Saat ini, pria itu sedang terkejut ketika melihat betapa banyaknya orang yang telah mati dan menutup pintu tempat sayembara berada.Ya, keterkejutan itu bahkan hampir membuat Guan Ping hampir jatuh pingsan, karena tidak kuasa menahan sesak di dadanya.Pandangan matanya mulai memudar, ketika ia berusah untuk tetap melangkahkan kaki menuju tempat tersebut, hingga langkah kaki yang perlahan itu berhasil tiba tepat di hadapan semua mayat yang menggunung.“Siapa yang telah melakukan ini?” ucapnya.Pada saat yang sama, kedua bola matanya menatap kepada tumpukan mayat itu, hingga akhirnya ia mulai menyadari, jika semua mayat manusia tersebut tidak satupun dari mereka yang dia kenali.Nafasnya yang semula berat, perlahan mulai membaik, ketika dia mengetahui jika semua mayat itu berasal dari kelompok aliran hitam, bukan orang-orang yang berasal dari desa.Tatapan matanya yang semua mulai kosong, kini kembali terang, seterang harapan yang dia miliki saat ini, hingga di saat yang sama, terdengan
Di sisi lain, dua kelompok yang bertugas mengumpulkan mayat kelompok aliran hitam serta mengumpulkan orang-orang yang terluka, hampir menyelesaikan tugas mereka.Rasa lelah dalam menjalankan tugas seakan tidak mereka rasakan, hingga pada saatnya mereka telah mengumupulkan semua orang yang telah tewas di satu halaman terbuka, tepat di salah satu rumah penduduk.Tempat yang biasa digunakan oleh orang-orang desa untuk menjemur hasil ladang mereka yang kini berubah sebagai tempat terkumpulnya semua mayat dari orang yang telah merusak kedamaian di desa.Dari tempat tersebut tampak seorang pria tengah mengusap wajahnya menggunakan tangan, berusaha untuk tidak terlihat kelelahan, “Beristirahatlah, kami akan meneruskannya!” ujar salah seorang pria lainnya.Pria itu tampak tidak memperdulikan rekannya barusan, ketika di peringatkan untuk beristirahat, tatapannya kosong, seakan sedang memikirkan sesuatu, “Tidak, aku tidak ingin beristirahat..” sahutnya.Mendengar hal tersebut, rekannya hanya da
Beberapa saat berlalu, ketika pekerjaan hampir semuanya di selesaikan, ya, meski begitu sulit, tetapi semua berjalan dengan cukup sempurna.Saat ini, kelompok yang terbagi tugas ketika menyampaikan pesan kepada desa lain, telah kembali dengan perwakilan desa tersebut untuk menjemput semua mayat yang telah tumbang dalam pertempuran itu.Nyala api cukup besar berada tepat di halaman yang cukup luas yang biasa di gunakan oleh orang-orang desa sebagai tempat berlatih, kini berubah menjadi sebuah tempat upacara penghormatan bagi mereka yang telah pergi meninggalkan dunia yang fana ini.Ya, hal itu di lakukan oleh mereka untuk mengenang jasa para pejuang yang telah rela mengorbankan nyawa mereka untuk kedamaian desa.Meski tidak sedikit orang yang mati itu bukan dari para pejuang, melainkan hanya rakyat biasa, akan tetapi dalam hal ini, derajat mereka di anggap sama, karena bukan tidak mungkin, orang yang telah mati itu akan melakukan sebuah perlawanan sebelum ajal menjemputnya.Pada malam
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sinar pagi mulai menyingsing dari upuk timur hingga terlihat ke permukaan, diikuti dengan hembusan angin yang berlalu pelan, semakin membuat sejuknya suasana pagi itu.Kicau burung-burung kecil semakin menambah indahnya suana alam, tapi tampaknya hal tersebut tidak membuat orang-orang merasa bahagia, seakan enggan menolak datangnya pagi.Namun mau tidak mau mereka harus melalui hari demi hari, untuk melanjutkan keberlangsungan hidup mereka, sehingga terpaksa membuat mereka bergerak meski hal itu tidak ingin di lakukan.Dari arah timur terlihat seorang wanita muda yang berjalan perlahan, mendekati seorang pria yang tampak merenung di dekat sebuah kolam kecil, seakan sedang meratapi nasib.Dengan langkah gontai, wanita itu tampak memutar kedua jari telunjuknya lalu berhenti tepat di arah samping pria itu, sebelum berkata, “Apa yang sedang kau fikirkan?” tanya wanita tersebut.Saat ini wanita itu seakan sedang menanti jawaban atas pertanyaan yang
Saat ini, situasi di dalam tahanan tersebut menjadi sangat dingin, ketika En Jio mulai bergerak ke arah salah satu ruangan yang di dalamnya terdapat seseorang tengah di ikat oleh satu utas tambang pada kedua tangannya.Dengan tubuh yang masih di penuhi oleh luka, pria itu hanya bisa tertunduk seakan tidak memiliki semangat untuk bertahan hidup, akan tetapi hal tersebut tidak seperti yang di lihat oleh mata kepala.Meski saat ia terlihat tidak memiliki cukup tenaga, akan tetapi hal itu bahkan tidak menjamin dia tidak akan melakukan perlawanan, terlebih saat ini, En Jio telah memperingatkan kepada para penjaga untuk mengambil jarak cukup jauh.Perlahan En Jio mendekati sel tahanan tersebut, lalu menatap pria itu beberapa saat sebelum akhirnya berkata, “Tidak aku sangka, setelah sekian lama, akhirnya kita akan bertemu..!!” ujar En Jio.Namun setelah En Jio berkata demikian, rupanya tidak membuat pria itu bereaksi, melainkan hanya menggerakkan tangan beberapa kali seakan sedang memikirkan
Kedatangan beberapa orang ini rupanya sudah di tunggu oleh En Jio yang pada saat itu langsung menuju tempat salah satu tahanan berada, ya, mereka telah mengetahui, jika orang tersebut enggan untuk memberikan informasi.Namun kedatangan beberapa orang ini bukan tanpa alasan, mereka akan memberikan sedikit hadiah kecil untuk pria itu, dengan mengintrogasinya secara paksa.Heng Juesha sendiri mendapat tugas tersebut dari En Jio, mengingat dirinya jauh lebih tepat untuk melaksanakannya, tetapi bukan berarti pria paruh baya itu tidak mampu melakukannya, melainkan ia harus mengurus hal lain yang bersangkutan dengan desa.“Apa harus sekarang aku memaksa dia untuk berbicara?” tanya Heng Juesha memastikan.“Aku serahkan semuanya padamu Heng, sekarang aku akan pergi lebih dulu..!” ujar En Jio sembari membalikkan badan.Namun sebelum pergi, En Jio berhenti beberapa detik tepat di hadapan seroang pemuda yang terlihat sangat antusias, melihat keberadaan orang tersebut.Bahkan ia seolah tidak perdu
Saat ini, Heng Juesha sempat merasa panik dengan aksi yang di lakukan oleh Ling barusan, sehingga membuat ia menjadi waspada dengan dua orang yang berada di dekatnya.Namun hal itu bukanlah sebuah ketakutan melainkan sebuah firasat buruk, jika pemuda tersebut akan membunuh Bai Han meski sebelumnnya telah mendapat peringatan untuk tidak membunuhnya lebih dulu.Di tengah keributan yang terjadi, para penjaga sempat mendengarnya beberapa kali dan sempat ingin mendekat karena merasa penasaran, akan tetapi mereka mengurungkan niat tersebut, karena merasa hal itu tidak di perlukan.“Apa yang sedang mereka lakukan?” tanya seorang penjaga kepada rekannya.“Entahlah, mungkin-“ timpal salah satu rekannya.Percakapan tersebut tidak berlanjut, ketika satu teriakkan lagi yang berasal dari dalam menggema keluar, hingga membuat mereka merasakan takut dengan di tandai bulu kuduk yang mulai berdiri.Beberapa di antaranya bahkan merasakan nyeri di sekujur tubuh, sehingga memaksa ia menggerakan tubuh dar
Kematian Bai Han yang merupakan tahanan berharga mereka, rupanya tidak bertahan cukup lama ketika berita atas kematiannya menyebar dengan cepat.Berita itu bahkan telah sampai kepada En Jio yang pada saat ini hanya dapat menghela nafas berkali-kali ketika mendengarnya, serta memikirkan banyak terkait perkataan orang itu.Dari tempat kediamannya En Jio sedang berjalan mondar mandir, tampaknya sedang menanti kedatangan seseorang, ya, tidak lama berselang dari arah luar terdengar suara langkah kaki.Dengan cepat pria tua itu membukakan pintu tanpa menunggu orang tersebut memanggil terlebih dahulu, “Aku sudah menunggu kalian sejak tadi..” ungkapnya ketika membukakan pintu.Tampak di depannya dua orang sedang menatap kebingungan, ketika En Jio bersikap demikian, akan tetapi mereka dengan cepat sadar jikalau mereka harus segera memberitahu lebih detail tentang masalah yang harus di hadapi.Masalah yang terus berdatangan seolah tidak pernah ada habisnya, dimana saat ini mereka harus membuat