Hilda bangun terlebih dahulu dibandingkan Johan, perlahan dirinya melepaskan tangan Johan dari pinggangnya untuk membersihkan diri. Mereka kembali ke kamar terlebih dahulu untuk memuaskan keinginan dalam diri mencari kenikmatan satu sama lain, mereka baru tidur menjelang subuh dan sekarang matahari telah terbit yang sepertinya masih bisa untuk sarapan di restoran hotel. Hilda membangunkan Johan setelah dari kamar mandi menggunakan pakaian yang berada dalam tas, memastikan Johan di kamar mandi dengan membawa pakaian yang telah disiapkan sebelumnya.
Pesan yang Hilda dapatkan sedikit membuatnya terkejut karena bagaimana bisa Andrew mengetahui apa yang dilakukannya, tidak mungkin berada di antara rekan kerja Johan dan sepertinya Hilda sedikit penasaran mengenai siapa Andrew sebenarnya. Hilda menatap Johan yang keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar dibandingkan sebelumnya, Hilda sudah membereskan pakaiannya karena menurut Johan hari ini mereka akan kembali.
Hilda terkejut mendapati Andrew berada di sini pandangannya beralih pada Charly yang tampak tidak peduli, Andrew menggendong Hilda dengan hanya menutupi bagian atasnya. Hilda mengerutkan tangannya di leher Andrew karena takut jatuh dan saat berada di dalam mobil Andrew dengan cepat memakai jaket yang tadi menutupi bagian atasnya, Hilda menatap Andrew yang tampak tidak peduli dengan tatapannya dan akhirnya hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Andrew saat ini.“Aku akan membayar semuanya termasuk liburan dan semua yang kamu minta.”“Tapi aku gak mau hamil anak kamu” Hilda mencoba menentang Andrew “kamu tidak bisa memaksakan aku.”“Bukankah hal pertama kamu mengalami kehamilan tanpa keluarga, jadi tidak ada masalah jika kamu hamil kembali” Hilda memandang terkejut atas apa yang dikatakan Andrew “aku tahu semua masa lalu kamu jadi tinggal kamu mengikuti keinginanku atau tidak.”“Aku akan menikah dengan dosen itu.”“Gak ada masalah kamu ting
Hilda menatap saldo rekeningnya yang tiba – tiba terdapat nominal tidak sedikit membuat dirinya menghembuskan nafas panjang, beberapa hari melayani pria membuat tubuh Hilda lelah. Perlahan Hilda membuka dompet di mana kartu yang diberikan Andrew masih tersimpan rapi yang berarti harus menyembunyikan ini dari Adrian agar tidak berpikir negatif pada dirinya, Hilda meletakkan diri di ranjang mengistirahatkan tubuhnya untuk memikirkan apa yang akan dilakukan dengan uang sebanyak ini yang akhirnya memutuskan mengirim sebagian uang ke salah satu orang yang tahu mengenai masa lalunya.Adrian bahkan tidak menghubungi Hilda sama sekali yang berarti masih sibuk dengan keluarganya di sana dan dengan begitu Hilda bisa istirahat setelah apa yang dilakukannya beberapa hari ini tanpa henti, tanpa kegiatan membuat Hilda memutuskan untuk melakukan perawatan agar lebih segar dan persiapan jika Adrian tiba – tiba datang. Hilda memutuskan untuk ke kampus dulu bertemu dengan kedua sahabatnya, lang
Hilda yang melihat pemandangan dihadapannya saat itu masih tidak mempercayai kenyataan yang ada, orang tuanya yang tampak harmonis ternyata tidak jauh berbeda dengan dirinya. Hilda memandang pemandangan kota yang ada dihadapannya, gambaran kejadian tadi masih teringat jelas bahkan bagaimana ayahnya yang sangat dia hormati melakukan dengan tantenya yang berarti adalah adik dari ibunya. Hilda berharap ibunya tidak tahu atau tahu tapi tidak peduli atau juga melakukan hal yang sama, Hilda menggelengkan kepala berkali – kali mencoba meyakinkan itu semua hanya bayangan tidak lebih.Melihat kejadian itu membuat Hilda langsung memutuskan kembali ke apartemen tanpa sepengetahuan orang lain atau mungkin pekerja di sana sudah mengetahui apa yang Hilda lakukan, tapi sekali lagi Hilda tidak peduli dengan semua itu. Hilda menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya memegang ponsel yang daritadi nama Adrian muncul yang menandakan bahwa sudah tidak bersama istri pertamanya, Hilda mengangkat
Hilda mengikuti langkah Andrew setelah sebelumnya mengantarkan Rebecca entah di dalam kamar atau tidak, Hilda hanya diam ketika Andrew mengajaknya ke lantai atas dan seketika takut jika masuk ke dalam kamar Rebecca. Langkah mereka terhenti di depan pintu yang tidak lama kemudian dibuka oleh Andrew, melalui gerakan matanya meminta Hilda untuk masuk ke dalam. Hilda menatap kamar yang tampak seperti kamar pria dan tidak mungkin jika Andrew tidur di tempat ini, pandangan Hilda mengarah pada Andrew yang masuk ke dalam salah satu ruangan. Kamar ini tampak besar yang mungkin adalah kamar utama tapi Hilda tidak melihat keberadaan Rebecca di kamar ini, Hilda memutuskan duduk di salah satu kursi yang ada di dekat jendela.“Kami pisah kamar semenjak hasil diagnosa Rebecca keluar” Hilda menatap Andrew yang tampak berbeda di mana hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya “penyakitnya banyak mulai dari mengangkat rahimnya sampai kanker darah yang entah sampai kapan bertahan la
Andrew memperlihatkan wajah puas ketika mencapai klimaks untuk ketiga kalinya sedangkan Hilda entah ke berapa kali mencapai klimaksnya, ranjang sudah tidak berbentuk karena terlalu panasnya gerakan mereka berdua. Andrew tidak pernah puas hanya dengan satu kali klimaks ketika bersama Hilda dan saat ini melihat tubuhnya tanpa busana yang kelelahan membuat Andrew ingin melakukannya kembali, Andrew tidak ingin melepaskan penyatuan mereka sehingga menarik Hilda ke dalam pelukannya mencoba menahan diri untuk menyerangnya dengan bergabung tidur meski sinar matahari akan terbit.Hilda bangun terlebih dahulu dengan Andrew yang memeluknya di posisi dirinya berada di atas, milik mereka berdua yang masih bersatu membuat Hilda menggerakkannya perlahan. Hilda sudah tidak peduli posisi mereka saat ini di mana istri Andrew pasti menunggu di luar, istirahat selama beberapa jam dengan sesuatu di dalamnya membuat Hilda ingin mengulanginya kembali. Hilda mengambil posisi duduk ketika merasakan mi
Kegiatan kuliah yang harus Hilda jalani saat ini mengeluarkan tenaga besar di mana jadwal yang diambil mulai dari pagi hingga sore, untungnya Hilda tidak sendiri karena bersama kedua sahabatnya. Hilda bersyukur bisa bersama kedua sahabatnya sejak awal masuk hingga sekarang ini, saat ini mereka bertiga berada di kantin sambil menunggu jadwal selanjutnya. Hilda sendiri belum melihat keberadaan Adrian bahkan sampai sekarang belum menghubungi dirinya dan sepertinya Hilda tidak ambil pusing.Kejadian bersama Andrew dirumahnya sangat membekas bagi Hilda sampai sekarang, bagaimana panasnya Andrew hingga sambutan dari sang istri bahkan setelah dirinya melakukan bersama suaminya. Hilda menatap kedua sahabatnya yang sedang sibuk membahas materi yang akan di presentasikan nanti di kelas, mereka berada dalam satu tim yang sama tapi Hilda sendiri malas terlibat dalam pembahasan ini karena dalam benaknya adalah bagaimana memutuskan tawaran Andrew dan Rebecca karena dirinya akan menikah deng
Hilda menatap tidak percaya kedatangan Adrian meski begitu tetap tersenyum agar tidak terlalu curiga dengan keberadaannya, Hilda mendatangi Adrian memberikan pelukan hangat meski sempat melihat adegan bersama sang istri harus membuat dirinya baik – baik saja. Adrian mencium Hilda dengan penuh semangat seolah mengatakan betapa rindu dirinya pada Hilda, bahkan ciuman yang semula hanya untuk melepas rindu menjadi lebih dalam bahkan saat ini Hilda berada dalam gendongan Adrian menuju ranjang kamar mereka tanpa melepaskan ciuman. Hilda sangat tahu jika Adrian tidak pernah puas dengan sang istri karena tidak pernah bisa memuaskan dan juga hanya monoton dalam satu gaya yang membuat Adrian bosan, dari ciuman ini Hilda bisa merasakan bagaimana perasaan Adrian pada dirinya. Hal ini yang tidak Hilda dapatkan dari pria lain dan mungkin Andrew yang pertama kali melakukannya atau dirinya yang terbawa suasana sehingga menyimpulkan hal itu, Hilda menatap apa yang Adrian lakukan saat ini pada mereka
Hilda menatap Adrian yang tampak ragu sebelum mengangkat panggilan ponselnya di mana yang tertera adalah nama Ronald, Hilda hanya diam sambil mengambilkan makanan di piring Adrian. Hilda sebenarnya tidak peduli dengan pembicaraan mereka tapi apa yang dikatakan dan dilakukan Ronald mulai merasa tertarik apa yang dibicarakan dengan Adrian, Hilda melirik sekilas di mana gerakan Adrian tampak biasa saja dan beberapa kali tersenyum ketika tatapan mereka bertemu. Adrian hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan dari panggilan Ronald dan akhirnya membuat Hilda menyerah untuk mengetahui isi pembicaraan mereka berdua, memulai makan dalam diam karena pada nyatanya Hilda sangat kelaparan setelah apa yang mereka lakukan tadi dan gerakan Hilda diikuti oleh Adrian yang makan dalam diam sambil mendengarkan pembicaraan Ronald.“Apa yang kamu dengar dari Ronald jangan pernah didengarkan” Hilda mengangguk malas sambil membereskan meja makan “kamu tidur duluan saja karena aku masih ada yang