Share

Love Story Nadira
Love Story Nadira
Penulis: Clarissa

EPISODE 1

Hari ini 14 februari 2019,bertepatan dengan hari ulang tahun Nadira ke 18. Tapi semua ini seperti malapetaka baginya. Ikbal kekasih yang selalu dia puja ,pagi tadi tiba-tiba memutuskannya. Entah apa penyebabnya,Nadira pun masih tidak percaya dengan keputusan Ikbal.

Tidak hanya Ikbal yang pergi meninggalkan Nadira,siang tadi ada seorang polisi yang megabari Nadira,kalau Ayah Nadira mengalami kecelakaan pesawat saat bertugas ke Singapore.

Ayah Nadira,Burhan Wijaya adalah seorang pilot disebuah maskapai pernebangan International. Sudah 20 tahun beliau mengabdi diperusahaan tersebut. 

Hati Nadira hancur,ayah yang selalu menjadi pelindung baginya,kini telah pergi meninggalkan Nadira dan ibunya untuk selama-lamanya. 

  

Demi ibunya,Nadira mencoba untuk tegar. Nadira tidak ingin membuat ibunya bertambah sedih. Apalagi dia anak satu-satunya.

Malam ini seperti mimpi buruk bagi Nadira. Dia masih berdiam diri dikamarnya. Tatapannya masih tertuju pada albun foto keluarganya. 

"Ayah..kenapa ayah begitu cepat ninggalin Dira..."

"apakah Dira sanggup ngejalanin ini semua tanpa ayah..." ucap Nadira dengan air mata yang masih mengalir. Matannyapun sembab dan bengkak. 

Masih ingat waktu dia kecil,ayahnya sering membawanya jalan-jalan kepantai,karena waktu Dira kecil rumahnya dekat dengan pantai dan ayahnya sering mengajak Dira kesana.

Matahari pagi mulai memancarkan sinarnya,menembus kaca jendela kamar Dira. Dira yang tadinya begitu terlelap ,kini perlahan mulai membuka matanya karena merasa ada yang menyinari wajahnya. Semalam Dira lupa menutup horden kamar,bahkan dia juga lupa menutup jendela.

Suasana rumah masih terasa sunyi,Dira mencoba bangun dari tempat tidur. Pukul 06.00 pagi,masih terlalu pagi untuk dirinya bangun,matahari yang semakin memancarkan sinarnya membuat dia ingin bergegas membersihkan diri. 

Sembari membasuh wajahnya yang putih bening,Dira menatap kekaca yang berada diwastafel kamar mandinya. Ternyata matanya masih bengkak,dan pucat. 

Dira menghela nafas panjang,seperti mengisyaratkan bahwa dirinya harus kuat.

"loe harus kuat Dir,,loe harus bisa move on.." ujarnya berbicara dengan dirinya didepan kaca. Senyum tipisnya mulai menghiasi bibirnya yang merona.

Perlahan Dira melangkah keluar dari kamarnya dan menyusuri tangga menuju ruang tengah. Dia ingin menemui ibunya. Karena setelah pemakaman ayahnya selesai,Nadira langsung mengurung diri dikamarnya.

Selangkah demi selangkah Nadira menemui ibunya. Dilihatnya ruang tengah itu masih sepi,tidak satupun orang disana. Dira lalu menuju ke dapur,ada mbok Inah yang sedang memasak. 

"Ibu dimana mbok..?" tanya Dira dengan nada lirih.

"eh mb Dira sudah bangun,Ibu masih dikamarnya mb.." jawab mbok Inah menghampiri dirinya.

"mb Dira mau sarapan sekarang? 

"gak mbok,nanti aja. Dira belum pengin sarapan.." jawabnya.

"ya udah,mbok tinggal masak dulu y mba.." ujar mbok Inah,dan dibalas anggukan oleh Dira. 

Rumah Dira benar-benar sepi,rumah yang biasanya ramai dengan obrolan ibu dan ayahnya ,kini terasa dingin.  Kerabat ibu Dira juga sudah pulang,karena rumahnya dekat dengannya,merekapun memilih untuk tidak menginap dirumah Dira.

Dira mulai bergerak menuju kamar ibunya. Dia takut kalau ibunya terlalu jatuh dalam kesedihan. Dilihitnya pintu kamar ibu Dira terbuka. Dira melangkah dan mengintip dibalik pintu.

"ibu...bu..." ucap Dira lirih,namun tidak ada jawaban dari ibunya. Dira mempercepat langkahnya,dia panik mendapati ibunya tidak ada dikamar. 

"lho..ibu kok gak ada..."

"kata mbok inah ibu dikamar..." ucap Dira dengan nada kawatir.

"apa mungkin dia ditaman..."gumamnya dan bergegas menuju belakang rumahny.

Ternyata Dira benar,ibunya sedang duduk di kursi yang berada ditaman rumah. Dira berjalan menghampiri ibunya dan memeluknya dari belakang.

"Ibu..."

"ibu kok disini,kita masuk yuk.." ajak Dira lalu duduk didepan ibunya.

"sayang,kamu sudah bangun.."

"ibu hanya ingin menghirup udara segar.." jawab ibunya. Mata ibu Dira juga masih bengkak,air matanya masih tergenang,dan wajahnya juga masih terlihat sedih.

"Ibu..." ucap Dira memeluk ibunya. Dia tidak bisa menahan air matanya,dia tidak tega melihat ibunya yang masih bersedih. 

"Dira....." pelukan Dira membuat ibunya kembali berlinang air mata,tapi dia teringat,dia harus menjadi sosok ibu yang tegar dan kuat demi anak tunggalnya itu.

"sudah sayang,,jangan nangis,,ayah kamu sudah tenang disana. Kita harus ikhlas menjalani ini semua". ucap ibunya dengan mengelus rambut Dira.

Ucapan ibunya membuat Dira yakin dan tegar,sekarang dirinya lebih tenang. Ternyata ibu Dira lebih kuat dari yang dia bayangkan. Meski kehilangan suaminya,Ibu dira tetap tegar demi Dira. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Noorly
Nice story
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status