"Ih, maunya." Najwa membuka pintu untuk Dafa masuk. Dafa menurunkan Tasya dengan pelan-pelan."Berani ya dia tidur sendiri," ucap Dafa setelah berhasil meletakkan Tasya tanpa membangunkannya."Dia yang minta, katanya dia udah besar. Malu sama temen-temennya kalau masih tidur sama Mama," jelas Najwa.Dafa mencium kening Tasya lalu mereka beranjak keluar."Aku pulang dulu ya, besok pagi harus balik kerja," pamit Dafa saat mereka sudah sampai gerbang depan."Iya, ati-ati. Jangan ngebut nyetirnya," pesan Najwa.Dafa melambaikan tangan, Najwa memandang kepergian Dafa hingga tak terlihat baru ia masuk rumah.**Ai**"Nia, nanti kalau Tasya mau makan puding tolong ambilin di kulkas ya," pesan Najwa saat mereka akan berangkat."Iya, Bu, nanti siang masih ada les renang," jawab Nia."Baju ganti udah bawa kan?""Sudah, Bu."Minggu kemarin Nia lupa membawakan baju ganti untuk Tasya, alhasil Najwa harus menyusul Tasya untuk membawakan baju ganti."Jangan lupa bawa bekalnya! nanti sore Tasya di jem
"Mama." Suara teriakan Tasya bersamaan dengan dinyalakannya lampu taman. "Pakein cincinnya di jari Mama, ya," ujar Astuti saat Tasya akan mendekat pada ibunya.Tasya segera mendekat pada ibunya lalu mengambil cincin dalam kotak berlanjut memakaikan di jari manis ibunya."Cantik," ucap Tasya lalu memperlihatkan cincin yang sama cantiknya di jarinya.Najwa terharu pada perlakuan Dafa. Segera dipeluknya Tasya dengan erat. Sebenarnya keraguan Najwa bukan karena ia ingin berlama-lama pacaran. Ia sudah pernah gagal dan butuh banyak pertimbangan untuk memulai lagi. Apalagi trauma di masa lalu yang membuatnya takut terulang lagi."Makasih ya, Sayang. Semoga Tuhan melancarkan dan memudahkan segala urusan kita. Aku berjanji akan berusaha jadi yang terbaik buat kamu dan Tasya." Dafa mencium punggung tangan Najwa lalu meraih Tasya dalam gendongannya."Sekarang udah boleh panggil Papa?" tanya Tasya polos."Nanti kalau Om Dafa udah tinggal sama kita," jawab Najwa."Masih lama nggak? Tasya pengen n
Najwa hanya mengangguk lalu meneruskan menyantap makanannya."Kamu apa kabar?" lanjut wanita itu."Baik," jawab Najwa singkat.Mereka meneruskan makan tanpa ada satu pun yang berbicara. Najwa sudah selesai dan dia akan pergi ke kasir untuk membayar makanannya, tetapi ia dicegah oleh wanita di depannya."Aku mau minta waktu kamu sebentar aja bisa, Wa? Ada hal yang mai aku bicarain." Najwa hanya diam tidak menanggapi. "Aku mohon, Wa.""Di luar aja." Najwa berlalu menuju kasir lalu ke luar dari rumah makan itu."Ada apa?" tanya Najwa saat mereka sudah duduk di taman dekat rumah makan."Aku mau minta maaf sama kamu.""Maaf untuk apa?" "Untuk semuanya, maafin aku udah pisahin kamu sama Ferdi. Maafin aku karena dulu udah jahat sama kamu. Setelah kejadian itu banyak hal yang terjadi pada hidupku," jelasnya. Wanita itu adalah Nisa, kakak kandung Ferdi.Najwa hanya menyimak, ia tidak berminat menanggapi."Aku diceraikan setelah aku menergoki dia selingkuh dengan sekretarisnya, aku juga diusir
"Nanti mau ke butik jam berapa?" tanya Dafa pada Najwa melalui sambungan telepon."Usai makan siang, pagi masih ada klien," jawab Najwa, ia kini tengah sarapan bersama Tasya."Mama, mau ngomong sama Om Papa," ucap Tasya lalu mendekat pada Najwa, Najwa mengulurkan gawainya pada Tasya."Ada apa cantiknya Papa?" tanya Dafa setelah mendengar suara Tasya."Tasya mau pakek baju kayak putri salju, tapi kata Mama nggak ada," adu Tasya."Ada, kok. Nanti Tasya kasih liat sama mbaknya ya," ujar Dafa menenangkan calon putrinya."Tapi kata Mama, Tasya harus pakek baju putih. Tasya mau cantik kayak putri salju, nggak mau pakek baju putih-putih." "Iya, nanti biar Papa yang bilang sama Mama ya. Sekarang kasih hapenya ke Mama bisa?"Dengan riang Tasya menyerahkan gawai pada Najwa."Kamu janjiin apa?" cecar Najwa."Biarin aja lah dia pakek baju yang dia mau. Kasian nanti malah sedih, loh," bujuk Dafa."Kamu tuh selalu nurutin yang dia mau, nanti kalau tambah manja gimana?""Nanti aku yang tanggung jaw
Setelah dua jam menunggu akhirnya orang tua dan dua adik Najwa tiba di butik."Mas Reno." Tasya berlari menghampiri adik Sandi. Ia memasuki kelas tiga sekolah menengah atas tahun ini. Ia memang tidak mau dipanggil om karena merasa panggilan itu terlalu tua untuknya."Tasya, Mas Reno kangen banget." Reno segera berjongkok untuk menyambut pelukan Tasya. Reno yang menginginkan adik perempuan selalu bahagia saat bertemu Tasya."Tasya juga. Mas Reno kemarin nggak ikut pas Nenek sama Kakek tidur di rumah Tasya," protes Tasya."Kan, Mas Reno lagi di rumah ayahnya Mas Reno. Nanti malem nginep di rumah Tasya, kok," jelas Reno."Sama Om Sandi nggak kangen, nih?" Sandi mendekat ke arah Tasya setelah bersalaman pada Najwa dan Astuti, sementara orang tua mereka sudah duduk di kursi."Dikit, kalau sama Mas Reno banyak."Sandi pura-pura ngambek lalu ikut berjongkok. "Padahal Om Sandi bawa hadiah buat Tasya, tapi karena kangennya sedikit jadi Om Sandi mau cari ponakan baru aja buat di kasih hadiah."
"Mama." Tasya segera berlari saat melihat Mamanya lemas bersandar pada sofa yang ia duduki."Mama kenapa nangis?" Tasya masih saja menggoyangkan badan Najwa.Najwa hanya merespon dengan memeluk Tasya erat. Ia tidak menyangka harus kehilangan seorang kakak perempuan secepat ini. Tadi pagi mereka masih tertawa bersama dan minggu depan Najwa berjanji akan mengunjunginya, tapi sekarang Nadia sudah pergi meninggalkannya."Besok pagi kita ke rumah Mami ya, Mami kangen sama Tasya," ucap Najwa dengan suara terbata."Mau, Ma, Tasya mau ke sana. Tasya kangen sama Mami, Papi, kak Arya juga Oma." Tasya begitu gembira mendengar hal itu tanpa ia tahu bahwa kesedihan tengah menanti."Tasya main lagi ya, Mama mau telepon kakek dulu." Tasya mengangguk lalu bermain kembali dengan bonekanya.Najwa mengambil gawai yang terjatuh di sampingnya, ia segera menekan nomor Ayahnya."Iya, Wa," sapa sang Ayah."Yah, besok Najwa mau ke tempat mas Yogi," ucap Najwa terbata."Bukannya masih minggu depan? Suara kamu
Najwa segera membawa Tasya ke kamar untuk mandi dan berganti baju, setelah itu mereka keluar untuk pergi ke makam Nadia. Karena proses pemakaman di negara ini tidak sama dengan di Indonesia, tidak ada juga pengajian karena seluruh keluarga Nadia beragama non muslim."Kita mau ke mana, Ma?" tanya Tasya saat mereka sudah memasuki mobil."Mau ke rumah Mami yang baru," jawab Najwa. Sandra hanya diam karena tidak sanggup menjelaskan."Mami biasanya, kan, di rumah Oma?""Mami sekarang sudah punya rumah baru."Tasya lalu diam sambil mengamati jalanan yang dilewati.Mereka tiba di area pemakaman, Arya dan Yogi masih ada di pusara Nadia. Tanah itu masih basah, bunganya pun masih segar. Najwa, Sandra dan Tasya berjalan mendekati."Itu Papi sama kak Arya. Mami mana, kok kita ke kuburan sih, Ma?" cecar Tasya.Najwa tidak menjawab, ia masih menggendong Tasya lalu semakin dekat dengan pusara Nadia."Ini rumah Mami yang baru, Mami bobok di sana sama adek bayi," jelas Najwa. Yogi masih sibuk menenang
"Saya terima nikah dan kawinnya Najwa Syarmila binti Bari Pranata dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!""Sah." Semua yang ada di sana bersemangat mengucap kata sah setelah Dafa berhasil mengucap ijab qabul."Alhamdulillah." Bari merasa lega karena anaknya kini ada yang menjaga, ia berharap Dafa bisa membahagiakan anak dan cucunya.Acara dilaksanakan di kediaman orang tua Dafa, semua keluarga ikut berbahagia. Resepsi diadakan pukul tujuh malam dan dilaksanakan di kediaman orang tua Dafa juga, karena tidak banyak yang di undang."Capek?" tanya Dafa saat mereka sudah memasuki kamar pengantin. Mereka memilih pulang ke rumah Najwa karena relatif dekat."Lumayan, kaki rasanya pegel banget," jawab Najwa. Terbiasa bekerja dengan sepatu flat dan tadi harus memakai sepatu hak tinggi membuatnya cukup kesulitan."Nanti aku pijitin, sekarang aku mau mandi dulu ya." Dafa berdiri lalu meraih handuk yang tersedia di depan kamar mandi. "Kamu siapin baju aku ya."Najwa segera berdiri untuk mengambi