Kami masuk ke dalam ruangan itu pagi hari, dan keluar sore hari.
Sepertinya semua bangsawan telah terlatih untuk menahan rasa lapar dengan baik, dan rasa bosan tentunya.
Secara terbuka Altair memutar bola matanya sembari menatapku dengan jenuh. Apakah hadir di pertemuan terlalu cepat untuknya?
Saat aku melihat Duke Rakkalan berjalan di belakangnya, dialah masalah Altair.
“Altair, mari kita pulang.” Itu hanyalah ajakan untuk pulang ke istana bagian barat yang sepi.
Di sana kami merasa mempunyai satu gedung istana yang besar, dan bebas melakukan apa pun.
Namun, aku menghentikan langkahku, hanya untuk memperhatikan hewan mistik milik pangeran Louis
Setelah aku selesai mandi, seorang utusan dari Kaisar mendatangiku.Dia menyampaikan bahwa aku diperintahkan untuk menghadap Kaisar.Mungkin ini berkaitan dengan penolakanku kemarin. Jadi aku langsung mengikutinya untuk menuju istana utama. Setelah dia mengabari kedatanganku kepada Kaisar, aku baru diperbolehkan untuk masuk. Kedua pintu besar yang ada di hadapanku dibuka oleh dua penjaga.Aku berjalan di atas karpet merah yang seolah mengatakan bahwa ini dibuat oleh darah penentangnya. Sebuah peringatan dari kekuasaan monarki.Kaisar telah menungguku, dia duduk dengan santai dan tangan yang menyender pipi kirinya.“Hormat kepada matahari Kekaisaran,”
“Apa kau baik-baik saja?” Verion langsung mendekatiku setelah dia sampai. Tangannya yang dingin menyentuh pundakku untuk memastikan apakah aku baik-baik saja.Mereka berdua tidak menggunakan sarung tangan. Mereka tampak terburu-buru.“Apa ada sesuatu yang terjadi?” Aku menanyai apakah ada masalah di istana bagian barat.“Akion, kau itu sejak pagi belum pulang.” Verion sedikit memiringkan kepalanya saat menjelaskan sesuatu.“Lalu, kenapa? Ini masih pagi, kan?”Saat itu aku lihat cahaya matahari mempunyai warna yang sedikit berbeda dari yang kuingat. Keberadaannya pun berbeda.“Ini sore?”
Jika ayahku adalah Duke Rakkalan, aku pastikan bahwa kami mungkin akan sering terlibat dalam adu menatap.Dalam rapat kali ini, seperti biasa, mata tajam Duke Rakkalan memandangku dengan lekat.Apa yang bisa kulakukan untuk membalas itu adalah dengan tersenyum kecil. Tapi Duke Rakkalan tidak mengendurkan tatapan tajamnya.Akhirnya, aku yang menyerah dalam adu tatap tanpa makna ini. Dan memperhatikan Julius yang mengoceh tentang keuangan Kekaisaran.Aduh, kenapa dia memprotes seakan kami yang menggunakannya? Bukannya setiap pundi-pundi uang yang keluar prioritasnya pasti di keluarga Kekaisaran?Aku memandangnya malas.Pada akhirnya aku tahu keman
Aku tidak menyukai keberisikan di pagi hari. Aku menginginkan pagi hari di jalani dengan tenang, lalu aku bisa menghadapi waktu ke depannya dengan cukup baik.Tenang, itulah yang kuinginkan dan itu sangat sulit sekaliNamun, tampaknya dia tidak mengerti.Dia mendatangiku seolah aku adalah buronan yang harus segera ditangkap, dia melupakan segala etiket yang diajarkan keluarganya sejak kecil. Kepalanya hanyalah sebuah hiasan tidak berguna.Aku memandang jengah manusia bodoh di depanku.Sungguh, haruskah aku memukul kepala jamurnya sekali?Tanpa aku yang mencabut pedangku, Altair telah bersiap untuk menghadapi mereka. Tubuhnya yang lebih kecil dariku itu maju
Prang! Prang! Prang!Prang!Itu adalah serangan yang intens.Dia berulang kali mengayunkan pedangnya ke arahku, tubuhnya yang kecil bergerak lincah untuk mencari celah agar bisa menyentuhku.Suara pedang yang membelah angin terdengar, sangat halus. Aku tahu pedangnya itu sangat tajam.Matanya menajam, semua inderanya berkerja dengan baik. Dia waspada akan gerakanku.Aku melihat rambutnya yang berwarna pink bergerak cepat saat dia melakukan serangannya.Lalu dia menyerang lagi, tapi aku menghindari dengan mudah. Saat dia menunduk dan tangannya menyentuh tanah untuk memberinya jeda agar dorongan tubuhnya mem
Untungnya karena dua orang yang tidak mau kalah itu ikut campur, kami keluar dari ruang rapat menyebalkan dengan cepat.Keduanya masih saling tatap tidak ingin kalah. Tapi wajah Verion tidak bisa tegang menghadapi Altair.Saat aku keluar, sejujurnya ada banyak kalimat yang mengatakan bahwa aku berdelusi dalam menyumbang dana yang cukup besar.Sebagian lagi ada yang mengatakan padaku bahwa keluargaku akan bangkrut sebentar lagi karna aku menghambur-hamburkan uang tanpa memikirkan dampaknya.Aku menanggapinya dengan senyuman.Tapi Duke Rakkalan tidak bisa mengabaikanku begitu saja. Kali ini juga dia menghentikanku di tengah jalan.“Mari kita
Secara alami mereka melihat ke arahku dengan tubuh yang merinding. Aku tersenyum.Bagaimanapun, kesatria ku yang berharga harus mempunyai kemampuan yang tinggi. Aku percaya bahwa para kesatriaku tidak akan pernah membiarkanku terluka. Sehingga mereka akan berlatih sungguh-sungguh.Namun, biar aku sendiri yang menilai bagaimana berkembangnya kemampuan mereka. Fakta bahwa aku adalah seorang swordmaster, membuat mereka tidak akan menganggapku bermain-main sebagai pimpinan mereka.Saat mereka menyelesaikan makan siang mereka, aku meminta mereka untuk berkumpul di luar.Angin kencang langsung menyambutku. Membuat rambut panjang Eli dan Tanka terlihat acak-acakan.Pikiran mereka menjadi cemas, aku memp
Dia memandang Altair, tapi tidak terlalu memperdulikannya. Terlebih tubuh Altair yang masih kecil, dia mengira bahwa Altair masihlah seorang bocah.Ini mengingatkanku pada saat pertama kali aku bertemu dengan Altair. Dia tidak menganggap Verion ada didekatku, sama seperti sekarang. Tatapan mata yang melihat sekilas pada Altair lalu hanya tersenyum lebar pada kami berdua.Aku melihat Altair cemberut, dia kecewa diabaikan. Kuharap dia mengerti perasaan Verion waktu itu.“Anda datang ke sini untuk membaca buku sihir dan mempelajarinya?”Kami berjalan menelusuri anak tangga yang tidak habis-habisnya.“Ya, Andalah penyihir terhebat di Kekaisaran ini.” Pujian Verion membuatnya senang. Kulih