Share

Bersama Johan

Hilda memutuskan bersama Johan entah akan dibawa ke mana tapi dirinya yakin jika Johan tidak akan berbuat seperti Charly, meski sebenarnya bersama Charly dirinya bisa mendapatkan uang lebih tapi untuk kali ini mungkin dirinya ingin sedikit tenang. Hilda menatap sekitar di mana benar adanya Johan mengajak keluar kota yang tidak jauh dari tempat mereka, Hilda hanya terdiam sampai mereka di hotel yang Hilda yakini sebagai tempat mereka tinggal selama di sini.

Johan menggenggam tangan Hilda ketika masuk ke dalam membuat berbagai pemikiran masuk di dalam kepalanya mengenai maksud dan tujuan dari Johan, menunggu kunci yang diberikan oleh pihak hotel tanpa melepaskan tautan tangan mereka. Suara seseorang memanggil nama Johan membuat mereka berdua menatap sang sumber suara, Hilda menatap Johan yang tampak tidak nyaman membuat dirinya bertanya – tanya.

“Sudah move on saja kamu” memberikan tatapan meremehkan “Mela mantan istri Johan dan kamu cewek bayaran atau memang kekasihnya?” menatap Hilda dari atas ke bawah “anak kuliahan dan tampaknya wanita bayaran” memberikan tatapan meremehkan pada Johan.

Hilda menatap datar pada Mela “siapa yang lebih rendah saya atau anda, seorang istri meninggalkan suaminya karena tidak bisa memberikan keturunan istri macam apa itu” tidak peduli dengan tatapan Mela yang yang masih meremehkan “dibandingkan dengan kamu yang tidak bisa memuaskan sama sekali dan sepertinya beruntung jika harus berpisah denganmu.”

Hilda menarik Johan agar pergi dari hadapan wanita yang mengaku sebagai mantan istrinya, di dalam lift tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Hilda tidak melepaskan genggaman tangan pada Johan seolah menguatkan bahwa ada dirinya yang bisa diandalkan, Johan yang menatap perbuatan Hilda dengan menahan senyum di mana bagi Johan adalah Hilda mempunyai sifat yang tidak diketahui orang lain yaitu perhatiannya yang tidak didapatkan dari Mela sang mantan istri. 

“Untung saja kamu sudah pisah sama dia.”

Hilda melangkah masuk ke dalam kamar dengan langkah kesal sedangkan Johan hanya diam menatap dari belakang, Johan mengikuti langkah Hilda hingga menuju kamar mandi. Tas yang berisi pakaian mereka yang ada dalam tas diletakkan Johan di salah satu sudut ruangan, Johan memang tidak memilih kamar yang besar karena hanya semalam di sini jadi untuk apa bayar mahal jika hanya digunakan untuk tidur. Pandangan Johan teralihkan ketika Hilda membuka pintu kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk, Johan tahu jika Hilda berusaha memuaskannya dengan memulai pekerjaannya. Tatapan Johan tidak lepas dari mengamati langkah Hilda kearah dirinya dengan langkah pasti, tangan Hilda memeluk Johan dari belakang yang dapat merasakan bukit kembar di punggungnya membuat milik Johan berdiri sempurna. Johan membalikkan badannya sehingga mereka berdua saling menatap satu sama lain, perlahan mencium bibir Hilda dengan tangan yang berada di leher Johan untuk memperdalam ciuman mereka berdua.

“Kita mulai sekarang?” Hilda menatap  Johan ketika melepaskan ciuman mereka berdua yang dapat terlihat bibirnya sedikit membengkak.

“Kita makan terlebih dahulu lebih baik kamu berpakaian dan aku membersihkan diri, tolong siapkan pakaian” mencium pipi Hilda sebelum melangkah ke kamar mandi “uangnya sudah aku transfer.”

Hilda membuka ponselnya setelah Johan mengatakan hal tersebut dan masuk ke dalam kamar mandi, Hilda menutup mulut melihat jumlah nominal yang masuk ke dalam rekeningnya karena bagaimana bisa uang yang dikirim lebih dari apa yang diharapkan. Hilda sangat tahu jika Johan adalah orang yang sangat loyal dengan dirinya bahkan akan tetap memberikan meski Hilda tidak melakukan apa pun dengannya, Hilda segera menyiapkan diri sebelum Johan selesai menyelesaikan mandinya menggunakan pakaian yang berada dalam tas dan telah disiapkan oleh Johan sebelumnya.

“Sudah siap ternyata” menatap Hilda dengan tersenyum sambil mengambil pakaian yang telah disiapkan “kita akan bertemu dengan orang – orang dari rumah sakit.”

Hilda membelalakkan matanya mendengar perkataan Johan “aku bukan siapa – siapa kamu apa kamu tidak malu?” Johan mengangkat alisnya “aku tidak sebanding denganmu dan aku...”

Johan menghentikan perkataan Hilda dengan mencium bibirnya lembut “yang menentukan seseorang bukan orang lain karena mereka tidak mengenal kita jadi aku tidak peduli.”

Hilda akhirnya pasrah mengikuti langkah Johan bertemu dengan beberapa rekan kerjanya yang menyambut dirinya dengan hangat dan terbuka, pasangan mereka juga sangat ramah sedikit membuat Hilda bernafas lega. Hilda menatap sekitar karena merasa tatapan tajam mengarah pada dirinya dan akhirnya dirinya bisa mengetahui dari sudut matanya siapa yang menatap dirinya tajam, seketika Hilda merasa tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan pada dirinya. Tatapan dari mantan istri Johan yang tadi bertemu dengan mereka di mana tatapan tersebut seolah tidak rela Johan bersama dirinya dan perasaan tersebut masih ada dalam diri Mela sang istri pada Johan. Hilda menatap pasangan Mela yang berada disampingnya yang terlihat seperti sosok senior dari Johan, Hilda merasa tidak mungkin Mela melepaskan Johan demi pria yang ada disampingnya.

“Hentikan tatapan itu yang akan membuat orang berpikir negatif,” bisik Johan membuat Hilda mengalihkan tatapan “pria itu adalah yang menghamilinya dan aku tahu ketika kita bertengkar dan mengakuinya, hubungan mereka sudah berjalan cukup lama dan alasan yang diberikan karena aku mandul.”

Hilda hanya diam “apa dia tidak mencintai pria itu?.”

Johan tersenyum “dia adalah istri ketiga dari pria itu yang tidak bukan adalah pemilik dari rumah sakit ini” Hilda membelalakkan matanya.

Hilda tidak menyangka jika mantan istri Johan sama dengan dirinya yang berlari ke pria lebih memiliki banyak harta, Hilda menatap pria tersebut dengan tatapan menilai dan membandingkan dengan ketiga pria yang bersama dirinya beberapa bulan ini belum juga Andrew yang masih memiliki keinginan bersama. Perbedaan besar antara dirinya dan Mela adalah Hilda belum menikah jadi dan pastinya harga lebih tinggi dibandingkan Mela tapi jika berbicara mengenai kemampuan di ranjang dirinya tidak bisa menilai jauh karena tidak tahu bagaimana Mela ketika di ranjang.

“Pastinya lebih panas kamu” Hilda mengalihkan pandangan ke Johan yang tersenyum manis “kamu di sini menemani aku bukan menatap mantan istriku.”

Hilda tersenyum tidak enak mendengar perkataan Johan “habis dari tadi melihat kearah sini” membuat Johan tersenyum simpul “bukankah lebih baik aku melayanimu di kamar dari pada bersama mereka yang membuatku tidak nyaman.”

Johan menarik pinggul Hilda agar lebih dekat dengannya “berapa lama kamu bisa bertahan?” membelai pipi Hilda pelan “sepertinya aku tidak sabar merasakan milik kita bersatu.”

Johan menarik Hilda untuk meninggalkan acara setelah berpamitan dengan beberapa rekan kerjanya, beberapa ada yang menggoda tapi ada juga tidak peduli dengan apa yang dilakukan. Johan tidak melepaskan genggaman tangannya dari Hilda seakan menegaskan pada semuanya jika mereka adalah sepasang kekasih yang tidak bisa diganggu oleh siapa pun saat ini, Hilda menatap Johan meyakinkan diri yang hanya diangguki.

“Jadi ini alasan kamu menolakku.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status