Share

Episode 7

Ivan menyuruh mbok Toro untuk mengambil kotak P3K. Dia lalu membersihkan luka Dira dan mengobatinya.

"kok sampai bisa jatuh begini Dir,,,??"tanya Ivan sambil mengoleskan obat merah ke dahinya.

"awww..awww..."

"pelan...pelan pak..."rintih Dira kesakitan. Memang lukanya tidak terlalu besar,tapi karena berada dikepala sehingga darahnya terus keluar .

"ini juga udah pelan kok,tahan sebentar.." ucap Ivan.

Melihat Ivan membersihkan lukanya,Dira merasa tidak enak. Boss yang selama ini dia kira egois,ternyata mempunyai hati seperti malaikat juga. 

"nah,sudah selesai" ucap Ivan. Lalu duduk disebelah Dira.

"makasih pak,,"ucap Dira sembari memegangi kepalanya. 

"lain kali kamu lebih hati-hati,coba kalau kamu sampai gegar otak?? bisa panjang urusannya" Ivan lalu membereskan kotak P3K dan menyuruh mbok Toro untuk menyimpannya kembali.

"iya pak,tadi saya buru-buru. Saya takut bapak nanti nyariin saya" ucap Dira.

"kalau kamu gak ada,sayakan bisa tanya sama pak Ari" ucap Ivan.

"iya juga ya pak..." jawab Dira tersenyum memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"ini sudah siang,saya antar kamu pulang ya??" ujar Ivan. Diam-diam rupanya dia mulai simpati dengan Nadira. Dia ingin lebih dekat dengan kehidupannya,dan tentang keluarganya.

"gak usah pak,saya masih bisa nyetir sendiri kok pak"  jawab Dira.

"gak,,kamu itu kepalanya masih sakit. Jadi biar saya saja yang mengantar kamu pulang"ucap Ivan ngotot.

"ya sudah,terserah bapak" Dira menuruti keinginan bosnya. "Dari pada saya dipecat,mending aku turutin aja kemauan dia" gumam Dira.

Sebelum  mengantar Dira,Ivan pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengganti celananya. Karena sebelumnnya dia hanya memakai celana kolor.Ivan lalu memakai celana chinos panjang  dan memakai kaos oblong yang dipakainya tadi,lalu dipadukan dengan kemeja kotak warna hitam sebagai outernya. 

Disaat Ivan berganti pakaian,Dira berjalan kearah ruang tamu. Dia melihat beberapa lukisan yang dijadikan sebagai pajangan rumah Ivan. Rumah Ivan memang besar,interiornya bergaya Moderen. Banyak furniture yang menggunakan material besi dan kaca. Sehingga menciptakan nuansa mengkilap dan Moderen.

Dira teringat dengan cerita Lisa,kalau Ivan hanya tinggal seorang diri,dan hanya ditemani mbok Toro dan pak Ari .Sedangakan orangtuanya menetap di jerman. Karena ayahnya asli orang jerman,sedangkan ibunya masih keturunan jepang-korea. Jadi wajar kalau raut wajahnya sangat tampan. Bertubuh tinggi,mata yang sipit dan juga hidung yang mancung.

Lagi-lagi disaat Ivan hendak menghampiri Nadira,jantungnya seakan seperti genderang yang ditabuh dengan kencangnya . Ada rasa yang berbedaa setiap melihat sekertarisnya itu. "oh Ivan,stop!!. Dia itu hanya sekertarismu,ingat!! Sekertarismu" gumam Ivan seakan membangunkannya dari lamunan.

"hey,apa yang kamu lihat??"

"ayo kita berangkat.." ucap Ivan. Dira lalu membuntutinya dari belakang. Setelah berada dihalaman rumah Ivan,ketika Dira hendak membuka pintu mobil,tiba-tiba Ivan berteriak.

"hey...no..no...no.." 

"sini kunci mobilnya!!"

"saya tadi sudah bilang,biar saya saja yang menyetir!" Ivan lalu meminta Dira untuk memberikan kunci mobilnya .

"tapi saya sudah sembuh pak,suer ..." ucap dira sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"belum,kamu itu masih sakit!!"

"ayo cepat masuk mobil...!!" Dira lalu menuruti ucapan Ivan. Dia lalu berputar menuju pintu mobil yang satunya.

Ivan lalu melajukan mobilnya dan mengantar Nadira pulang . Didalam perjalanan,rupanya Ivan mencuri-curi waktu untuk memandangi sekertarisnya itu.

Dia berkali-kali menengok kesebelah kiri,berpura-pura menatap kearah spion.

Sebenarnya Nadira sudah menyadari,kalau bosnya sedang memperhatikannya. Namun dia berpura-pura supaya bosnya itu tidak salah tingkah.

"pak,," 

"apa bapak kurang enak badan???" tanya Dira.

"tidak,saya sehat-sehat saja..." 

"memangnya kenapa???" tanya lelaki berumuran 30an itu.

"kirain bapak kurang sehat,habis kelihatannya gelisah gitu...". ujar dira tersenyum.

"jadi dari tadi kamu merhatiin saya???" 

"cie..." 

"punya penggemar baru nih saya.. " ucap Ivan terlalu percaya diri.

"jelas dong,saya inikan sekertaris bapak. Jadi semua yang bapak lakukan,pasti saya tahu".

"tapi bukan berarti saya ngefans sama bapak..." balas Dira  tersenyum. Mereka berdua tertawa bersama,bahkan Ivan lupa kalau Dira itu pegawainya. Semakin hari Ivan semakin terpana dengan kecantikan Nadira. Pikirannya hanya tertuju pada gadis yang berada disampingnya itu.

"disitu belok kiri pak...!" ucap Dira sambil menunjuk ke arah pertigaan jalan. Rumahnya berada dipinggir jalan,dengan halaman yang cukup luas.

"nah itu rumah saya..." ucapnya sambil menunjuk ke arah rumahnya.

"oh,jadi rumahmu disini rupannya..." 

"boleh saya mampir???" ucap Ivan melirik ke arah Dira. 

"bapak mau ngapain mampir kerumah saya???" tanya Dira mengerutkan keningnya yang masih sakit .

"lho,saya ini bos kamu,jadi saya berhak dong buat mampir kerumah karyawannya...! jawab Ivan menunjukan jari telunjuknya kewajah Nadira. 

"ya pak,boleh..." ucap Dira.

Ivan turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Dira. Dia begitu cekatan menuntun sekertarisnya. Sebenarnya Dira merasa canggung,dia masih bisa berjalan sendiri tanya harus dipapah bosnya.

Mendengar ada suara mobil dari depan rumahnya,Sinta mengintip dari balik horden jendelanya. Dia melihat putrinya dipapah oleh seorang pria bertubuh tinggi. 

Pikirannya mulai panik,apa yang terjadi dengan putri semata wayangnya itu. Seorang ibu pasti akan kawatir melihat anaknya pulang dengan dipapah oleh seorang laki-laki yang dirinya saja tidak mengenalnya. 

Ibu Dira membuka pintu dan berlari menghampiri Dira dan Ivan.

"ya ampun Dira,kamu kenapa sayang...???" tanya Ibu Sinta  dengan memegangi wajah putrinya.

"Dira gak papa kok bu.."

"hanya terbentur tembok saja..." 

"ibu gak usah kawatir ya..." ucap Dira memegangi tangan ibunya.

"iya bu,ibu tidak perlu kawatir. Saya sudah mengobati lukanya..." ucap Ivan.

"terima kasih nak,kalau boleh tau anda ini siapa??" tanya Sinta menatap kearah Ivan.

"saya Ivan bu,saya rekan kerjanya Dira.." jawab Ivan seolah tidak ingin memberitahu kalau dia adalah bossnya Nadira. Namun ibu Dira ingat,kalau boss Dira itu bernama Ivan.

"anda Pak Ivan??" 

"anda bosnya Nadirakan?? tanya ibu Dira

"maaf pak ,Dira jadi merepotkan Pak Ivan.." ucap Sinta 

"Dira sama sekali tidak merepotkan saya kok bu,malahan saya minta maaf karena sudah membuat Nadira terluka ". jawab Ivan membungkukan badannya.

"ternyata memang benar apa yang dikatakan Nadira,kalau Pak Ivan ini sangat baik"

"sebagai ucapan terima kasih saya,alangkah baiknya kalau  mampir dulu ketempat kami..." pinta ibu Dira.

Sepertinya Ivan benar-benar mendapat lampu hijau dari ibu Dira,ini suatu peluang baginya untuk lebih dekat dengan Nadira.

"Dira terlalu melebih-lebihkan saya bu..." ucap Ivan melirik kearah Dira. 

"dengan senang hati bu..." jawab Ivan. Mereka bertiga lalu masuk kedalam rumah Nadira.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status