Share

Hati Yang Terbuka

Aku terkejut dengan suara tamparan yang keras itu, wanita yang bernama Tinah itu apalagi. Bu Dita menabok mulutnya keras sekali. Wanita itu sampai mematung di tempat. Wajahnya merah padam, marah, juga tak menduga. Ucapan pedasnya terhenti begitu saja. Keterkejutanku buyar saat bu Dita menarik tanganku.

"Ayo, Vi. Cepat, pergi." Melangkahkan kakinya, menaiki motor. Aku mengikutinya gugup. Dengan gerakan cepat, bu Dita menyalakan motor dan menancap gas.

Brum!

Motor melaju kencang.

"Woy! Tunggu kalian, sialan!"

Wanita bernama Tinah itu mencak-mencak. Jelas saja dia marah sekali. Mungkin kalau dia tidak sempat mematung tadi, kami sudah habis dihajarnya. Aku sempat menoleh, bu Tinah dikerubungi tetangganya yang tadi berkutat di dapur. Telunjuk bu Tinah menunjuk-nunjuk ke arah kami. Wajahnya merah padam.

Kami sudah jauh. Aku mengembuskan napas. Antara lega, juga khawatir.

"Apa tidak apa-apa, Bu Dita? Bagaimana kalau ibu tadi melabrak kita?" tanyaku khawatir.

"Halah! Biarin saja. Emang dasar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status