Kota Trevin, Mei 2020 - Saat ini.
Berkat pengejaran itu, kini Ethan ada di sebuah tempat yang sama tapi tidak sama dengan dunianya. Padahal ia yakin sekarang ia berada di Gunung Zyn Kota Baylee, tapi orang-orang di sekitarnya dan spanduk-spanduk yang terpasang di sepanjang gunung mengungkapkan hal yang berbeda.
Orang-orang terus mengerubungi dan memperlakukan Ethan seolah ia adalah orang yang sangat penting di sana. M
Tunggu.. Ia terlihat sedikit berbeda dengan orang itu, pikir Ethan. Pria yang membuka pintu rumah Kayla dan sedang menatap Ethan dari sana, tampak berusia cukup sama dengan perkiraan usia ayahnya jika ia masih hidup, sekitar 50-an. “Jadi, kau Ethan itu?” tanya pria tadi sambil berjalan menghampiri Ethan yang masih terkejut dan Kayla yang biasa saja. Kayla memperhatikan wajah Ethan yang masih menganga lalu ia terkikik menahan tawa. “Kau bisa mengundang lalat ke mulutmu, Ethan!” serunya, memecah keheningan. “Apa karena aku sangat mirip dengan Ayahmu jadi kau seperti itu?” sahut pria asing yang sudah duduk di samping Ethan. Ethan tersentak dan menarik mundur dirinya agar tidak duduk terlalu dekat dengan pria itu. Ia masih mengira pria tersebut adalah orang yang sama dengan dalang dibalik pengejarannya selama 15 tahun ini. “Namaku Rovin, dan aku bukan Adrien..” ujar pria yang sama sambil meminta minum kepada Kayla dengan gerakan tangannya. Kayla seger
Ethan masih berada di jembatan portal. Sebuah keinginan untuk kembali ke dunia lain dan tinggal di sana tiba-tiba terbersit di kepala Ethan. Ada wanita yang kehadiran pertamanya membuat kedua orang tuanya jatuh dari jembatan dan sampai saat ini belum ditemukan. Ada juga orang-orang yang menyambutnya dengan hangat tanpa melihat status sosialnya. Ada seseorang yang mirip dirinya yang mungkin bisa memahaminya. Juga.. Ada banyak misteri yang masih belum ia mengerti mengenai hidupnya, dunianya dan dunia lain.
Ethan terdiam sesaat. Pria yang begitu mirip dirinya itu kini ada di depannya.Apa Ethan sedang ada di dunia lain lagi? Tapi bagaimana bisa?“Ethan? Kau Ethan ‘kan yang sempat datang ke rumah Kayla tadi?” tanya pria itu. “Aku Darren.. Darren Allen!”Pria yang menyebut dirinya Darren itu segera menghampiri Ethan dan menjabat tangannya. Sedangkan Ethan masih terpaku tidak percaya. Saat ia bertemu dengan Darren sebelumny
Suara sirine memenuhi Skye Hills, membuat puluhan orang berdatangan bersama kamera-kamera besar. Para reporter langsung menyerbu Ethan begitu ia keluar dari rumah Darren. “Wow!” seru semua orang, melihat wajah Ethan yang begitu mirip dengan Calon Walikota termuda Kota Trevin, Darren Allen. Ethan dengan kedua tangan terborgol di depannya dan beberapa polisi berbadan besar yang membawanya keluar, berjalan kebingungan. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kepalanya mulai tertunduk lebih dalam terutama setelah puluhan telur mentah dilemparkan padanya bersama sumpah serapah ya
“Aelin! Kau bisa membuka borgolnya ‘kan?” tanya Kayla pada wanita muda yang tampak seumuran dengannya, di dalam mobil yang melaju cukup cepat menghindari kejaran para polisi di belakang.Wanita yang duduk di depan bersama Rovin, menoleh. Sesaat matanya dan mata Ethan bertemu.“Sebentar!”Dia mengambil sebuah jarum kecil dari balik dasbor mobil.“Sini!” serunya pada Ethan sambil mengulurkan tangan meminta tangan lelaki itu.Ethan hanya diam. Ia terlalu hanyut dalam pikirannya tentang wanita yang ia pikir adalah penyebab semua kehancuran hidupnya. Wanita yang baru saja berbicara padanya itu.Kayla yang menyadari tingkah Ethan, segera menyikut tangannya. Namun, Ethan masih kehilangan fokus.Wanita yang tadi dipanggil Aelin, telah menarik kedua tangan Ethan yang terborgol begitu saja. Mata mereka kembali bertemu tapi Aelin langsung melanjutkan tugasnya membuka borgol di tangan Ethan.&ldquo
Saat ini “Bagaimana kalian bisa mengenal Profesor Elan?” tanya Ethan, masih tidak menyangka. Kayla, Rovin dan Aelin sudah masuk ke dalam mobil yang baru saja mengantar mereka ke gubuk besar di belakang. “Kita bicarakan itu di jalan, oke?” balas Rovin sambil menyalakan mobilnya. Ethan menghela napas. Begitu banyak pertanyaan di kepalanya hingga rasanya akan meledak. Ia pun masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang, kali ini di sebelah Aelin yang masih terasa canggung baginya. “Ini benar-benar malam yang sangat panjang..” gumam Kayla sambil menatap keluar jendela dengan mata menahan kantuk. “Kau pasti lelah karena harus menyelesaikan banyak misi dari profesor hari ini..” balas Aelin, menepuk lembut pundak Kayla dari belakang. Misi? “Mungkin aku seharusnya tidak melakukan itu.. Kita benar-benar telah masuk perangkap Demios, huh!” keluh Kayla sambil menghela napas cukup panjang. “Ngomong-ngomong.. bagaimana caranya
Gunung Zyn Kota Baylee, Mei 2020 – Saat ini“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Aelin ketika tubuhnya ditarik paksa untuk diikatkan ke kursi.Dalam waktu singkat, Aelin dan Layra sudah diikatkan ke kursi di samping ibu Aelin, Leane Kensley. Sementara setelah pria-pria itu menggeledah tubuh Aelin, tapi tidak bisa menemukan yang dicari, mereka segera mundur menyilakan pria lain.Salah seorang pria yang tampaknya bos dari keempat pria itu, menarik dagu Aelin dengan seringai tipis. “Kau tentu tahu apa yang kami inginkan, Nona Aelin?”Aelin menelan ludah.“Di mana kalung itu?” tanya pria yang sama.“Jangan katakan apapun, Aelin!” sahut Leane dengan wajah meringis kesakitan dari tangannya yang terluka.“Diam nenek tua!” Pria lain langsung menampar Leane dengan keras, membuat Aelin tercengang dan meronta-ronta untuk melepaskan cengkraman pada dagunya sambil menjerit. “HENTIKAN!”Pria yang menarik dagu Aelin tadi sudah berdiri k
Kota Baylee, Januari 2005 - 15 Tahun Lalu Seorang pemuda 30-an tiba-tiba muncul di depan Leane dan Derin saat mereka masih dikejar-kejar kelompok Demios. Orang-orang yang mengejar mereka, hampir saja menemukan tempat mereka sembunyi di belakang sebuah gubuk kecil. Tapi pemuda yang entah darimana asalnya, berhasil mengalihkan perhatian dengan diam-diam melepaskan beberapa ular ke tempat orang-orang yang mengejar mereka berada. Alhasil, mereka bertiga bisa pergi menjauh ke tempat lain saat orang-orang itu ketakutan. “Si..siapa.. Anda?” tanya Derin masih kewalahan. Leane mengamati tanpa berbicara. “Aku..” Pria itu tampak kebingungan. “Panggil saja.. Elan..” lanjut pria itu setelah beberapa saat. “..Elan Althen..” Derin dan Leane saling berpandangan. “Mengapa Anda.. menolong kami?” “Sebelum itu, di mana kalung spacetime yang kalian sembunyikan? Di rumah persembunyian sudah tidak ada..” tanya pria yang menyebut dirinya Elan, mengali