Share

Bab 4 - Bendera Perang Dikibarkan

Bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi. Para siswa dan siswi berhamburan keluar dari tempat yang memenjarakan mereka selama beberapa jam terakhir.

Setelah semua orang keluar, barulah Kiran baru beranjak dari duduknya. "Ayo," ucap Kiran pada Dewi.

Dewi pun ikut berdiri dan berjalan di belakang Kiran sambil membawa tas Kiran di tangan kirinya dan juga buku-buku yang Kiran pinjam dari perpustakaan di tangan kanannya.

Kiran berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah, tempat sang sopir menjemput dirinya.

Brak.

Dewi tidak sengaja menjatuhkan buku-buku Kiran. Buku-buku itu memang cukup tebal, sehingga Dewi sedikit kesulitan untuk membawanya.

Kiran langsung berbalik dan menatap tajam Dewi yang sedang memunguti buku-buku itu di lantai.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja menjatuhkannya," ucap Dewi menyesal.

"Ck. Tidak berguna. Kalau kau tidak kaya, setidaknya … jadilah orang yang berguna," ucap Kiran sambil melipat tangannya di depan dada.

Dewi menghentikan sejenak gerakan tangannya ketika mendengar kata-kata menyakitkan yang keluar dari bibir Kiran. "Maaf …" ucap Dewi lemah.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Jika teman yang lain akan menawarkan tumpangan pada teman mereka, maka beda lagi dengan Kiran. Setelah Dewi menaruh tas dan juga buku-buku Kiran ke dalam mobil mewahnya, Kiran justru menyuruh Dewi untuk segera pergi dari sana.

Kiran menatap kepergian Dewi dengan rasa jijik. " Dasar lintah," ucap Kiran tanpa beban.

Ketika Kiran hendak masuk ke dalam mobil mewahnya, tiba-tiba saja seseorang menutup pintu mobilnya.

Kiran sangat kaget dan ia langsung melihat siapa orang yang telah lancang melakukan hal itu padanya.

"Apa yang kau lakukan?!" ucap Kiran dengan tatapan tajam.

Orang yang telah lancang menutup pintu mobil Kiran, tidak lain dan tidak bukan adalah Kevin Clavinova. Siapa lagi yang berani melakukan hal seperti itu pada Kiran selain dia.

"Justru aku yang ingin bertanya padamu. Apa yang kau lakukan?" balas Kevin dengan dingin.

"Memang apa yang aku lakukan?" tanya Kiran tak mengerti.

Kevin tersenyum sinis. "Dasar wanita licik. Di depan orang-orang kau berpura-pura baik dan membelikan banyak makanan. Tapi ketika tidak ada orang, kau memperlakukan seseorang seperti pelayan!"

"Ah … Dewi," ucap Kiran sambil tersenyum kecil. Sekarang ia mengerti kenapa Kevin melakukan ini. Kevin pasti melihat apa yang barusan terjadi. "Kau melihat yang barusan terjadi ya? Kenapa? Kau tidak terima?" lanjut Kiran dengan senyum yang menjengkelkan.

Kevin mendengus melihat Kiran yang mengatakan itu semua tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku akan memperingatkanmu sekali lagi. Jika kau tidak mengindahkan peringatanku kali ini … maka bersiaplah! Karena yang akan kau hadapi adalah diriku. Aku tidak akan ragu lagi untuk melawanmu," tutur Kevin penuh penekanan.

Kiran mengangkat sebelah alisnya. "Apa yang harus ditakutkan dari seorang preman ingusan?" balas Kiran dengan senyum merendahkan.

Setelah mengatakan itu, Kiran pun masuk ke dalam mobilnya. Dan tak lama kemudian, sang sopir pun datang. Sang sopir baru saja kembali dari toilet setelah buar air besar.

Kevin hanya diam menatap kepergian Kiran. Entah apa yang sekarang Kevin pikirkan.

Rendra yang sedari tadi mengawasi mereka segera menghampiri Kevin. "Hoy hoy hoy! Lihat! Apa yang baru saja singa betina itu katakan! Preman ingusan?" ucap Rendra memanas-manasi sahabatnya.

Kevin terus memperhatikan kepergian Kiran dengan tatapan mengerikan.

"Dia telah mengibarkan bendera perang. Akan aku pastikan dia akan menyesali perkataannya barusan,"  tutur Kevin dengan seringai iblisnya.

"Akhirnya …." ucap Rendra bahagia.

Akhirnya, satu-satunya orang yang bisa melawan Kiran akan bertindak. Dan Rendra sangat bahagia mendengarnya. Dengan begitu, Kiran tidak akan bisa bertindak seenaknya. Ini adalah kabar bahagia bagi mereka semua.


Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, Kevin masih terjaga. Berbeda dengan kedua temannya yang sudah tenggelam ke alam mimpinya. Ya. Rendra dan Yuda malam ini menginap di apartemen miliknya. Setidaknya, sekali dalam seminggu mereka memang suka menginap di tempat Kevin.

"Aku minta maaf atas kejadian tadi," ucap Kevin pada sang pujaan hati.

Kevin saat ini sedang melakukan video call dengan Dewi. Ia benar-benar merasa bersalah pada Dewi atas kejadian tadi siang.

Dewi tersenyum pada Kevin. "Iya. Aku maafkan. Lagipula … niatmu sebenarnya baik. Seharusnya akulah yang meminta maaf," tutur Dewi.

Kevin tersenyum mendengar jawaban sang pujaan hati. Inilah alasan kenapa Kevin jatuh hati pada Dewi. Bukan hanya cantik, tapi juga baik hati.


Kevin, Rendra dan juga Yuda baru saja tiba di sekolah. Mereka bertiga langsung menghampiri Dewi.

"Dewi? Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Rendra heran.

Pertanyaan Rendra sudah mewakili rasa penasaran Kevin dan juga Yuda. Mereka heran karena Dewi hanya berdiri di depan gerbang dan tidak segera masuk ke dalam.

Dewi tersenyum manis pada ketiga pria tampan tersebut. "Aku sedang menunggu Kiran."

Tanpa sadar, sudut bibir Kevin terangkat ketika melihat senyuman indah sang pujaan hati. Ia benar-benar merasa beruntung memiliki kekasih seperti Dewi.

"Aku akan menemanimu," ucap Kevin sembari menggandeng tangan Dewi.

"Utu utu utu. Manis sekali," goda Rendra pada Kevin dan Dewi.

"Kalau begitu aku duluan," ucap Yuda.

Yuda pun segera pergi menuju kelas setelah mengatakan itu.

"Hey, Yuda! Tunggu aku! Aku tidak mau jadi nyamuk diantara mereka!" ucap Rendra dengan suara keras sambil menyusul Yuda.

Para siswi menatap kagum sekaligus iri pada Dewi. Hanya Dewi yang mampu meluluhkan hati Kevin yang dingin.

Tak berselang lama, mobil Kiran tiba. Mobil itu berhenti persis di depan mereka berdua.

Setelah sang sopir membukakan pintu, Kiran pun keluar dari mobilnya. Ia kemudian melirik Kevin sebentar, sebelum tatapannya beralih pada Dewi. "Tasku ada di dalam," ucap Kiran pada Dewi.

Dewi mengerti. Kiran menyuruhnya untuk membawakan tasnya. Ia pun segera mengambil tas Kiran dari dalam mobil.

"Biar aku saja yang membawanya," ucap Kevin lembut pada Dewi.

"Eh? Kenapa?" tanya Dewi bingung.

"Aku kekasihmu. Biarkan aku membantumu," jawab Kevin sambil tersenyum hangat.

Kevin kemudian beralih menatap Kiran yang juga sedang menatapnya dengan tatapan heran. "Biar aku yang membawakan tasmu sebagai gantinya. Bagaimana?" tawar Kevin.

Kiran menaikkan sebelah alisnya. "Terserah," jawab Kiran acuh.

Kiran pun berjalan lebih dulu dibandingkan dengan Kevin dan Dewi.

Sesampainya di kelas, Kiran merasa heran karena Dewi hanya datang sendiri. "Mana kekasihmu, Dewi?" tanya Kiran.

"Katanya dia mau ke toilet lebih dulu. Sebentar lagi dia pasti datang," jawab Dewi.

Beberapa saat kemudian, Kevin pun datang. Namun anehnya, Kevin tidak membawa tas Kiran di tangannya. Lalu ke mana tas Kiran?

"Hey! Mana tasku?" tanya Kiran.

Kevin tersenyum. "Tenang saja … aku sudah menaruhnya ke tempat yang tepat," jawab Kevin sambil menunjukkan seringainya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status