Share

Bab 3 - Pahlawan Kesiangan

Kiran, Kevin, Yuda, Dewi dan juga Rendra duduk di satu meja yang sama di kantin.

Ini adalah  pertama kalinya Kiran dan Kevin duduk di satu meja yang sama di kantin selama mereka sekolah di sini.

Waktu makan di kantin dibagi menjadi beberapa waktu. Sebelum-sebelumnya, Kiran dan Kevin tidak pernah mendapatkan giliran makan pada waktu yang sama. Tapi kali ini karena mereka satu kelas, tentu saja mereka mendapat giliran waktu yang sama.

Semua orang dapat merasakan ketegangan yang terjadi antara Kevin dan Kiran. Sebenarnya Kevin dan Kiran tidak kenapa-kenapa. Hanya saja, entah bagaimana, suasana terasa sangat mencekam karena kebisuan mereka berdua. Hanya suara alat makan yang terdengar di antara mereka.

"Dua pasang kekasih sedang makan bersama. Seharusnya ini menjadi film roman. Kenapa malah jadi film menyeramkan?" gumam Rendra pada dirinya sendiri, namun masih bisa di dengar oleh keempat orang yang makan bersamanya.

"Aku ingin susu stroberi," ucap Kiran tiba-tiba.

Dewi yang mendengarnya segera berdiri. "Aku akan membelikannya," ucap Dewi sambil tersenyum manis.

"Baiklah. Aku tunggu," balas Kiran santai.

Ketika Dewi hendak pergi, Kevin langsung mencekal pergelangan tangannya. "Tidak usah. Dia yang menginginkannya. Maka, dia sendiri yang harus membelinya," ucap Kevin dengan wajah kesal karena Dewi mau saja diperalat oleh Kiran.

Kevin menatap Kiran dengan tatapan tajam. Suasana menjadi semakin tegang.

"Lihatlah. Singa betina itu sudah memancing peperangan. Aku yakin, sebentar lagi akan ada perang dunia ketiga," gumam Rendra sambil bergidik ngeri.

Rendra mengatakan itu bukan tanpa alasan. Dulu, sewaktu mereka masih duduk di bangku SMP, Kiran dan Kevin pernah bertengkar hebat. Kedua orang tua mereka bahkan harus dipanggil ke sekolah.

Entah apa alasan pertengkaran Kevin dan Kiran waktu itu. Yang jelas, dulu Kevin sempat merobek-robek baju olahraga Kiran yang akan dipakai untuk ujian. Kevin mengakui bahwa itu adalah perbuatannya. Tanpa pikir panjang, Kiran langsung menyerang Kevin secara membabi buta. Murid yang lain pun segera melaporkannya pada guru karena mereka sendiri tidak berani untuk memisahkan mereka berdua.

"Kenapa? Aku tidak memaksa kekasihmu. Dia sendiri yang menawarkan dirinya," ucap Kiran dengan wajah tanpa dosa.

Bagi Kiran, hal seperti barusan adalah hal yang wajar. Ini bukan pertama kalinya Dewi bersedia melakukan hal-hal seperti itu untuknya.

"Tidak apa-apa. Aku sendiri yang menginginkannya. Aku juga mau beli untuk diriku," ucap Dewi mencoba meyakinkan Kevin.

"Kau dengar sendiri, bukan?" ucap Kiran dengan wajah yang sangat tenang.

Dengan berat hati, Kevin pun akhirnya melepaskan tangan Dewi.

Kiran dapat menangkap raut kesal di wajah Kevin dan entah kenapa Kiran senang melihatnya.

Kiran tersenyum tipis sambil menyendok makanannya. Sepertinya, aku tahu cara untuk balas dendam padanya, ucap Kiran dalam hati.

Kiran belum bisa menerima kekalahannya dari Kevin. Ia merasa terhina karena Kevin menang dari dirinya dengan begitu mudah.


Seperti biasa, Kevin, Rendra dan Yuda akan menikmati waktu istirahat mereka dengan menonton siswa lain bermain bola di pinggir lapangan. Terkadang, mereka juga ikut bermain jika mereka sedang ingin.

"Hey hey hey! Lihat bagaimana singa betina itu memperlakukan Dewi," ucap Rendra pada kedua temannya.

Rendra dan Yuda pun mengikuti arah pandangan Rendra. Di sana, ada Kiran yang sedang berjalan di koridor kelas dengan Dewi yang berjalan di sampingnya.

Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah Dewi membawa banyak makanan dan juga beberapa buku di tangannya, sementara Kiran berjalan dengan santai tanpa membawa apa-apa. Mereka yakin, semua yang dibawa oleh Dewi adalah milik Kiran dan Dewi disuruh membawanya oleh Kiran.

"Apa yang salah?" tanya Yuda.

"Astaga. Kau sudah dibutakan oleh cinta. Lihatlah! Dewi—sahabatmu diperlakukan seperti pembantu," jawab Rendra kesal.

Kevin segera beranjak dari duduknya dengan wajah kesal. Ia sudah tidak bisa diam lagi.

"Vin, mau ke mana?" teriak Rendra ketika Kevin tiba-tiba beranjak dari sana.

"Kau memancing kemarahan Kevin. Kalau mereka bertengkar, itu semua ulahmu," ucap Yuda memperingati Rendra.

Setelah mengatakan itu, Yuda pun segera menyusul Kevin diikuti oleh Rendra. "Tunggu aku," teriak Rendra pada Yuda.

Kiran menghentikan langkahnya ketika Kevin berdiri di depannya.

Di hadapannya, Kevin berdiri dengan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke kantong celana.

Kiran melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau menghalangi jalanku," ucap Kiran dengan wajah menantang.

"Jalanmu? Ini bukan jalanmu, ini milik semua orang," balas Kevin.

"Minggir! Aku mau ke kelas!" titah Kiran tegas.

Kevin tersenyum meremehkan. "Kenapa aku harus menuruti wanita lemah sepertimu?" ucap Kevin yang sukses membuat emosi Kiran terpancing.

"Aku bilang minggir!" ucap Kiran dengan sedikit emosi.

"Minggir," ucap Dewi tanpa suara, akan tetapi masih bisa dimengerti oleh Kekasihnya.

"Dewi, serahkan itu padanya," ucap Kevin lembut.

Kiran tersenyum sinis. "Memang apa masalahnya jika kekasihmu membawa itu semua?"

"Aku tidak mengerti dengan makhluk sepertimu. Dewi adalah temanmu, tapi kau memperlakukannya seperti pembantu," sindir Kevin.

Kiran melirik tangan Dewi yang membawa buku dan juga makanan di tangannya. "Ah … itu," ucap Kiran.

"Dewi! Kemarikan itu!" ucap Kiran sambil mengambil kresek-kresek yang berisi makanan dari tangan Dewi.

Tanpa ba bi bu, kiran langsung membuang semua makanan itu ke tempat sampah yang ada di dekat mereka.

Kiran kembali berdiri di depan Kevin dengan senyuman menantang. "Kau puas? Itu adalah makanan kekasihmu! Dan aku sudah membuangnya ke tempat sampah. Jadi, kekasihmu tidak perlu lagi terbebani," ucap Kiran sambil menunjukkan seringainya.

Setelah mengatakan itu, Kiran melanjutkan langkahnya. Saat melewati Kevin, Kiran sengaja menubrukkan bahunya ke badan Kevin sebagai tanda bahwa ia tidak takut pada seorang Kevin Clavinova.

Dewi memperlihatkan wajah tidak suka pada Kevin dan itu membuat Kevin tidak mengerti.

Kevin dan Rendra hanya bisa bengong di tempatnya. Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Pfttt. Kau menjadi pahlawan kesiangan. Ahaha. Pacarku memang yang terbaik," puji Yuda pada Kiran—kekasihnya.

Kevin dan Rendra mendelik tak suka pada Yuda. Akan tetapi, Yuda tetap tertawa dengan enaknya.

"Kekasihku memang suka membelikan makanan untuk Dewi dan yang lainnya." Yuda mencoba menjelaskan. "Kalian terlalu berprasangka buruk pada kekasihku," lanjut Yuda.

"Berprasangka? Aku jauh lebih mengenalnya daripada dirimu. Kau telah dibutakan oleh cinta," ucap Kevin sinis.

"Oh ya? Ah … tapi aku malah semakin mencintainya," balas Yuda, masih tetap tertawa.

"Hilih," ucap Rendra tak suka. "Aku heran, kenapa kau bisa berpacaran dengannya. Aku yakin, singa betina itu pasti menggunakan guna-guna," ucap Rendra penuh curiga.

Yuda hanya tertawa mendengar ucapan Rendra.

Kevin mengepalkan kedua tangannya sambil menatap kepergian Kiran. Ia merasa telah dipermalukan di depan semua orang. Kevin yakin, Kiran membelikan makanan untuk semua orang hanya untuk pencitraan.


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status