Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.
Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.
Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan masa. Ia tampak bersama dua orang perempuan. Ya benar sekali, mereka berdua adalah saudaranya, Runi dan Zebi. Mereka datang bertiga. Ayah dan ibu mereka sedang sibuk di ladang dan memang pekerjaannya ini tidak bisa ditinggalkan. Mereka sedang panen cabai, karena jika mereka menunda panennya ditakutkan akan turun hujan lebat mengguyur sehingga menggagalkan panennya.
Sungguh bahagia Putri Aleta meloihat kedatangan Putra Rafles. Adat prosesi pernikahan pun segera perlangsung. Satu demi satu adat pernikahan kerajaan telah selesai, dan kini Putri Aleta telah sah menjadi Permaisuri dari Putra Rafles. Kini saatnya acara jamuan makan besar bersama. Sebuah nasi kuning yang menjulang sangat tinggi telah tiba saatnya untuk di potong. Tengku dan kedua saudaranya lebih mendekat ke area Tumpeng tersebut yang tak jauh dari peberadaan keluarga istana.
Detik detik pemotongan sedang berlangsung. Tiba tiba saja sebuah serangan misteris datang tidak tahu dari mana arah datangnya. Semua panik dan berhampuran tak karuan menyelamatkan diri. Begitu juga dengan Tengku. Ia tanpa sadar berlari mendekati singasana keluarga kerasaan yang terpampang indah dalam acara pesta pernikahan.
Di tengah kalang kabutnya kepanikan, kalung Ratu Neda menyala. Hal ini membuat ratu teringat akan putranya. Ratu Neda yakin bahwa anaknyaada di antara banyaknya orang yang ada pada pesta pernikahan ini. Namun ratu tidak bisa berbuat apa apa. Mereka semua sibuk menyelamatkan diri, begitu juga ratu Neda. Di situasi seperti ini akan sangat membahayakan jika ia mengambil langkah untuk mencari putranya yang sudah hilang bertahun-tahun. Perasaan campur aduk menghampiri Ratu Neda. Namun keselamatan lebih penting.
Sungguh sangat disangangkan. Raja Reja terkena anak panah dari serangan Tak terduga itu. Nath dari mana dan siapa dalang dibelakang penyerangan ini. Maksud dari penyerangan ini pun masih menimbulkan benak tanda tanya di seluruh warga Kerajaan Niswa dan pihak istana.
“Ah lenganku terluka” teriak Raja Reja. Segerombolan prajurit segera mendekat dan membawanya untuk diamankan.
“Sebentar, biarkan saya tetap disini.. sisa umurku tidak lama lagi” suaranya disertai dengan rintihan rintihan menahan sakit.
“Suamiku engkau tidak boleh berkata demikian.. ”
“Tidak istriku aku sudah melihat tanda akhir hayatku. Berhentilah menangis ” ucap sang Raja yang dikelilingi prajurit untuk menghindari serangan dari kelompok tak dikenal itu.
“istriku, aku hanya berpesan, baik baik engkau disini. Maaf aku tidak dapat menyelesaikan masalah yang dalami kerajaan ini. Jaga diri baik baik, semoga enkau selalu bahagia ”
Raja telah menutup mata. Di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi Kerajaan Niswa merubah menjadi hari yang menyedihkan, di hari pernikahan Putri Aleta, justru serangan dari orang tak dikenal telah menewaskan Raja.
Ratu menangis terisak isak tak kuasa menahan kesedihan. Bertama dihari pernikahan putrinya, justru Putra Rafles tidak datang dan suaminya harus menghembuskan nafas terakhir karena serangan dari segerombolan orang tak dikenal.
Keadaan pesta berubah menjadi suasana yang menyedihkan, dirundung duka yag teramat dalam karena kematian sang pemimpin kerajaan.
***
Upacara pemakaman raja di lakukan. Seluruh rakyat istana yang mulainya datang untuk menyambut hari bahagia, justru berubah menghadiri kematian raja. Semua rakyat yang berkumpul menahan kesedihan. Sementara beberapa rakyat yang terluka di dalam istana di tangani tabib istana.
Tengku. Ya tengku putra istana yang tidak tahu kalau ia keluarga kerajaan juga menjadi salah satu korban. Ia terluka di bagian perutnya. Sang tabib membuka bajunya hendak mengobati.
Kaget sungguh kaget sang tabib melihat tanda lambang Kerajaan Niswa bersarang di perut tengku. Tabib tak bisa berkata apapun. Ia mematung sejenak yang menyebabkan orang orang di sekitarnya terheran heran.
“putra pangeran, maaf hamba izin mengobati luka pangeran”
“Pangeran ?” Tengku menunjukkan telunjuknya ke arahnya sendiri.
“Iya pangeran..”
“Maaf sepertinya anda salah orang. Aku bukan seorang pangeran. Aku hidup dengan keluargaku sejak kecil”
“Sebentar saya obati terlebih dahulu luka pangeran setelah itu nanti saya jelaskan”
Selamat membaca.. sudah mau menuju konfik utama ini hehe.. selepas ini bab akan lebih menarik ceritanya.. kuy tetap ikutin ya.. lebh seru bab bab selanjutny adari pada bab awal awal
BAB 13Kepemimpinan Baru“Ratu, saya ada izin menyampaikan sesuatu..”“Tidak tahukah kamu jika ratu sedang bersedih?” teriak Putri Aleta yang duduk di samping bundanya. Tampak juga Pangeran Rafles ada di sana.“Mohon maaf putri, tapi ini kabar mengenai putra pangeran yang hilang” tabib masih berusaha medesak untuk dapat menyampaiakan informasi yang dibawanya.“Memangnya apa yang ingin disampaikan?”“Mohon maaf Rangeran Mahkota ada di dalam istana”“Anakku yang hilang??” ratu langsung menyaut“Benar sekali ratu”“Dimana ia sekarang?”“Ada di ruang pengobatan ratu”Ratu segera beranjak lari. Ia menuju ke ruang pengobatan ingin memastikan jika yang disampaikan tabib istana benar.Benar sesuai apa yang dikatakan sang tabib. Kalung mutiara ratu menyala. Ini menandakan keberadaan putra pangeran berada di sini. Ruangan penuh dengan orang orang. Yang mana pangeran masih menj
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Akhirnya penantian panjangnya membuahkan hasil. Semua sudut istana telah siap untuk ikut andil dalam acara pernikahan perdana Kerajaan Niswa. Tamu tamu istana mulai berdatangan, rakyat Kerajaan Niswa juga mulai memenuhi aula pernikahan. Suasananya tampak ramai. Melebihi ramainya orang memadati pasar.Kecantikan Putri Aleta benar benar menari perhatian semua yang hadir. Bahkan Putra Kerajaan lain terlihat sangat ingin menggantikan posisi Putra Rafles. Matanya berbinar menandakan bahwa mereka kagum melihat kecantikan paras Putri Aleta. Putri Aleta sudah terduduk di kursi ditemani oleh raja dan ratu, sementara kursi mempelai pria beserta keluarganya masih kosong. Mereka masih menanti nantikan kedatangan Putra Rafles dan keluarga Kerajaan Bunga.Tengku, seorang anak laki laki yang belum diketahui identitas aslinya tampak hadir ditengah tengah kerumunan ribuan m
Hari yang ditunggu-tunggu Putri Aleta telah tiba. Hari ini juga Putra Rafles akan berkunjung ke istananya. Pancaran kebahagiaan Putri Aleta tersorot dari bola matanya yang sedikit kecoklatan. Raja Reja mulai gusar. Ia sempat beberapa kali pindah posisi dalam duduknya. Ya hal ini sangatlah wajar mengingat mereka menunggu kedatangan Pangeran Rafles dan Rombongan sudah begitu lama. Putri Aleta mulai merasakan kecemasan. Bagaimana tidak, Putra Rafles yang ditunggu-tunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. “Putriku, Apakah rombongan Kerajaan Bunga jadi kesini? Kenapa lama sekali” ucap Sang Raja yang mulai terlihat tampak bosan. “Pasti mereka jadi kesini ya, sepertinya mereka masih dalam perjalanan” Putri Aleta mencoba menenangkan ayahnya walau dirinya sebenarnya tidak tenang. Yang lebih membuatnya lebh takut lagi adalah Putra Rafles memang tidak jadi pergi ke istananya. “Baiklah kalau begitu..” Putri Aleta mondar-mandir. Hatinya tak
“Paduka.. mohon maaf kami berdua tidak dapat menemukan putra pangeran selama berkelana mencarinya” utusan yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Putranya selama bertahun-tahun telah kembali. Ya penampilannya sedikit berbeda, hal ini karena dimakan usia.“Apakah kalian yakin sudah menelusuri semua tempat di bawah kekuasaan kerajaanku?”“Sudah paduka, mohon maaf sekali kami belum dapat menemukan putra kerajaan” dengan wajah menghadap lantai“Baiklah sekarang beristirahatlah..”Akhirnya raja menyuruh mereka untuk segera beristirahat. Raja tidak memerintahkan mereka untuk mencari putranya kembali. Raja akan mencari cara lain untuk menemukan putranya. Ternyata caranya selama ini tidak efektif dan tidak membuahkan hasil.Ratu kembali merasa sedih. Sebelumnya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan kesedihannya. Namun, dengan kembalinya utusan ke istana seakan memaksa hati ratu untuk membu
Kelas memanah telah usai dari dua pekan lalu. Dalam dua pekan ini pula Pangeran Rafles tidak bertemu dengan Putri Aleta. Ia sangat cemas dengan kabar Putri Aleta. Apakah ia baik baik saja? ataukah ada lamaran datang untuk meminangnya? Pikiran itu selalu menghantui Pangeran Rafles sejak dua pekan lalu. Di tambah lagi kala mengingat ucapan Putri Aleta terakhir kali mereka di taman waktu itu.Ia makin tersiksa dalam keadaan tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tak mungkin mendapat izin dari ibunya untuk pergi ke Kerajaan Niswa. Jaraknya yang lumayan jauh bukan menjadi masalah, Namun ayahnya yang terbaring tak berdayalah yang membuat kami putra putra kerajaan tidak boleh pergi ke luar dari istana.Kecemasannya kepada Putri Aleta sudah tak tertahankan, dengan memberanikan diri Pangeran Revan berbicara pada ibunya.“Wahai bunda Ratu, bolehkah hamba meminta izin pergi ke Kerajaan Niswa untuk melihat pujaa
“Bagaimaan suamiku? Akankah kita menerima maksud baik Kerajaan Flambuana?”akhirnya ratu memberanikan diri untuk bertanya kepada suaminya. Ia sudah begitu pusing memikirkan hal ini selama berhari-hari.“Sebenarnya aku masih mempertimbangkan ini” sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tampak beberapagaris guratan di wajahnya menandakaniatengah berpikir keras.“Apa yang engkau pikirkan wahai Suamiku?” Ratu dengan lembutnya bertanya lagi. Sepertinya masih ada sesuatu pikiran yang mengganjal di kepalanya.“Jujur aku sungguh ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kerajaan Flambuana. Namun masalahnya pastilah nanti putri kita yang akan di boyong kesana. Sedangkan kita sedang memerlukan seseorang yang dapatmenggantikan posisiku. Sampai kini kabar putra kita pun belum diketahui. Masih hidup atau tidak pun tidak ada yang mengetahuinya”raut wajahnya kini