Share

Terkejut

Seorang perempuan dan anaknya tergopoh-gopoh berjalan menuju rumah. Tampak dokar membawa barang milik mereka sudah terparkir di depan rumah. Ini menandakan pak tani sudah sampai di  rumah.  Perempuan itu merasa lega, suami dan ananknya telah sampai dirumah dengan selamat.

“Pak tolong segera buka pintunya” Ibu petani sambil terengah-engah. Nafasnya masih naik turun tak beraturan.

“Sebentar Buk” tampak sahutan suara dari dalam

“KREKK..” suara pintu terbuka. Sang Perempuan itu segera masuk ke rumahnya bersama dengan seorang anaknya.

Pak tani memandangi dengan serius kotak besar yang di bawa istrinya. Ia tercengang dengan ukiran pada kotak kayu itu. Tak lama kemudian datanglah Runi anak yang tetap bersama ayahnya ketika kejadian pengejaran dayang istana.

“Istriku, apakah gerangan isi kotak sebesar itu? motif kotak itu juga sangat bagus” tanya pak tani pada istrinya dengan penuh rasa penasaran.

“Aku juga tidak tau pak” jawab bu tani sambil memandangi kotak yang sudah di letakkan pada sebuah meja.

Mereka semua penasaran dengan isi kotak besar itu. Tanpa menunggu lama pak petani itu memerintah istrinya untuk membukanya.

“Istriku, coba buka kotak itu” suruh pak tani. Ia tak sabar menyaksikan isi dari kotak tersebut.

“Aku tidak berani, suamiku.” jawabnya sambil sedikit ketakutan dan gemetar

“Baiklah biar saya yang membukanya” Pak tani segera mendekat lebih dekat dengan kotak kayu itu. Ia mulai menyentuhnya dengan sedikit keraguan.

Pak tani melihat-lihat kotak itu dengan cermat. Di cek nya semua sisi kotak dengan teliti. Semua sisinya dipenuhi dengan ukiran yang memukau. Terdapat sebuah gembok yang mengunci kotak itu. Namun dilihat-lihat tidak ada kunci yang menempel di kotak tersebut.

“Bagaimana kita dapat membukanya, kotak tergembok dan tidak ada kuncinya” kata pak tani.

Semua kebingungan, tiba-tiba Zebi anak perempuan yang tadi ikut bersama ibunya berbicara.

“Ibu, kalau tidak salah tadi aku melihat di dokar kerajaan ada sebuah kunci, atau mungkin itu kunci kotak ini” katanya.

 Baiklah ayah akan ke sana mencari kuncinya. Kalian jaga baik baik kotak ini. Jangan lupa pintu rumah dikunci.

“Ayah, aku ikut..” Runi sedikit berteriak melihat ayahnya hendak beranjak pergi.

“Tidak nak, kalian harus tetap disini menjaga kotak ini. Malam sudah teralalu larut biar ayah saja yang mencarinya” kata pak tani sambil berjalan pergi.

Mereka semua menunggu kepulangan pak tani dengan cemas. Hati mereka tidak tenang, sudah sekitar satu jam namun pak tani belum juga kembali. Mereka takut bahaya telah menghampiri ayahnya.

“Bu, atau aku susul ayah saja, ayah belum juga kembali bu ?” kata Zebi.

“Tidak ada pilihan lagi, baiklah nak yang penting hati-hati” jawab ibunya

Zebi akhirnya beranjak pergi setelah mendapat izin dari ibunya. Ketika Zebi membuka pintu rumahnya, ia melihat seorang pria mendekati rumahnya. Sepertinya itu ayahnya. Ternyata  benar, ayahnya telah kembali.

“Bu, bu ..” teriak pak tani dari luar rumah

Bu tani segera beranjak menuju pintu untuk melihat keadaan suaminya. Ia khawatir kalau telah terjadi hal-hal buruk yang menimpanya.

“Bagaimana suamiku?” tanya bu tani sambil sedikit cemas.

“Aman bu, kunci juga aku dapatkan, semoga ini kuncinya” jawab pak tani sambil menunjukkan kunci di tangannya.

Dengan segera mereka mencoba membuka kotak tersebut. Mereka semua kaget dan tak bisa berkata apa apa. Mereka mematung. Betapa terkejutnya mereka melihat isi kotak tersebut. Seorang bayi kecil di dalamnya. Bayi itu begitu mungil. Bayi itu menyambut tatapan mereka dengan mengembangkan senyum. Mereka sangat kebingungan. Bagaimana bisa seorang bayi kecil tetap hidup di dalam kotak kayu yang terkunci. Bayi itu pun tak mengeluarkan suara sama sekali. Inilah yang membuat mereka sangat terheran-heran.

“Pak, ataukah mungkin ini bayi kerajaan, putra kerajaan yang ditunggu-tunggu istana?” tanya Zebi, putrinya yang pertama. Warga desa memang beberapa kali mengetahui kabar bahwa Ratu telah mengandung.

“Mungkin juga nak, bapak dengar permaisuri raja waktu itu tengah hamil” jawab pak tani dengan masih tercengang tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Lantas, kita harus bagaimana suamiku?” istrinya kebingungan

“Aku juga bingung bu kita harus bagaimana. Atau kita rawat saja bayi ini. Jarak dari sini ke istana juga cukup jauh. Belum lagi kalau bayi ini masih di kejar-kejar sama orang yang kemarin”

“Iya pak, ibu juga berpikir seperti itu, belum tentu juga kita bisa membawa bayi ini ke istana sampai dengan selamat. Pak sebaiknya kita sembunyikan saja identitas bayi ini” Bu Rusmiah nama istri pak tani itu berbicara dengan sangat pelan kepada suaminya. Takut tanpa sengaja di dengar oleh orang lain. Padahal di luar tidak ada siapa pun. Ya setidaknya berhati-hati akan lebih baik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status