga Marinka memiliki keniatan ingin pindah ke kampung halamannya—Yogyakarta.“Terus nanti Lita gimana sekolahnya?”“Palingan nunggu Lita lulus dulu, kemudian saya ingin pindah saja.”“Memangnya suami—““Saya sudah bercerai. Dia lebih memilih wanita lain dibanding saya sama Lita,” tuturnya. Ta

  • METAMORFOSA   BERDAMAI

    Kurang lebih dua puluh menitan Shelka dan Matheo duduk di kafe setelah persoalan mereka selesai. Kini Shelka langsung berdiri untuk bersiap-siap keluar kafe.“Mau ke mana?”“Kakak aku udah sampai, dia nunggu depan.”“Suruh masuk aja dulu, minum.”“Katanya langsung pulang aja, gitu.”“Yaudah, aku bayar dulu. Kamu tunggu.”Matheo langsung menuju ke arah kasir untuk membayar lemon tea yang sudah dipesan barusan. Selesai membayar mereka berdua langsung menuju keluar kafe. Lebih tepatnya Matheo mengantar Shelka untuk bertemu kakaknya itu.Matheo merasa tak asing dengan mobil yang dituju oleh Shelka, ia merasa familiar dengan mobil itu. Baru saja otaknya berpikir mengingat mobil di depannya, sang pemilik mobil keluar yang membuat keduanya sama-sama terkejut.“Mamat.”“Mas Shaqu.”“Kalian

  • METAMORFOSA   BERAKHIR

    Jelita menoleh sambil tersenyum begitu canggung. Matanya menatap ke arah empat cowok yang tengah berjalan mendekat.“Lo ngapain di sini, Ta?” tanya Rizal.“Gue—““Nguping lo, ya,” tuding Rendi tepat sasaran.“Ih, jangan nuduh sembarangan lo, Ren,” sangkal Jelita cepat.“Ta, tumben naik ke rooftop? Ada perlu apa?” tanya Bagus begitu lembut.Matheo hanya diam memperhatikan makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah itu dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kalau dipikir-pikir melihat Jelita gugup seperti ini sangat begitu lucu. Apalagi bibirnya yang tipis manyun ke depan bikin pikiran nakal Matheo meronta.Jelita langsung menyingkir ke samping saat Rizal berjalan menuju ke arah pintu. Matanya membola sempurna ketika melihat Rizal dengan gampang membuka pintu. Mulutnya melongo tanpa disadarinya.“Kenapa, Ta?” tanya Bagus.

  • METAMORFOSA   ULANGAN SEMESTER

    Pagi ini sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan ulangan semester. Semua siswa pun tengah fokus mengerjakan soal-soal ulangan dengan khusyuk. Guru pengawas terus memperhatikan gerak-gerik siswa yang mencurigakan.“Wawan, sedang apa kamu nengok ke belakang?”“Emm, ini Bu mau pinjam tip-ex.”“Yang ketahuan mencontek akan Ibu keluarkan dari kelas, dan sudah pasti akan langsung remidial.”Semuanya langsung menunduk menatap soal ulangan. Semuanya benar-benar nggak berani menoleh ke arah kanan kiri. Nasib nilainya yang menjadi taruhan nanti. Mereka semua nggak mau remidial yang kadang bikin pusing.Waktu terus berjalan hingga suara bel terdengar begitu nyaring yang mempertandakan kalau waktu mengerjakan ulangan telah usai. Mereka disuruh istirahat selama sepuluh menit yang kemudian dilanjut untuk mengerjakan ulangan berikutnya.“Sumpah sih mikir matematika bikin kepala mau bot

  • METAMORFOSA   NASIHAT ORANGTUA

    Setelah mengantar Shelka pulang ke rumah. Kini Matheo sudah berada di ruang kerja daddynya. Matheo tengah duduk di sofa sambil ditatap kedua orangtuanya. Ada gurat kecewa di mata keduanya. Matheo benar-benar menyesal tidak mendengarkan nasihat daddynya untuk fokus sekolah semasa SMA.“Daddy kecewa sama kamu, Matheo.”“Maaf, Dad.”“Daddy nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Daddy juga nggak bisa mencegah perasaan kamu untuk jatuh cinta dengan siapa karena Daddy juga dulu seperti itu. Nggak ada bayangan untuk mencintai Mommy kamu ini. Karena dia buka tipe wanita Daddy, tapi entah kenapa hati Daddy dibuat jatuhcinta sama dia.”Kaila yang mendengar sanjungan dari suaminya langsung tersenyum malu-malu layaknya seorang ABG sedang kasmaran.“Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan? Besok bukannya sudah ulangan semester?”“Pertama mau menegaskan kepada Shel

  • METAMORFOSA   TAMPARAN KERAS

    Kini Matheo terdiam seribu bahasa di depan orangtuanya. Entah kenapa sekarang urusan menjadi sangat rumit. Padahal ia masih SMA bukan orang dewasa yang akan nikah.Matheo menoleh ke arah Shelka dan Jelita bergantian. Dapat Matheo lihat kalau keduanya sama-sama habis menangis. Matheo benar-benar bingung sekali saat ini.“Masih mau diam saja?”“Enggak, Dad.”“Ya sudah cepat jelaskan.”Matheo meremas kedua tangannya, ia mengepal kuat untuk mengumpulkan keberanian berbicara di depan daddynya itu. Matheo menoleh kembali menatap ke arah Shelka yang sangat terlihat begitu rapuh.“Aku pacaran sama Shelka, Dad,” ucapnya lirih.“Lalu?”“Tapi, aku nggak mencintai dia,” katanya sembari menunduk merasa bersalah.Kaila yang mendengar langsung tampak terkejut, Clarisa sendiri tersenyum senang karena merasa menang, Melviano sendiri ha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status