Saat ini, En Jio sudah berhasil membuat Bai Han tidak berdaya, bahkan sudah bisa di katakan mati itu, nyatanya belum cukup merasa puas.Terlebih saat ini ia masih menghawatirkan keadaan Heng Juesha serta orang-orang yang dia anggap penting bagi hidupnya.Sementara itu, beberapa kelompok aliran hitam mulai kembali berdatangan hampir dari segala arah, seakan tidak pernah ada habisnya."Serang...!" pekik salah satu orang dari kelompok aliran hitam.Setelah mendengar suara teriakan tersebut mereka lantas menatap dengan dingin lalu langsung menyerang kearah Ling dan En Jio hampir bersamaan.Namun belum sempat mereka mendekat, tiba-tiba saja mereka berhenti dengan wajah memucat.Hal itu terjadi karena, mereka baru saja menyadari, jika ketua mereka Bai Han, yang mereka segani itu telah di kalahkan, sehingga membuat nyali mereka menciut."Mundur..!!" teriakkan itu kembali terjadi.Menyadari keberadaan mereka tidak di untungkan, sikap mereka berubah drastis di ikuti dengan rasa sedikit cemas
Sosok berbadan besar itu, hanya bisa mematung ketika melihat En Jio bergerak kearahnya lalu beberapa detik kemudian.Sing.Satu tebasan dari pedang itu menebas batang lehernya dan membuat kepala yang memiliki rambut panjang tersebut, terpisah dari tubuhnya dengan setengah rambut yang ikut juga melayang.Brak.Suara terjatuh dari tubuh tanpa kepala itu, sempat memberonta sesaat lalu di ikuti dengan caiaran berwarna merah, yang memercit keluar dari dalam leher hingga membasahi tanah di bawahnya.Melihat kejadian itu, para musuh yang berasal dari kelompok aliran hitam langsung mengambil tindakan, untuk segera melarikan diri, meski beberapa saat yang lalu, mereka sempat berniat untuk kembali bertarung.“Selamatkan diri kalian masing-masing...!”Salah seorang dari mereka berseru dengan lantang, sembari mengambil gerakan langkah seribu untuk menyelamatkan hidupnya.Namun tentu hal tersebut tidak akan di biarkan oleh seorang pemuda yang kini menatap dingin keberadaan mereka, dimana ia telah
Saat ini, En Jio tidak dapat menolak kenyataan, jika semua kejadian itu termasuk dari aksi yang dia lakukan, ya, meski tidak semuanya benar.Beberapa kali dia melirik kearah Ling berada, lalu dengan cepat dia alihkan, seakan merasa malu untuk mengakui jika semua kejadian itu akibat ulahnya.Namun dengan sikapnya itu, membuat Heng Juesha menyadari tentang semua yang terjadi, ya, bagi dirinya hal itu tidak mungkin dapat terjadi, mengingat En Jio tidak akan bertindak terlalu berlebihan.“Aku mengerti, lalu bagaimana dengan yang lain?” tanya pria itu sembari mengangkat alis berusaha mencairkan suasana.Untuk saat ini, En Jio seakan merasa bingung ketika harus menjawab pertanyaan dari pria itu, yang membuatnya sedikit menggaruk kepala lalu berkata, “Entahlah, tetapi-“ ujarnya.Mendengar hal tersebut, membuat Heng kembali mengangkat alisnya, “Apa maksudnya En?” tanya pria itu.Namun belum sempat En Jio menanggapi pertanyaan pria itu, secara tiba-tiba datang seseorang yang menggunakan jurus
Di sisi lain Ling bersama Heng Juesha telah berjalan cukup jauh dari keberadaaan mereka sebelumnya, tetapi hingga sampai saat ini, mereka belum menemukan jejak dari kelompok aliran hitam yang di duga kuat masih berada di sekitar sana.Mereka berdua bahkan telah memasuki gubuk satu demi satu, berharap masih ada yang bisa di selamatkan, akan tetapi pada akhirnya mereka tidak menemukan seorang pun yang berada di sana.Dengan temuan mereka itu, Ling dapat menyimpulkan, jika mayat yang sempat mereka jumpai beberapa saat lalu, pasti merupakan orang-orang yang pernah tinggal di gubuk tersebut.Mendengar pendapat yang di lontarkan dari mulut pemuda itu, membuat Heng Juesha menanggapinya, “Kau benar Ling!”Setelah Heng berbicara, barulah pemuda itu berkata kembali, sembari menoleh kearah kanan,“Sebaiknya kita kembali, Guru!”Heng Juesha sempat ingin melanjutkan pencarian mereka tersebut, akan tetapi mengingat mereka tidak memiliki cukup waktu, sehingga ia hanya mengangguk pelan ketika Ling mel
Dua orang pria itu ikut bereaksi, ketika melihat Ling menemukan seseorang yang masih bernyawa, lalu tanpa menunggu aba-aba keduanya lantas mendekat ke arah Ling berada.Rasa cemas ikut menghampiri dua orang tersebut dan berharap masih ada beberapa di antaranya yang masih bernyawa sehingga dapat di selamatkan.Pada saat mereka tiba di tempat itu, En Jio dan Heng Juesha langsung dapat mengenalinya, ya, pria itu adalah salah satu sepuh yang berhasil selamat meski terdapat banyak luka di tubuhnya.Tangan pria itu menggenggam erat tangan milik pemuda yang berada di sisinya, perlahan mulut pria tersebut mulai terbuka kembali diikuti dengan getaran dari kedua bibirnya, “A.. aku-“ ucapnya terputus,”Minta maaf!”Meski satu tangannya sedang berpegangan pada pemuda tersebut, akan tetapi kedua bola matanya menatap En Jio dan Heng Juesha secara bergantian.Nampak jelas di wajah pria tua itu, rasa penyesalan karena tidak ikut serta bertempur bersama mereka beberapa saat yang lalu, kini yang dia ras
Saat ini, pria itu sedang terkejut ketika melihat betapa banyaknya orang yang telah mati dan menutup pintu tempat sayembara berada.Ya, keterkejutan itu bahkan hampir membuat Guan Ping hampir jatuh pingsan, karena tidak kuasa menahan sesak di dadanya.Pandangan matanya mulai memudar, ketika ia berusah untuk tetap melangkahkan kaki menuju tempat tersebut, hingga langkah kaki yang perlahan itu berhasil tiba tepat di hadapan semua mayat yang menggunung.“Siapa yang telah melakukan ini?” ucapnya.Pada saat yang sama, kedua bola matanya menatap kepada tumpukan mayat itu, hingga akhirnya ia mulai menyadari, jika semua mayat manusia tersebut tidak satupun dari mereka yang dia kenali.Nafasnya yang semula berat, perlahan mulai membaik, ketika dia mengetahui jika semua mayat itu berasal dari kelompok aliran hitam, bukan orang-orang yang berasal dari desa.Tatapan matanya yang semua mulai kosong, kini kembali terang, seterang harapan yang dia miliki saat ini, hingga di saat yang sama, terdengan
Di sisi lain, dua kelompok yang bertugas mengumpulkan mayat kelompok aliran hitam serta mengumpulkan orang-orang yang terluka, hampir menyelesaikan tugas mereka.Rasa lelah dalam menjalankan tugas seakan tidak mereka rasakan, hingga pada saatnya mereka telah mengumupulkan semua orang yang telah tewas di satu halaman terbuka, tepat di salah satu rumah penduduk.Tempat yang biasa digunakan oleh orang-orang desa untuk menjemur hasil ladang mereka yang kini berubah sebagai tempat terkumpulnya semua mayat dari orang yang telah merusak kedamaian di desa.Dari tempat tersebut tampak seorang pria tengah mengusap wajahnya menggunakan tangan, berusaha untuk tidak terlihat kelelahan, “Beristirahatlah, kami akan meneruskannya!” ujar salah seorang pria lainnya.Pria itu tampak tidak memperdulikan rekannya barusan, ketika di peringatkan untuk beristirahat, tatapannya kosong, seakan sedang memikirkan sesuatu, “Tidak, aku tidak ingin beristirahat..” sahutnya.Mendengar hal tersebut, rekannya hanya da
Beberapa saat berlalu, ketika pekerjaan hampir semuanya di selesaikan, ya, meski begitu sulit, tetapi semua berjalan dengan cukup sempurna.Saat ini, kelompok yang terbagi tugas ketika menyampaikan pesan kepada desa lain, telah kembali dengan perwakilan desa tersebut untuk menjemput semua mayat yang telah tumbang dalam pertempuran itu.Nyala api cukup besar berada tepat di halaman yang cukup luas yang biasa di gunakan oleh orang-orang desa sebagai tempat berlatih, kini berubah menjadi sebuah tempat upacara penghormatan bagi mereka yang telah pergi meninggalkan dunia yang fana ini.Ya, hal itu di lakukan oleh mereka untuk mengenang jasa para pejuang yang telah rela mengorbankan nyawa mereka untuk kedamaian desa.Meski tidak sedikit orang yang mati itu bukan dari para pejuang, melainkan hanya rakyat biasa, akan tetapi dalam hal ini, derajat mereka di anggap sama, karena bukan tidak mungkin, orang yang telah mati itu akan melakukan sebuah perlawanan sebelum ajal menjemputnya.Pada malam