Bersama dengan Joen, Grizell sudah sampai ke sekolah dan melihat ada tujuh bus besar yang sudah terparkir rapi di depan sekolah. Perjalanan kali ini akan sangat lama dan menyenangkan. Seharusnya penempatan busnya bisa sesuai dengan kelas lama karena di kelas A Grizell tidak begitu berteman dengan baik dalam orang-orang kelas A. Oh ya, anak kelas A tidak berkurang atau bertambah hanya saja Grizell yang masuk sebagai peringkat terakhir karena Grizell memiliki nilai yang tinggi pada sembilan mata pelajaran.
“Sudah banyak orang ya. Padahal aku ingin sekali bergabung dengan teman-teman kelas B, seandainya saja aku ...” kata Grizell terhenti karena melihat Joen dan tidak melanjutkan perkataannya.
“Seandainya saja bisa. Padahal aku sudah menyiapkan banyak musik untuk perjalanan, kita harus bersenang-senang, tapi sepertinya senang-senang mu akan berbeda, apalagi anak kelas A itu terlihat tidak pandai bersenang-senang,” kata Joen menatap ke arah anak kel
Grizell terduduk melihat kenyataannya. Sejak awal memang bibi Guinea bukan pelayan yang ditugaskan di sini, lalu apa tujuan sebenarnya? Apa tujuannya itu untuk mencari keberadaan Enzo yang terkurung di ruang bawah tanah? Sebenci itu pada Enzo dan ingin sekali membunuhnya? Padahal semua orang tidak, semua makhluk berhak untuk hidup.Grizell masuk ke dalam kastil dan untungnya tidak begitu rusak di dalamnya, kecuali bagian jendela yang terlihat ada serpihan batu yang terjatuh. Besok pagi Grizell harus memanggil tukang bangunan dan memperbaiki jendelanya. Malam ini akan menjadi malam yang kesepian dengan sebuah kebohongan yang tidak diketahui apa penjelasannya. Padahal Grizell sudah sangat mempercayai bibi Guinea yang terlihat sangat baik padanya, selalu mengkhawatirkannya dan ternyata sebuah kenyataan penipuan itu datang dari orang yang disukainya. Lalu bagaimana dengan nasib pelayan yang sebenarnya? Apakah dibunuh? Atau dihisap darahnya? Saat ini Grizell hanya bisa berpikiran
Davian pergi ke dapur, dan melihat bahan-bahan yang ada. Untungnya Davian tahu cara membuat bubur, walaupun tidak seenak seperti buatan mamanya tapi setidaknya masih bisa dimakan untuk orang sakit. Memasak memang tidak begitu cocok dengan Davian, tapi jika dalam keadaan yang seperti sekarang, itu tidak menjadi masalah, asalkan dibuat tanpa asal-asalan.Setelah selesai membuatnya Davian kembali masuk ke kamar Grizell dan memberikan bubur untuknya.“Ada yang harus kukatakan,” kata Grizell mengambil buburnya dan menyimpannya di meja sampingnya.“Ya?”“Kenapa kau sangat baik padaku? Bantuan seperti itu sangat aneh bagiku. Apalagi kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi, tapi kau bertingkah seolah-olah semuanya masih berjalan sama seperti sebelumnya,” kata Grizell walaupun kepalanya berdenyut tapi hal ini masih harus tetap dibicarakan sebelum ada hal buruk lagi yang muncul.Tatapan wajah Grizell tiba-tiba berub
Enzo membuat mie instan dengan membaca cara membuatnya yang ada di balik kemasan. Sebenarnya mie instan sangat tidak cocok untuk orang sakit tapi Grizell sudah lebih membaik dan hanya itu yang pernah Enzo lihat saat Grizell membuatkannya mie instan beberapa saat yang lalu. Mie instan ini dibuat dengan banyak kesusahan dari tangan manusia serigala yang belum pernah berhadapan dengan kompor karena makanannya biasanya daging mentah dan langsung makan.“Ahh, semoga saja tidak seburuk kelihatannya,” gumam Enzo sudah selesai mencampur bumbunya dan melihat kalau mie-nya tidak terlihat seperti yang ada pada kemasannya, ada yang aneh tapi semoga saja masih bisa dimakan.Enzo masuk ke kamar Grizell dan mencium aroma kuat dari tubuh Grizell. Bau yang menenangkan, cocok untuk menenangkan diri juga.“Nona Grizell?”“Oh Enzo, aku tidak tidur. Mana makannya?” tanya Grizell yang sudah kelaparan karena belum makan apapun sejak kemarin.
Pesanan mereka sudah datang dengan Enzo memesan cheesecake bersama dengan kopi latte dan susu kream untuk Grizell yang tidak begitu menyukai kopi. Grizell masih agak lapar karena tadi belum selesai menghabiskan nasi gorengnya dan dirinya pergi ke toilet untuk buang air sekalian saja membasuh wajahnya.“Nona Grizell? Sebaiknya makan dulu lalu berpikir,” kata Enzo menyuapi Grizell yang berpikir dengan kejadian sebelumnya. Bibi Guinea sudah membencinya dan tidak akan ada wajah kekhawatiran saat pulang dari berwisata ataupun dipanggil ke sekolah karena hampir terjatuh dari jendela kelas. Padahal Grizell sangat menyukai senyuman hangat yang bibi Guinea berikan padanya saat pulang sekolah dan makanan yang selalu membuat hati Grizell menjadi senang.“Ya, kepalaku semakin pusing saja memikirkan itu. Apa sebaiknya aku kembali ke rumahku? Tapi malas juga bertemu dengan keluarga yang lain,” gumam Grizell masih tidak sadar Enzo sedang menyuapinya dan lagi-l
Grizell berlari secepat mungkin mencari kerumunan banyak orang. Sayang sekali di daerah sini masih agak sunyi, di bagian taman itu tempat yang paling ramai karena festival, tapi tempat yang ramai walaupun bukan waktunya festival itu ada di perkotaan dan buruk waktu untuk sampai ke perkotaan dengan hanya berlari, apalagi tenaga Grizell tidak begitu banyak karena darahnya berkurang dan juga luka sebelumnya juga belum sembuh.Enzo sendiri tidak ingin terlalu banyak membuang-buang banyak tenaga untuk bertarung dengan Guinea. Ada Grizell yang harus dilindunginya dan jika sampai tenaga Enzo berkurang dirinya tidak akan cukup untuk melindungi Grizell yang sudah entah berada di mana sekarang, tapi Enzo masih bisa merasakan Grizell masih berada di sekitar sini.“Kau dasar monster!” teriak Enzo karena sangat marah Guinea menghisap darah Grizell yang mana darahnya itu mengalir darah orang yang disayanginya sendiri. Tidak habis pikir Guinea ingin menyakiti keturunan An
Grizell keluar dari rumah kumuh itu dan berjalan menjauh dari sana. Lalu dilihatnya bulu abu-abu Enzo yang masih berada di saku baju Grizell tapi semarah apapun Grizell, tentunya Grizell masih memikirkan kondisi Enzo dan semua ini terjadi hanya karena ego masing-masing dan semuanya akan membaik jika mereka berdua kembali berbicara, dan kapan? Entahlah sampai kapan mereka akan tidak saling bicara.Semakin menjauh, sinyal telepon semakin membaik. Dengan mendapatkan sinyal telepon Grizell akan menelepon bundanya walau belum tentu langsung dijawab tapi kalau menelepon sekretarisnya mungkin saja masih bisa tersambung lebih cepat. Untungnya Grizell memiliki beberapa kontak dari pegawai kantor bundanya dan memang berjaga-jaga dengan tindakan seperti itu, walaupun belum tentu juga diangkat sih, setidaknya ada banyak harapan untuk memberitahu bunda Lina.“Sialan, kenapa tidak ada yang mengangkat teleponnya? Aku mau sekali pulang. Kenapa sih dengan hari ini, semuanya tidak
Enzo berhenti di ujung dermaga dengan begitu saja melihat Grizell yang sudah pingsan, tidak sadarkan diri. Enzo bergegas kembali berusaha untuk sebisa mungkin menyelinap ke dalam rumah, tapi sebaiknya pakai cara baik-baik dulu untuk masuk, jika sudah ketahuan hanya bisa dengan cara lain yang lebih seperti pencuri.Dalam perjalanan kembali, Enzo merapikan dirinya dan berjalan menuju rumah Grizell yang ada di perkotaan. Dilihatnya ada banyak penjaga yang dengan sigap berdiri tegak tidak menggaruk-garuk ataupun bergerak sama sekali. Bagaimana bisa ada orang seperti itu? Bagaimana kalau ada nyamuk yang mengigitnya? Pastinya akan sangat gatal dan ingin menggaruk.“Permisi, Grizell ada?” tanya Enzo bertanya baik-baik seperti ingin mengunjungi teman.“Nona Grizell sedang tidak ada di rumah,” jawab salah satu penjaga dengan tegas dan hanya memberikan jawaban yang seperti itu. Enzo dengan polosnya hanya berdiri diam melihat para penjaga yang tidak
Berkali-kali, Enzo menyelam kemudian mengambil napas lagi secara berulang-ulang untuk bisa menemukan Grizell yang rasanya tidak terseret ombak dan keberadaan bulu Enzo masih berada di sana. Tidak menyerah begitu mudah, Enzo masih berusaha melihat menembus air yang hanya memperlihatkan warna birunya walaupun airnya sedikit agak bening jadi masih bisa melihat beberapa hal dengan jelas. Enzo bisa merasakan bulunya berada pada dasar sana, yang mana kedalamannya bisa mencapai sepuluh meter, lebih tinggi dibandingkan dengan tubuh Enzo yang tingginya hanya sampai seratus delapan puluh meter saja.“Aku akan menemukanmu, bagaimana caranya.” Tekad Enzo berkata seperti itu tapi badannya sama sekali tidak bisa bertahan lebih lama lagi, tapi Enzo sama sekali tidak menyerah dan akhirnya mengapung di air dengan keadaan tubuh yang sudah kelelahan.Arus ombak membawa Enzo kembali bertemu dengan daratan pasir putih, tubuhnya sangat lelah jika air ini adalah keringat mungkin