Share

Episode 10.

Penulis: Clarissa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 15:13:21

Satu bulan sudah berlalu sejak dirinya bekerja dengan CEO yang bernama Ivan. Tepat hari ini,Nadira akan mendapatkan gaji pertamanya.

Pagi itu ia berangkat lebih awal,ia harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia rampungkan. Dengan sepatu berhak tinggi layaknya seorang sekertaris pada umumnya,ia berjalan menuju meja kerjanya.

Rupanya pagi itu masih sepi,hanya ada beberapa karyawan yang juga berangkat lebih awal,sepertinya.

Dan juga sang Presdir Ivander Singgih, dirinya sengaja berangkat lebih pagi dari para karyawan lainnya,karena ada sesuatu yang harus ia lakukan,yakni mengamati para karyawannya. 

Ia memasuki kantor lalu berjalan menuju ruang kerjanya.Sebelum masuk keruang kerjanya,dari kejauhan ia sudah melihat sekertarisnya duduk didepan komputernya.

Ivan menatapnya dari kejauhan,terlihat soso Nadira yang ceria dan cerdas. Ia terlihat begitu piawai dalam bekerja,membuat Ivan selalu terkesan. Masih dalam posisi yang sama,matanya enggan berkedip. 

Tapi sayangnya itu tidak berlaku lama,seorang karyawan menyapanya dari belakang. Mau tidak mau ia harus menyudahi apa yang dia lakukan.

"selamat pagi Pak Ivan,," sapa seorang karyawan yang baru saja berangkat,dengan cueknya ia membalas ucapan karyawan itu.

"pagi," jawabnya sembari melangkah menuju ruang kerjanya. Mendengar suara bosnya,Dira langsung berdiri,ia  lalu mengambil lembar kerjanya dan mengikuti Ivan.

"Selamat pagi Pak," ucapnya.

"pagi ini kita akan mengunjungi proyek pembangunan gedung serbaguna yang ada di Sentul pak," 

"dilanjut dengan makan siang di Hotel Nirwana bersama Pak Andre,wakil direktur PT Gemilang ," tuturnya.

Dengan wajah yang kurang semangat,Ivan menyandarkan badannya di kursi kerjanya. Ia mengusap kening dengan jemarinya.

"hah....."

"pasti hari ini akan menjadi hari yang melelahkan," ucapnya.

Melihat bosnya kurang bersemangat,Dira berinisiatif menawarkan secangkir teh hangat untuknya. Ivanpun menerima tawaran Nadira. Ia lalu berlari ke Pantry dan membuat secangkir teh untuk bosnya, ia lalu kembali keruang kerja Ivan.

Dengan terburu-buru Dira berjalan membawa cangkir yang berisi teh panas,tapi tidak begitu panas.Dan apa yang terjadi,saat ia hendak memberikan teh itu ke Ivan,kakinya tersandung kabel telefon,dan akhirnya tumbah tepat mengenai kemeja Ivan.

Ivan berteriak merasakan ada guyuran air panas mengenai badannya, "ahhhhh panas-panas," tuturnya. Dira panik,ia lalu mengelapnya dengan tisu. "oh tuhan,apa yang telah aku perbuat,bisa kena marah ini" desisnya.

"Nadiraaaaaaa....!!!!" teriak Ivan,tapi  tidak sampai terdengar karyawan lainnya.  Dira sungguh ketakutan melihat wajah bosnya.

"maaf pak,maaf,"

"saya tidak sengaja," ucapnya masih mengelapi baju bosnya.

"gimana sih kamu...!" cetusnya.

"saya ambilkan baju cadangan bapak ya,," Dira lalu berlari ke ruangan pribadi  yang berada didalam ruang kerja Ivan. Disitu terdapat Spring Bad untuk Ivan beristirahat,dan lemari untuk menaruh baju-baju Ivan.

Dira lalu mengambil kemeja Ivan,dan memberikan kepada bosnya.  Ivan lalu berganti pakaian diruang pribadinya. Sedangkan dira membersihkan sisa teh yang membasahi meja kerjan Ivan. "ya ampun,untung saja tidak mengenai mukanya. Coba kalau sampai ia terluka,bisa dipecat gue." gerutunya disela-sela mengelap meja.

Ivan kembali dengan baju yang sudah ia ganti. Dan seperti hari-hari biasanya,memakai dasipun harus sekertarisnya yang beraksi. Ivan terbatuk seolah memberi tanda kepada Nadira bahwa ini waktu untuknya memakaikan dasi.

Dira mengambil dasi yang ada dilaci lemari,lalu mengalungkannya keleher Ivan. Dengan begitu manis ia menyimpul dasi bosnya dengan rapi. 

"Dir,kenapa kamu masih betah kerja dikantor ini"?? tanya Ivan menatap wajah sekertarisnya.

"karena saya butuh pemasukan pak," jawab Dira yang masih sibuk dengan dasi Ivan.

"apa kamu tidak takut dengan saya,??" tanya Ivan.

Setelah selesai memakaikan dasi,Dira  sedikit menjauh dari bosnya.

"kenapa saya harus takut pak," jawabnya santai. Malahan nadanya terdengar begitu lembut.

"kata orang saya ini galak,saya ini egois?" tegasnya.

"itu kata orang pak,tapi bagi saya namanya manusia pasti ada baik buruknya pak." tegas Dira.

"begitu juga dengan Pak Ivan," sambungnya

"emmm,hari ini kamu genap kerja satu bulan kan??" tanya Ivan. 

"iya pak," jawab Dira. 

"oh ya pak,ini sudah pukul 08.00,"

"sudah waktunya kita berangkat ke proyek," ucap Dira mengalihkan pembicaraan mereka.

Sebenarnya  Ivan masih ingin mengobrol dengan Dira,tapi karena waktu memaksanya untuk menyudahi pembicaraan mereka.

Ivan melirik kearah jam tangannya,lalu mengajak Dira untuk berangkat ke Sentul.

Sekitar 50 menit mereka berada dimobil,karena kebetulan jalanan cukup sepi. Ivan disambut hangat oleh Pak Diro selaku kontraktor yang menangani gedungnya. Mereka berdua berkeliling proyek,sedangkan Nadira disuruh menunggu didepan parkiran.

Merasa bosan dengan pekerjaannya,ia mencoba mencari suasana baru. Dira berjalan menyusuri lorong bangunan yang masih setengah jadi itu. Dari kejauhan ia melihat ada sebuah kolam ikan yang masih baru. Ada sekitar 10 ekor ikan Koi yang berenang disana.

Ia lalu duduk dipinggiran kolam,dengan santainya ia memainkan air kolam.  Karena ia merasa kegerahan ia melepaskan sepatunya,dan merendam kakinya kedalam kolam. Rasanya begitu segar merasakan dinginnya air,karena cuaca dibogor lebih terasa sejuk dibandingkan  dijakarta.

Berkali-kali Dira menengok ke arah parkiran,berharap bosnya dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Karena sebenarnya ia sudah cukup kelaparan,jika ia meninggalkan tempat itu,ia takut bosnya akan mencarinya.

Dira lalu mengambil ponselnya,dan beswafoto disana. Tetapi ketika dirinya ingin berfoto kembali,tiba-tiba seekor kecoa terbang kearahnya,dan mendarat tepat ditangannya. Sontak ia terkejut dan tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.

"oh no,ponselku!!!!" teriak Dira. Dengan berhati-hati,ia mencoba meraih ponselnya yang terjatuh kedalam kolam. Pelan-pelan ia meraihnya,tapi apa yang terjadi,dirinya malah tercebur kedalam kolam yang kedalamannya sekitar satu meter .

"byurrrrrr...." Dira terjatuh. Ia pun berteriak meminta tolong. 

"tolong..tolong...." teriaknya. Dira mencoba berenang kepinggir kolam,tapi apa daya,kakinya kram. Ia tidak dapat bergerak. Ia pun merintih kesakitan,dan berharap ada yang menolongnya.

Mendengar ada orang berteriak meminta tolong,dan kedengarannya seperti suara Nadira,Ivan dengan sigapnya berlari mencari sumber suara tersebut. 

Tempat yang pertama ia tuju adalah parkiran. Ia ingat kalau ia meninggalkan Nadira disana. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love Story Nadira   Episode 12

    Dengan baju yang sedikit masih basah,Ivan menuruni anak tangga menuju ruang tamu. Mengingat baju Ivan yang basah,Ibu Dira berinisiatif meminjamkan baju mendiang suaminya kepada Ivan. Ia mendekat dan menghampirinya. "nak Ivan,gantilah pakainmu dengan ini !" ucapnya. Dengan senang hati Ivan menuruti permintaannya,memang sifat Ivan egois,namun dia paling tidak bisa jika harus menolak permintaan seorang ibu. Ivan mengenakan kemeja warna putih dan celana linen warna abu tua. Tinggi badan Ivan yang hampir sama dengan mendiang ayah Dira,sehingga ukurannya sangat pas dibadan Ivan. Setelah mengganti bajunya dikamar tamu,Ivan lalu kembali keruang tamu. Ia melihat kesekitar interior rumah Dira,rumahnya cukup besar. Banyak hiasan dinding yang menghiasi tembok rumah Dira. Terlihat ada sebuah foto besar,seperti sebuah foto keluarga. Difoto itu ada Dira dan ibu Sinta mengenakan kebaya warna biru,dan ayah Dira yang memakai seragam pilot. "ternyata

  • Love Story Nadira   Episode 11

    Ivan berlari ke arah parkiran,ia melihat kesekeliling tempat itu namun nihil. Nadira tidak ada diparkiran,karena suara Dira hilang dan tidak terdengar lagi. Ia lalu kembali berlari dan menuju lorong.Dari kejauhan,ia melihat kolam ikan yang dipinggirannya terdapat sepatu Nadira. Dengan paniknya,ia berlari menghampirinya. Masih dengan posisi yang sama,Nadira merintih kesakitan."aw,kaki gue sakit banget,"desahnya sambil menggigit bibirnya sendiri.Seperti seorang Pangeran yang datang menolong seorang Putri,dengan sigapnya Ivan melepas sepatu dan jasnya, lalu masuk kedalam kolam."kamu gak papa Dir?" Ivan lalu membopong tubuh Dira,yang basah kuyup. Dengan kedua tangannya ia memegangi pundak Dira."kaki saya kram Pak,""sakit sekali," rintih wanita 19 tahun itu.Dengan kuatnya,ivan membopong Dira menggunakan kedua tangannya. Meski merasa tidak enak,Dira tetap menuruti apa yang dilakukan Ivan."pegangan dilehe

  • Love Story Nadira   Episode 10.

    Satu bulan sudah berlalu sejak dirinya bekerja dengan CEO yang bernama Ivan. Tepat hari ini,Nadira akan mendapatkan gaji pertamanya. Pagi itu ia berangkat lebih awal,ia harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia rampungkan. Dengan sepatu berhak tinggi layaknya seorang sekertaris pada umumnya,ia berjalan menuju meja kerjanya. Rupanya pagi itu masih sepi,hanya ada beberapa karyawan yang juga berangkat lebih awal,sepertinya. Dan juga sang Presdir Ivander Singgih, dirinya sengaja berangkat lebih pagi dari para karyawan lainnya,karena ada sesuatu yang harus ia lakukan,yakni mengamati para karyawannya. Ia memasuki kantor lalu berjalan menuju ruang kerjanya.Sebelum masuk keruang kerjanya,dari kejauhan ia sudah melihat sekertarisnya duduk didepan komputernya. Ivan menatapnya dari kejauhan,terlihat soso Nadira yang ceria dan cerdas. Ia terlihat begitu piawai dalam bekerja,membuat Ivan selalu terkesan. Masih dalam posisi yang sama,matanya en

  • Love Story Nadira   Episode 9.

    Matahari pagi menampakan sinarnya lewat celah jendela,mata Ivan masih sedikit mengantuk. Ia masih malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Namun suara ketukan pintu memaksanya untuk bangkit. "tok...tok...tok," seorang mengetuk pintu kamarnya. "pak,pak Ivan," suara itu terdengar tidak asing ditelinga Ivan. Suara yang sangat dikenalnya,yaitu suara Nadira. Matanya langsung terbuka "Nadira..." ucapnya. "pak,ini sudah siang!!!" teriak Nadira masih mengetuk pintu kamarnya. Ivan lalu bangun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu,lalu membukanya. "Dira,ngapain kamu pagi-pagi sekali sudah kesini??" tanya Ivan yang masih mengenakan celana kolor pendek dan kaos oblong putih. "saya cuma mau ngingetin bapak,kalau hari ini jadwal bapak bermain golf bersama Pak Riki." jawab Dira. Ivan tidak memperhatikan ucapan Dira,yang ia perhatikan ialah pakaian Dira. Pagi itu Dira mengenakan bluos dengan kerah berbentuk

  • Love Story Nadira   Episode 8

    Setelah mengobrol lumayan panjang dengan ibu Dira,dan membuat Dira sedikit badmood. Akhirnya sang CEO itu berpamitan. Dengan sopannya,ia berjanji akan datang kembali kerumah itu."besok-besok saya main kesini lagi bolehkan bu??" harap Ivan dengan percaya diri."tentu boleh dong nak Ivan,ibu dengan senang hati jika nak Ivan mau sering-sering main ketempat kami." ucap Sinta, "aduh Ibu,ngapain sih harus pakai kata sering-sering segala," gerundel Dira dalam hati."oh ya Dir,ini kunci mobilnya,""saya pulang naik taksi saja,"Ivan meletakan kunci mobil dimeja tepat didepan Dira duduk."gak pak,mobilnya dibawa bapak saja,""besok biar saya saja yang pakai taksi," ujarnya."nggak Dir,inikan hak kamu,""ini inventaris kamu," balas Ivan."tapi pak..." rengek Dira."gak tapi-tapi...!" gerutu Ivan."ya sudah pak," jawabnya.Ibu Dira memperhatikan mereka berdua berdebat,malahan ia se

  • Love Story Nadira   Episode 7

    Ivan menyuruh mbok Toro untuk mengambil kotak P3K. Dia lalu membersihkan luka Dira dan mengobatinya."kok sampai bisa jatuh begini Dir,,,??"tanya Ivan sambil mengoleskan obat merah ke dahinya."awww..awww...""pelan...pelan pak..."rintih Dira kesakitan. Memang lukanya tidak terlalu besar,tapi karena berada dikepala sehingga darahnya terus keluar ."ini juga udah pelan kok,tahan sebentar.." ucap Ivan.Melihat Ivan membersihkan lukanya,Dira merasa tidak enak. Boss yang selama ini dia kira egois,ternyata mempunyai hati seperti malaikat juga."nah,sudah selesai" ucap Ivan. Lalu duduk disebelah Dira."makasih pak,,"ucap Dira sembari memegangi kepalanya."lain kali kamu lebih hati-hati,coba kalau kamu sampai gegar otak?? bisa panjang urusannya" Ivan lalu membereskan kotak P3K dan menyuruh mbok Toro untuk menyimpannya kembali."iya pak,tadi saya buru-buru. Saya takut bapak nanti nyariin saya" ucap Dira."kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status