Suara sirine memenuhi Skye Hills, membuat puluhan orang berdatangan bersama kamera-kamera besar. Para reporter langsung menyerbu Ethan begitu ia keluar dari rumah Darren.
“Wow!” seru semua orang, melihat wajah Ethan yang begitu mirip dengan Calon Walikota termuda Kota Trevin, Darren Allen.
Ethan dengan kedua tangan terborgol di depannya dan beberapa polisi berbadan besar yang membawanya keluar, berjalan kebingungan. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kepalanya mulai tertunduk lebih dalam terutama setelah puluhan telur mentah dilemparkan padanya bersama sumpah serapah ya
“Aelin! Kau bisa membuka borgolnya ‘kan?” tanya Kayla pada wanita muda yang tampak seumuran dengannya, di dalam mobil yang melaju cukup cepat menghindari kejaran para polisi di belakang.Wanita yang duduk di depan bersama Rovin, menoleh. Sesaat matanya dan mata Ethan bertemu.“Sebentar!”Dia mengambil sebuah jarum kecil dari balik dasbor mobil.“Sini!” serunya pada Ethan sambil mengulurkan tangan meminta tangan lelaki itu.Ethan hanya diam. Ia terlalu hanyut dalam pikirannya tentang wanita yang ia pikir adalah penyebab semua kehancuran hidupnya. Wanita yang baru saja berbicara padanya itu.Kayla yang menyadari tingkah Ethan, segera menyikut tangannya. Namun, Ethan masih kehilangan fokus.Wanita yang tadi dipanggil Aelin, telah menarik kedua tangan Ethan yang terborgol begitu saja. Mata mereka kembali bertemu tapi Aelin langsung melanjutkan tugasnya membuka borgol di tangan Ethan.&ldquo
Saat ini “Bagaimana kalian bisa mengenal Profesor Elan?” tanya Ethan, masih tidak menyangka. Kayla, Rovin dan Aelin sudah masuk ke dalam mobil yang baru saja mengantar mereka ke gubuk besar di belakang. “Kita bicarakan itu di jalan, oke?” balas Rovin sambil menyalakan mobilnya. Ethan menghela napas. Begitu banyak pertanyaan di kepalanya hingga rasanya akan meledak. Ia pun masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang, kali ini di sebelah Aelin yang masih terasa canggung baginya. “Ini benar-benar malam yang sangat panjang..” gumam Kayla sambil menatap keluar jendela dengan mata menahan kantuk. “Kau pasti lelah karena harus menyelesaikan banyak misi dari profesor hari ini..” balas Aelin, menepuk lembut pundak Kayla dari belakang. Misi? “Mungkin aku seharusnya tidak melakukan itu.. Kita benar-benar telah masuk perangkap Demios, huh!” keluh Kayla sambil menghela napas cukup panjang. “Ngomong-ngomong.. bagaimana caranya
Gunung Zyn Kota Baylee, Mei 2020 – Saat ini“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Aelin ketika tubuhnya ditarik paksa untuk diikatkan ke kursi.Dalam waktu singkat, Aelin dan Layra sudah diikatkan ke kursi di samping ibu Aelin, Leane Kensley. Sementara setelah pria-pria itu menggeledah tubuh Aelin, tapi tidak bisa menemukan yang dicari, mereka segera mundur menyilakan pria lain.Salah seorang pria yang tampaknya bos dari keempat pria itu, menarik dagu Aelin dengan seringai tipis. “Kau tentu tahu apa yang kami inginkan, Nona Aelin?”Aelin menelan ludah.“Di mana kalung itu?” tanya pria yang sama.“Jangan katakan apapun, Aelin!” sahut Leane dengan wajah meringis kesakitan dari tangannya yang terluka.“Diam nenek tua!” Pria lain langsung menampar Leane dengan keras, membuat Aelin tercengang dan meronta-ronta untuk melepaskan cengkraman pada dagunya sambil menjerit. “HENTIKAN!”Pria yang menarik dagu Aelin tadi sudah berdiri k
Kota Baylee, Januari 2005 - 15 Tahun Lalu Seorang pemuda 30-an tiba-tiba muncul di depan Leane dan Derin saat mereka masih dikejar-kejar kelompok Demios. Orang-orang yang mengejar mereka, hampir saja menemukan tempat mereka sembunyi di belakang sebuah gubuk kecil. Tapi pemuda yang entah darimana asalnya, berhasil mengalihkan perhatian dengan diam-diam melepaskan beberapa ular ke tempat orang-orang yang mengejar mereka berada. Alhasil, mereka bertiga bisa pergi menjauh ke tempat lain saat orang-orang itu ketakutan. “Si..siapa.. Anda?” tanya Derin masih kewalahan. Leane mengamati tanpa berbicara. “Aku..” Pria itu tampak kebingungan. “Panggil saja.. Elan..” lanjut pria itu setelah beberapa saat. “..Elan Althen..” Derin dan Leane saling berpandangan. “Mengapa Anda.. menolong kami?” “Sebelum itu, di mana kalung spacetime yang kalian sembunyikan? Di rumah persembunyian sudah tidak ada..” tanya pria yang menyebut dirinya Elan, mengali
Gunung Zyn Kota Baylee, Mei 2020 – Saat ini Layra dan kelima anak buah Demios sudah mendapatkan kalung batu Ameet dari sebuah pot di pondok tempat Ethan dan Aelin bersembunyi sebelumnya. Layra mulai ragu dengan tindakannya setelah mendengar penjelasan Leane. Terlebih dengan kenyataan bahwa selama ini ia memiliki energi Aether yang mungkin telah melindunginya, untuk tetap hidup walau melebihi batas waktu selama di dunia yang bukan dunianya ini. Namun, Layra tetap memutuskan untuk pergi menemui Demios dan diam-diam berpikir untuk memastikan semuanya.
Tanpa pikir panjang, Ethan segera berlari keluar.Setelah beberapa saat, langkah Ethan terhenti. Ia menyadari bahwa ia tidak tahu di mana bisa menemukan Aelin. Terlebih, saat ia juga sadar bahwa ia sedang mengkhawatirkan orang yang sebelumnya ia benci. Apa mungkin karena kini Ethan telah tahu, bahwa bukan Aelin yang menjadi penyebab di balik jatuhnya kedua orang tua Ethan di jembatan portal 15 tahun lalu, melainkan Demios?
Kota Trevin – 5 Jam Lalu Kayla dan Rovin berlari terengah-engah, bersembunyi di sebuah gua yang lembap dan gelap. Sementara beberapa orang yang mengejar mereka, memutuskan untuk menyerah dan kembali ke tempat asal setelah mendapat perintah dari pria di ujung telepon, Darren. “Apa lagi yang mereka rencanakan?” keluh Rovin setelah mengambil napas dan duduk di lantai berbatu. “Setidaknya berkat itu, kita akhirnya bisa kabur dari mereka..” Kayla ikut duduk di samping
“Tapi, apa yang akan kita lakukan di sana?” tanya Kayla bersama pandangan keempat orang lainnya yang menunggu jawaban Ethan.“Tentu untuk mencari tahu rencana Demios..” ujar Ethan, “..dengan mengawasi kegiatan mereka seperti yang mereka lakukan pada kita selama ini, misalnya..”Mereka mengangguk mengerti, meskipun masih tersirat keraguan yang tidak bisa Ethan baca.“Kita harus berhati-hati, karena mereka lebih banyak dari kita dan ada di mana-mana. Bisa jadi kita yang tertangkap lebih dulu oleh mereka sebelum kita tahu rencana mereka..” Profesor Elan mengingatkan dengan ekspresi khawatir, membuat semua orang kembali merenung.“Bagaimanapun, sepertinya Demios sudah berhenti mengincar kalung yang masih kita miliki. Jadi, kalian bisa pergi ke Kota Trevin dan bersembunyi dengan bantuan kalung spacetime yang ada padaku..” lanjut Profesor Elan, sambil membuka salah satu ubin lantai kayu dan mengeluarkan kalung spacetime, yang persis dengan kalung yang pernah dipegang