"Aku ingin melanjutkan kuliahku di Amerika. Oleh karena itu aku ingin mengakhiri hubungan kita," ucap Viola, kekasihku."Loh kenapa mesti putus? Aku rela kok nunggu kamu sampai kuliah kamu selesai.""Tapi aku nggak bisa LDR-an. Siapa yang menjamin kamu akan tetap setia selama aku pergi, nggak ada kan?""Tapi aku sayang banget sama kamu, nggak mungkinlah aku menghianati kamu. Kamu harus percaya itu, aku lelaki yang setia!""Tapi maaf keputusanku sudah bulat, besok aku akan pergi. Jangan pernah hubungi aku lagi karena kini hubungan kita telah berakhir!"Dia berlalu pergi dari hadapanku. Saat itu hatiku benar-benar patah. Bukan hal mudah bagiku untuk menjatuhkan hati kepada seorang wanita. Maka ketika cinta itu datang aku rela melakukan apapun untuk pujaan hatiku, bisa dibilang aku ini tipe pria bucin.Selepas kepergian Viola hidupku terasa hampa, hingga aku bertemu dengan seorang wanita pelayan restoran yang membuat hatiku sedikit bergetar.Awalnya aku mengabaikan rasa itu, mungkin aku
"Oke jika kamu bersikeras untuk pisah, keluar dari rumahku! Aku beri waktu sampai besok untuk berkemas. Kita lihat berapa lama kamu bisa hidup tanpa uangku."Ucapan mas Danu seakan mengisyaratkan bahwa dimatanya aku adalah wanita lemah yang bergantung hidup dengannya.Sayangnya Nilam yang lemah dan penurut telah kamu lukai perasaanya, Mas dan kini berubah menjadi Nilam yang mandiri tanpa bantuan seorang suami."Fir, boleh nggak kalau aku nginep beberapa hari di rumah kamu?" Ucapku kepada Fira melalui sambungan telepon."Wah kebetulan nih suami aku beberapa hari kedepan ada tugas diluar kota. Bisalah nemenin aku disini, malah seneng kalau ada temannya.""Eh tapi aku bawa banyak barang dagangan tapi," ucapku tak enak."Tenang aja, paviliun belakang rumahku kosong nanti bisa taruh disana. Eh tapi kenapa nih kok tiba-tiba mau pindahan?""Aku minta cerai sama mas Danu. Eh bukannya ditalak malah diusir.""Hahaha... Sadar juga sekarang, mestinya dari bulan kemarin kamu minta cerai. Tenang a
"Apa kabar mas, pastinya lebih baik kan?" Sapaku kepadanya, tapi pandangannya mengarah ke perutku."Kamu hamil dek?""Seperti yang kamu lihat, bahkan sebenarnya anak ini sudah ada dari sebelum kamu menikahi Viola.""Lantas mengapa kamu nggak ngomong sama aku, Dek?""Waktu itu aku juga belum tahu, Mas. Mungkin karena aku terlalu terbiasa dengan gelar mandul yang disematkan Mama kamu. Takdir yang membuat perjalanan jodoh kita berakhir.""Enggak Dek! Sampai kapanpun kita akan menjadi sepasang suami istri.""Hey kamu terlambat mas, ini kita sudah resmi bercerai," ucapku menyerahkan surat cerai yang kebetulan aku ambil tadi pagi."Hahaha... Kamu ini lucu, Dek. Mana mungkin kita bercerai sedangkan aku tak pernah menceraikanmu dan tidak ada surat gugatan cerai yang datang kepadaku.""Kata siapa? Surat gugatan cerai dan surat-surat undangan persidangan selalu dikirim ke alamat rumah yang kamu tinggali, rumah mama eh maksudnya mantan mertua."Mas Danu tampak kebingungan, apa mungkin dia tak pe
"Akhirnya kamu pulang juga mbak, udah lama tau aku nungguin kamu," ucap seseorang wanita berperut buncit yang kinikini tengah duduk di teras depan rumahku.Rumah yang kubeli dengan jerih payahku selama berbulan-bulan.Tak sendirian dia datang bersama Mama mertuanya. Bagaimana mereka bisa masuk? Ah sial, ternyata sebelum pergi aku lupa mengunci pagar.Hari ini aku memang tinggal di rumah sendirian karena ART yang biasanya ikut denganku tengah libur."Emangnya siapa yang mengundang kamu datang kemari? Segitunya pengen kepoin hidupku sampai tau rumahku segala.""Baru punya rumah kecil kaya gini aja belagu.""Setidaknya disini aku bebas melakukan apapun yang aku mau, tanpa gangguan siapapun. Satu lagi, aku bisa membuktikan kalau aku masih bisa hidup sejahtera tanpa duit suami," ucapku sambil melirik wanita paruh baya yang masih terlihat modis di usia yang tak lagi muda. Dialah Viola dan ibu Maya, mantan mertuaku."Dasar sombong!" ucap Viola."Sombong kepada orang yang sifatnya angkuh itu
"Ya Allah nduk, ibu tadi kan sudah bilang nggak baik wanita hamil tua pergi sendirian, eh kamu malah ngeyel. Ibumu ini sampai panik karena kamu nggak pulang-pulang. Untung aja ada orang baik yang nolongin kamu," ucap ibu panjang lebar."Iya Bu maaf. Aku kan taunya bakal lahiran tiga hari lagi, eh malah anakku nggak sabar pengen lihat dunia."Tiga hari di rumah sakit akhirnya kami diperbolehkan untuk pulang. Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat sampai dirumah.Arsha Putra, nama yang aku sematkan untuk jagoan kecilku ini.***Ngapain kamu disini, Mas?" Tanyaku kepada laki-laki bergelar mantan suami, yang kini tengah duduk di kursi terasku."Aku pengen ketemu sama anak kita, tolong izinin aku ya?" Pinta Mas Danu."Untuk apa, Mas? Bukankah dulu kamu tak mengakui anak yang sembilan bulan berada di perutku ini?""Maafkan aku Nilam. Sungguh waktu itu aku hanya sedang emosi menerima kenyataan kalau kita sudah bercerai.""Aku tak peduli, yang pasti kata-katamu waktu itu akan selalu kuingat seum
Setelah aku mengusir Nilam dari rumah, aku kira dia akan kembali kepadaku nyatanya hingga beberapa bulan berlalu dia tak lagi menampakkan batang hidungnya di depanku.Ada yang hilang dari hidupku. Tak ada lagi sosok istri yang perhatian dan begitu telaten melayaniku. Sangat berbeda dengan Viola yang manjanya tidak ketulungan.Memang benar kata orang, jika sesuatu akan terasa begitu berarti ketika sudah jauh dari hidup kita.Aku memang mencintai Nilam tapi datangnya Viola, mantan pacar yang dulu sangat aku sayangi membuatku buta akan adanya Nilam.Susah payah aku memperjuangkannya, tapi akhirnya aku juga yang membuangnya.Sesal kian bertambah tatkala tau bahwa Nilam telah menggugat ceraiku dan tanpa sepengetahuanku kami resmi berpisah."Viola! Apa selama ini kamu yang sudah menyembunyikan surat dari pengadilan untukku?" Tanyaku menahan emosi."Itu... Anu Mas." Dia terlihat gugup, tapi setelahnya berekspresi seperti biasa."Iya, Mas. Aku memang menyembunyikan surat itu darimu supaya kam
"Ada apa, Nduk?" tanya bapak yang menghampiriku dari dalam."Mereka memfitnahku pak, menuduhku pelakor dan berencana mengusirku dari sini?""Astaghfirullah, tega sekali mereka.""Ibu-ibu sekalian! Apa kalian punya bukti bahwa anak saya ini seperti apa yang kalian tuduhkan?" Ucap bapak dengan lantang."Kalau merebut suami orang ya nggak perlu bukti lah," jawab ibu berbadan gemuk itu."Jika kalian tidak punya bukti, itu namanya fitnah. Lihat di depan rumah saya ada Cctv sebagai bukti bahwa kalian mencemarkan nama baik anak saya! Kalian mau masuk penjara ramai-ramai?"Meraka akhirnya bungkam dan hanya memandang satu sama lain."Jadi gimana ini, nggak mau aku dipenjara cuma gara-gara masalah orang lain?""Iya aku juga nggak mau."Aku tersenyum kearah bapak. Kini saatnya aku yang berbicara, dengan air mata yang sebenarnya sangat susah aku keluarkan ini."Saya sebenarnya merasa sedih, kok ada ya wanita yang tega seperti mbak Viola. Dia yang merebut suami saya tapi justru memfitnah saya. Asa
"Nduk, ada tamu yang ingin bertemu denganmu," ucap ibuku saat aku tanpa sengaja terlelap bersama bayi kecilku.Itulah salah satu nikmatnya menjadi ibu. Malam begadang dan siang bisa tertidur bersama jagoan kecilnya.Aku mengucek mataku yang masih sedikit blur dan berlalu ke kamar mandi untuk cuci muka supaya terlihat fresh."Memangnya siapa yang ingin bertemu denganku, Bu?""Sudah temui saja, nanti juga kamu tau!"Aku menurut dan beranjak menuju ruang tamu. Cukup penasaran juga siapa tamuku ini.Sepasang ibu dan anak tengah duduk manis di sofa rumahku ini, Mas Danu dan Bu Maya.Ada binar bahagia dari wajah Mas Danu saat melihatku, sedangkan aku? Biasa saja."Maaf Mas, Arsha baru saja tidur, jadi tidak bisa bertemu denganmu saat ini," ucapku pada Mas Danu. Meski dalam hati merasa penasaran kenapa mantan mama mertua juga ikut bersamanya."Sebenarnya kedatangan kami kemari bukan hanya menemui Arsha, tapi juga ada hal lain yang ingin kami bicarakan padamu."Benar firasatku, pasti ada maks